PoV. Azka
Hari ini aku memeriksa proyek pembangunan apartemen baru di tengah kota ini, dengan mengendarai mobil sport kebanggan ku aku melesat ke lokasi pembangunan. Yang perlu kalian tau perusahaan ini bukan milikku dan aku bukan seorang Ceo seperti yang ada di dalam novel romance, aku hanya seorang direktur sekaligus penanam saham di perusahaan ayah ku, keuntungannya aku memiliki kekuasaan yang cukup di segani di perusahaan itu, masa bodo apa kata orang tentang aku yang adalah anak pemilik perusahaan yang jelas aku ikut membangun perusahaan ini sampai sebesar saat ini.
“hallo, ya aku menuju ke lokasi sekarang tunggulah sebentar”
Sebagai seorang direktur aku cukup nyentrik dengan kegiatan blusukanku yang sering kali mengejutkan sebagian karyawan dan membuat mereka selalu berhati-hati saat bekerja. kerap kali mereka bekerja sama mencari tau apa saja kegiatanku karena takut aku tiba- tiba datang ke divisi mereka.
Sesampainya aku di proyek pembangunan aku segera turun tidak lupa aku membawa dompetku yang ku taruh di saku celana ku. Tanpa memikirkan apapun aku berjalan memasuki kawasan proyek, tapi baru beberapa langkah aku justru di tabrak oleh seorang gadis bertopi yang berjalan sambil menunduk membuatku kehilangan keseimbanganku karena kondisi jalan yang sedikit berlumpur. Aku menatap punggung gadis itu yang perlahan justru berlari. Mengingat sesuatu aku segera memriksa dompetku, sial!.
“hai! Berhenti kau”
Haissss! Bukan berhenti gadis itu justru berlari semakin cepat, aku tidak mau kalah olehnya dompet itu hadiah ulang tahun ku dari ibuku bisa habis jika sampai hilang.
Lima belas menit sudah aku mengejarnya, ini benar-benar gila apa gadis itu tidak lelah berlari terus? Saat gadis itu memasuki sebuah gang dengan cepat aku mengikutinya dan….
“hahaaha, apa kau terjebak sekarang?”
“aku bingung sejak awal kamu mengejarku, apa kamu kenal aku?”
Apa? Dia bicara apa si kenapa terdengar sangat tidak masuk diakal ku. aku sungguh jengah melihat sifat orang ini, dia ini bodoh atau gimana si?
“hai, sekarang kamu berpura-pura tidak tahu apa-apa? Jangan bodoh, jelas kamu mengambil dompetku”
“aku mengambil dompet mu? Aku bukan pencopet kamu salah orang”
Aku menatapnya tidak habis pikir, masih meneruskan drama bodohnya sudah jelas sekali padahal. Benar-benar tidak tahu malu.
“jika kamu buka pelakunya kenapa kamu berlari seperti tadi?”
Kulihat ia terdiam sesaat lalu melangkah mundur , sepertinya dia mulai tertekan oleh permainannya sendiri.
“kenapa diam, apa kamu takut?”
“iya. Aku takut_takut padamu, siapa sebenarnya kamu? Apa ini sebenarnya motif baru penculikan?”
Apa? Barusan apa lagi yang dia ucapkan sepertinya telingaku tidak singron dengan otakku, dia balik menyerangku balik. Dia pikir dia akan lolos aku akan pastikan kamu masuk kantor polis karena sudah mencopet dan membuatku berlari segini jauhnya.
“tidak usah berdrama di hadapanku, jika bukan kamu pelakunya maka izinkan aku utuk menggeledah barang-barang yang kamu bawa”
“baiklah. Geledah saja jelas-jelas bukan aku pencopetnya”
Dengan cepat kubalik badan kecilnya untuk melihat isi dari tas milik gadis itu.
“kamu ini tukang rongsokan ya, banyak sekali sampah di dalam tasmu”
“apa kamu bilang? Rongsokan? Ini buku untuk belajar da nasal kamu tahu buku-buku ini lebih berharga dari dompet mu itu tahu”
Gadis ini kenapa si, jelas wajar aku bertanya seperti itu melihat isi tasnya ini semua terlihat seperti rongsokan, lusush dan bulukkan.
“sia-sia waktuku mengejar kamu sampai sini, pasti kamu berkomplot”
Lihat saja kau akan ku tangkap, sial sekali hari ini setidaknya biarkan dompetnya saja yang kembali isinya tidak usah.
***
Sepulang dari kunjunganku ke proyek aku mengendarai mobilku dengan santai hatiku masih diliputi rasa tidak ihklas karena dicopet siang ini, mau bagai mana lagi sudah terjadi juga kan. Namun pandangan ku jatuh pada seorang gadis yang sempat aku tuduh pencopet tadi siang, bukan hanya itu aku juga melihat seorang tukang jamu bersamanya dan laki-laki yang bajunya masih ku ingat itu laki-laki yang aku tabrak karena gadis aneh itu.
“sekarang aku mengerti situasinya”
Aku harus mengambil dompet ku dari mereka, aku berhentikan mobilku di tepi jalan dengan sembarangan lalu berlari keluar sialnya mereka menyadari itu jauh lebih cepat. Saat ini aku tidak akan mengejar gadis itu tapi si laki-laki yang aku yakin dompetku berada pada nya.
“tunggu berhenti kamu!”
Sial! Larinya sangat kencang aku tertinggal cukup jauh karenanya, saat aku berbelok kesebuah gang kecil hanya beberapa anak kecil yang berada di sana.
“sial. Aku kehilangan jejaknya”
Aku berbalik meninggalkan linkungan kumuh itu dengan hati dongkol bisa-bisanya aku kena penipuan begini, oleh orang-orang seperti itu lagi. Aku menatap kederetan gubuk-gubuk kumuh di lingkungan itu, sebenarnya mereka ini punya rumah atau tidak si, jika tidak kenapa mereka memilih keibu kota begini, sudah tau hidup disini jauh lebih berat dari pada di kampung.
Aku melajutkan perjalanan ke rumah ku karena sudah malas kembali ke kantor jika sudah sore begini.
Sesampainya di rumah aku di sambut oleh lengkingan suara milik ibuku, ya ibu ku ini sangat ketat terhadap tatak ramah. Mau tahu apa kesalahanku?
“Azka, kamu gak merasa kamu melupakan sesuatu gitu?” jika ibu sudah bertanya seperti itu aku sudah dipastikan melupakan aturan nya.
“assalamuallaikum bu Azka pulang” dengan meringis aku membungkuk mencium punggung tangannya.
“jangan di biasakan seperti itu, nanti saat kamu punya istri dan anak bagai mana mau jadi panutan jika kamu saja sudah tidak tahu tatak rama”
Hufft. Ayolah sampai saat ini saja aku masih lajang karena ragu untuk mengenalkan seorang gadis pada nya, bagai mana mau memiliki anak dan istri.
“nantikan ada ibu, jadi bisa di ajarin sama ibuku ini”
“kamu harus dapat jodoh paling baik, supaya ada yang ngurusin sampai tua nanti”
Kadang aku berpikir apa ibu ku ini akan setuju jika aku datang membawa seorang wanita pilihanku, karna sangat terlihat bahwa dia sudah memilihkan seorang gadis untuk ku. Aku hanya mengamini saja semoga itu benar-benar terjadi.
“amin, ya sudah aku mau bersih-bersih diri dulu badan lengket semua”
“ya sudah kalau sudah selesai cepat turun ibu buatkan pudding kesukaan kamu”
“ibu kau sangat baik dan pengertian, sudah lama juga aku tidak makan pudding buatan ibu pasti rasanya sangat enak”
“ya sudah cepat bersih-bersih baru kamu bisa mencobanya”
Aku ingin punya istri seperti ibuku, istri yang terlihat anggun dan tegas di waktu yang bersamaan paket lengkap dengan kecantikan yang sangat natural. Semoga saja.
PoV. PutriMalam ini tidurku terganggu karena suara ketukan di pintu rumahku yang sudah lapuk. Aku berusaha berjalan kearah pintu dengan mata setengah terpejam dan sesekali kaki ku harus teratuk barang-barang rongsok."Siapa si malam-malam begini, ganggu orang" ujarku ngedumel.Saat aku membuka pintu rumahku aku dikejutkan oleh kedatangan beberapa orang berpakaian hitam yang langsung mendorongku masuk lalu membekap mulut dan hidungku sampai aku tidak mengingat apapun selain gelap.***Rasa nyaman aku rasakan tidak sepeti biasanya. Hari ini kasur ku terasa lebih lembut dan empuk seperti dirumah ku dulu. Rumah ayah.Menyadari sebuah kejanggalan dengan paksaan aku membuka mataku, menegakan badanku dengan cepat. Aku benar-benar ada di rumahku? Bagai mana bisa.
POV. AzkaAwalnya aku sangat heran kenapa tiba-tiba Ayah mengajak makan malam bersama keluarga Om Salman, bukan membahas bisnis seperti sebelumnya melainkan menjodohkan ku. Memang, perusahaan kami dan perusahaan milik Om Salman sudah setahun ini bekerja sama. Sepulang dari kantor aku langsung mengarahkan mobilku menuju restoran yang Ayah janjikan. Sesampainya aku disana, aku tidak melihat satupun anggota keluarga Om Salman disana. Sekitar 10 menit menunggu barulah Om Salman dan keluarganya datang. Ku pandangi Rubbi yang tampil cantik dan anggun seperti biasa nya. Ketika dia tersenyum terlihat sangat cantik.Namun pandangan ku beralih ke arah seorang gadis yang wajahnya tertutupi rambut, seperti hantu saja.***"Begini kami sudah sepakat," Om Salman membuka pembicaraan seusai makan malam. Mungkin sekarang saatnya Om Salman mengumumkan perjodoh
PoV. PutriAku menatap lurus cermin di depanku. Disana tampak seorang gadis berdiri di balut gaun elegan berwarna Putih satin berlengan panjang. Wajah di poles make up yang terlihat natural namun sangat memancarkan keanggunan. Rambutnya pun di ikat ke atas dengan sedikit hiasan yang membuat leher jenjangnya terlihat. Dia begitu cantik. Apa itu aku?."Putri, ayo turun kok malah melamun!" Suara Tante Iren membuyarkan lamunanku."Iya Tante," jawabku. Malam ini adalah malam pertunanganku dengan Mas Azka. Aku sangat bimbang, sebab aku tahu kalau Mas Azka menyukai Rubbi bukan aku. Aku mendengar dengan jelas ucapan Mas Azka pada Rubbi beberapa hari yang lalu di kantor, tapi aku memilih untuk berpura-pura tidak tahu.Bukannya aku takut pertunangan gagal. Lebih parah dari itu, aku takut Tante Iren membakar perkampungan tempat ku tinggal dan membuat
PoV. AzkaPosisiku kali ini di kelilingi oleh para tamu undangan. Ya malam ini pertunangan ku dengan Putri. Semenjak kejadian beberapa hari lalu aku belum pernah bertemu dengan Rubbi lagi. Kami hanya bertukar nomor saja, tapi itupun tidak ada komunikasi yang terjalin di antara kami. Jujur, Aku masih menginginkan Rubbi. Untung saja percakapan ku dengan Rubbi waktu itu tidak terdengar oleh Putri maupun Rama. Saat aku bertanya, mereka kompak mengatakan tidak mendengar apa pun.Kutatap Rubbi diujung sana, tampil cantik seperti biasanya. Pandangan kami bertemu, lalu melempar senyum satu sama lain. Kemarin aku menghadiri sebuah seminar dan Rubbi lah moderator nya. dia sangat cantik di acara itu."Kamu lihatin siapa, hm? Rubbi?" Tanya ibuku yang berdiri di sampingku dan berhasil memutuskan pusat perhatianku. "Dengar Azka, kamu itu calon suami Putri, jangan berpikiran untuk mendekati Rubbi. I
PoV. AuthorPutri benar-benar kesal dengan ulah Azka. Selain Azka yang sudah membuatnya malu di parkiran karena ketidak sengajaan nya, ditambah lagi dengan Pak Budi yang mengantarkan berita duka untuk dompetku bulan ini. Azka sudah memotong gaji ku di bulan pertama. Baginya tidak masalah seberapa besar gajinya, toh dia masih bisa beroperasi di dekat-dekat sini. Hanya saja ia tidak suka dengan sikap arogan calon suaminya itu, "nyebelin!" Umpat Putri setelah keluar dari ruangan Pak Budi dan kembali kemejanya."Put.." panggil seseorang yang menempati kubikel di sebelahku. "Habis di apain kamu di ruangan Pak Budi kamu kelihatan seram sekali, kenapa?" Tanya gadis itu sembari memperbaiki letak kacamata besarnya. Dia itu Mitha gadis yang berpenampilan kuno datang dari kampung dan berkerja di bagian marketing sama sepertiku. Dia satu satunya yang bisa dianggap teman di kantor ini oleh Putri.
Pov. Authorpesta pernikahan digelar di Ballroom salah satu hotel ternama yang berada di jantung ibukota dengan nuansa putih dan silver yang berkesan mewah dan suci. para undangan menatap takjup atas dekorasi ruangan yang terasa seperti di negeri dongeng. ya, para undangan tanpa karyawan Pratama Grup tentunya. Putri pun sudah di make up dengan sangat baik, terlihat sangat cantik dan anggun seperti bukan dirinya yang sering terlihat sehari-hari. tak sedikit yang memuji Putri saat memberikan selamat kepada kedua mempelai. sebenarnya Azka juga sependapat dengan para undangan, hanya saja ia tak mau mengakuinya. nanti dia besar kepala.kedua orang tua Azka terlihat sangat bahagia. senyum bahagia itu pun tidak pernah luput dari pehatian Putri. hanya Rubbi saja yang tidak terlihat keberadaannya. Rubbi beralasan tidak bisa hadir karena sibuk. ia tidak bisa membatalkan kontrak dengan salah satu agens
PoV. AuthorCahaya mataharim sela-sela tirai yang mengenai wajah Putri yang masih terlelap tidur. Putri yang merasa terganggu perlahan membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Ia memicingkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Putri menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul tujuh lewat. Apa?!! Putri hampir melompat dari sofa bad. Buru-buru ia masuk ke dalam kamar lalu menuju kamar mandi. Ternyata, Azka sudah berangkat lebih dahulu, meninggalkannya dan tak membangunkannya. Tega sekali!Usai membersihkan diri dan mengenakan seragam kantornya, Putri dengan cepat berlari keluar sambil menguncir rambutnya asal."Ya ampun, di mana si rasa kemanusiaannya ini orang" gerutu nya, saat melihat di pantry tidak ada satu pun jenis makanan. Putri menekuk wajah nya cemberut, "Azka! Nyebelin!!" Seru Putri dengan gemas. Kemu
PoV. Author"kamu tahu apa yang sudah kamu lakuin hari ini?!" Tuding Azka yang baru saja tiba di apartemen sepulang dari kantor. Pagi tadi Azka terkejut saat pintu kamarnya tidak bisa di buka, saat ia memanggil Putri berkali-kali namun tidak ada respon Azka sadar jika gadis itu kembali mengerjainya. Kali ini dia sudah kelewatan!"Gara-gara kamu aku jadi telat ngantor, Ayah marah besar karena aku telat padahal hari ini ada meeting pemegang saham! Untung ada Rama yang mengganti kan aku" jelas Azka dengan nada marah."Bagus dong ada Mas Rama," jawab Putri cuek."Kamu sadar dong Put, ini keterlaluan. Nggak lucu!" Azka menatap Putri serius."Kamu pikir dengan nyuruh Om aku narik semua fasilitas itu lucu?!" Sembur Putri yang emosinya terpancing."Itu beda, Put.." Azka terlihat geram pada gadis di depannya.
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.