Gadis cantik dengan rambut panjang curly, berjalan di atas karpet merah, memasuki rumah besar bak mansion milik keluarga Kotaro. Gaun peach selutut membungkus tubuhnya dengan pas. Gadis itu adalah Evelyn Gauri yang baru saja tiba di acara pesta penyambutan Ceo muda, pewaris tunggal keluarga Kotaro.
Evelyn melangkah di belakang kedua orang tuanya, yang katanya berteman baik dengan keluarga Kotaro. Namun Evelyn tidak tahu menahu soal itu, dia hanya mengikuti ajakan orang tuanya. Walau sebenarnya dia tidak begitu menyukai pesta.
Sepasang suami istri yang masih terlihat tampan dan cantik menyambut mereka dengan begitu hangat, Evelyn pun ikut menyalami. Dia hanya menebak bahwa pasangan dihadapannya ini adalah tuan dan nyonya Kotaro.
"Ini pasti Evelyn," wanita paruh baya mengelus puncak kepala Evelyn.
"Benar tante. Saya Evelyn Gauri, panggil saja Eve" jawab Evelyn.
"Sherly," wanita itu memperkenalkan diri "Kau cantik sekali. Juna pasti akan menyukaimu, dia tidak akan menyesal pulang ke Indonesia."
"Dia istriku Eve," jawab Tuan Kotaro.
"Juna?" Evelyn mengerutkan kening.
"Arjuna anakku. Tunanganmu, kau harus bahagia malam ini Eve hahaha.." Tuan Kotaro tertawa, Evelyn--gadis itu kebingungan mendengar perkataan pria itu.
"Tu-tunangan?" tanya Evelyn, memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
"Kau tidak tahu?" Sherly bertanya, melirik kedua orang tuanya secara bergantian.
Wanita paruh baya--Mona yang dia sebut Mami tertawa nyaring, "maafkan kami Eve. Ini adalah pesta pertunangannmu dengan Arjuna, kami belum memberitahukanmu sayang. Maafkan kami," Mona mencoba menjelaskan.
"Papi kau juga merencanakan ini?" Evelyn menatap kecewa pada kedua orang tuanya.
"Pilihan Papi akan menjadi pilihanmu Eve," jawab Rayhan tegas. Rayhan yang biasa lembut kini terlihat menakutkan bagi Eve, tidak bisakah dia membantah?
"Kalian.." Evelyn membendung air matanya, satu kedipan mata dapat membanjiri pipinya, dia sangat marah saat ini.
"Aku tidak mau! Aku tidak mau menikahi pria asing!" bantah Evelyn.
"Evelyn Gauri! sejak kapan kau menolak keputusan dan pilihanku?!" bentak Rayhan.
"Tuan Rayhan yang terhormat, 20 tahun aku hidup bersamamu aku selalu patuh dan tidak mengeluh. Tapi untuk sebuah pernikahan aku menolak! Aku berhak menentukan pilihan!"
"PLAK!"
"BERANINYA KAU BERBICARA TIDAK SOPAN PADAKU!" suara lantang beserta tamparan membuat para tamu hening, menyaksikan pertengkaran mereka.
Tuan Kotaro melerai mereka, menarik Rayhan agar tidak melakukan hal diluar batas. Mona dan Sherly mencoba menarik Evelyn, namun gadis itu menepis leraian tangan mereka. Dan berbalik dengan perasaan sakit dihatinya, hatinya lebih sakit dari pada sebuah tamparan di pipinya.
Dua langkah Evelyn pergi, terdengar suara teriakan histeris Mona. dia berbalik dan melihat Rayhan pingsan dengan Tuan Kotaro yang menahannya.
"PAPI!!!" teriak Evelyn.
Gadis itu kembali mendekat, melihat Rayhan yang tiba-tiba pingsan. Tuan Kotaro memanggil para ajudan, memerintahkan untuk segera membawa Rayhan ke rumah sakit. Pesta pun mulai kacau, Tuan Kotaro segera memerintahkan para pekerja untuk menutup acara pesta.
Evelyn menangis, dia merasa bersalah atas ucapan yang dia lontarkan pada Ayahnya. Sebelumnya dia adalah seorang gadis yang penurut, namun kali ini dia merasa Ayahnya sudah benar-benar keterlaluan. Tidak membicarakan dahulu hal sepenting ini, karena pernikahan tidak bisa dijalani begitu saja seperti hal-hal lain yang telah dia turuti sesuai dengan perintah Ayahnya.
Dari lantai dua Arjuna menyaksikan pertengkaran mereka, keributan pesta dan pembubaran. Dia menyunggingkan senyum "gadis yang luar biasa, aku sudah ditolak sebelum meminta," lelaki itu tersenyum sinis.
***
Dilorong rumah sakit Evelyn duduk termenung. Sisa air mata masih membasahi pipinya, dia benar-benar menyesal telah mengeluarkan perkataan jahat pada Ayahnya. Karena dokter baru saja mengatakan bahwa ada masalah dengan jantung Ayahnya, Ayahnya sedang sakit dia bahkan tidak tahu itu. Rayhan pintar sekali menyembunyikan penyakitnya. Dan dokter juga mengatakan bahwa Ayahnya koma. Evelyn benar-benar sangat menyesal.
"Eve, kau baik-baik saja?" Sherly mendekatinya.
"Menurut tante?" Evelyn tersenyum miris.
"Tentu saja tidak," Sherly memeluknya. Mengusap pundak, meminjamkan bahu untuknya.
"Aku menyesal hiks.." tangis Evelyn.
"Bukan salahmu. Mereka juga bersalah tidak mengatakan lebih dulu," bisik Sherly menenangkan.
Evelyn merasa nyaman bersama Sherly, padahal baru saja beberapa jam bertemu. Sherly sangat baik dan ramah, Evelyn menyukai itu. Satu hal yang dia pikirkan, jika dia menikah dengan Arjuna maka Sherly akan menjadi Ibu mertuanya.
"Sayang, kita harus pulang." Tuan Kataro memanggil Sherly.
Evelyn melepas pelukannya, "terima kasih tante. Maaf aku menahanmu terlalu lama."
"Tidak Eve. Aku justru senang bisa menenangkanmu," Sherly tersenyum ramah.
"Eve. Maafkan kami semua membuatmu terkejut. Pertimbangkan kembali anakku," Kataro menepuk pelan bahu Evelyn.
"Arjuna, dia anak yang baik. Kau akan menyukainya setelah bertemu dengannya. Kami harus pulang, kau tidak apa-apa kami tinggal?"
"Pulanglah. Didalam masih ada Mami," jawab Evelyn.
Kedua pasangan itu pun pamit, meninggalkan Evelyn dalam keheningan. Gadis itu memasuki kamar rawat Ayahnya, yang kini terbaring koma. Disampingnya Mona tertunduk menangisi tubuh Ayahnya yang terbaring.
"Mami.." panggil Evelyn.
Mona menoleh, "kau masih disini?"
"Mami marah padaku?" tanya Evelyn sedih.
"Atas dasar apa aku marah padamu? tidak Eve," Mona menarik anak gadisnya agar mendekat.
"Aku yang membuat Papi terbaring di sini."
"Bukan salahmu Eve. Papi yang tidak menceritakan tentang penyakitnya pada kita semua, dia juga salah karena telah menyembunyikannya."
"Maafkan Mami dan Papi, soal pertunanganmu."
"akan aku pertimbangkan."
"Jika kau tidak mau-"
"Mami harus pulang. Biar aku yang jaga Papi malam ini," Evelyn segera memotong kalimat Mona. Menyuruhnya untuk pulang.
"Kita pulang sama-sama."
"Aku tidak ingin pulang, aku ingin menemaninya. Mami pulang! Mami harus istirahat, besok Mami boleh kesini temenin Papi."
"Baiklah, Mami akan pulang. Jaga dirimu."
Evelyn mengangguk, dia mengantarkan Mona hingga depan pintu kamar. Mona menolak diantar hingga lobby, setelah kepergian Mona Evelyn duduk di bangku lorong rumah sakit. Menatap ujung heels yang dia kenakan. Air matanya kembali terjatuh, dia kembali menangis dalam keheningan.
Tiba-tiba saja seseorang datang, aroma parfume menusuk indra penciumannya. Saat seseorang itu menutupi tubuhnya dengan jas hitam aroma yang sangat gentle, sangat kuat tercium.
Evelyn mendongak, melihat siapa yang telah menutupi tubuhnya dengan jas beraroma parfume yang sangat kuat. Dia sangat suka aroma ini, "siapa kau?" Evelyn memicingkan matanya. Dia mulai waspada melihat seorang lelaki asing tengah berdiri dengan membawa kantong putih di tangannya.
Lelaki itu meletakkan kantong putih yang penuh dengan makanan itu di kursi kosong samping Evelyn. Lelaki itu menunduk mata mereka bertemu, "aku lelaki yang telah kau tolak beberapa jam lalu," bisiknya lembut.
Matanya yang teduh menatap Evelyn, "Arjuna" suara Evelyn tercekat. Ditatap seperti itu Evelyn menjadi salah tingkah, pasalnya Arjuna sangat jauh dengan gambaran otaknya. Dia terlihat sangat muda dan berkharisma. Padahal yang Evelyn pikirkan tentang Arjuna adalah pria tua yang tidak laku karena mau saja dijodohkan.
Kenyataannya Arjuna adalah lelaki tampan, dia terlalu muda untuk menyandang status seorang ceo perusahaan yang dia rintis sendiri "berhenti menangis. dasar cengeng!" makian Arjuna membuyarkan lamunannya. Kini lelaki itu sudah berpindah duduk di kursi sebelah terhalang kantong makanan.
Hening. Suasana menjadi canggung.
"Jadilah istriku," mata elang Arjuna menatapnya tajam.
"Meski kau tampan dan hebat, aku tidak tertarik hidup bersamamu," Evelyn balas menatap.
"Beri aku alasan mengapa kau menolak? padahal aku muda dan mapan."
"Karena pernikahan hanya untuk dua orang yang saling mencintai," Evelyn balas menatap.
Bersambung..
"Karena pernikahan hanya untuk dua orang yang saling mencintai," tatapan Evelyn menusuk.Sepasang mata elang milik Arjuna menatap lurus manik mata Evelyn. Gadis itu terhipnotis, Arjuna mendekat, menghapus jarak diantara mereka. Sedikit lagi bibir mereka bersentuhan, Evelyn langsung bangkit menghindar, dia salah tingkah. Arjuna sendiri malah tertawa."Mengapa kau tertawa?" Evelyn mengerutkan kening."kau gadis pertama yang menghindari ku," Arjuna bangkit kembali menyudutkan Evelyn pada tembok yang sempat ia jadikan sandaran "dan ini menarik," bisik Arjuna.Evelyn menelan saliva, balas menatap sepasang mata elang milik Arjuna "aku antar kau pulang," akhirnya hanya itu yang keluar dari bibir Arjuna."Tidak! aku akan menjaga Papi disini," Evelyn membuang muka."Aku yang akan berjaga," jawab Arjuna tegas dengan sor
Sinar matahari masuk menembus jendela, Evelyn bergerak berusaha membuka mata. Yang dia lihat adalah sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Gadis itu terduduk, dan menemukan jas hitam milik arjuna menutupi tubuhnya. Matanya mencari keberadaan cowok itu, tapi tidak dia temukan. Kemana dia? Pikir Evelyn, dia ingat bahwa semalam Arjuna menemaninya hingga tertidur.Pintu terbuka, seseorang yang Evelyn cari muncul. Membawa kantong plastik berwarna putih lagi, "good morning!"Sapa Arjuna dengan sedikit senyuman. Dan itu tampan sekali menurut Evelyn.Evelyn menelan saliva, "pa-pagi juga. Kau masih disini?""Tentu saja, istriku masih disini." Satu jawaban sukses membuat Evelyn salah tingkah, hobi sekali Arjuna membuatnya tersipu.Apa ini? Baru satu malam aku sudah mulai menyukainya?tanyanya dalam hati, pada diri sendiri."Are you okay?"Arjuna melambaikan tangan tepat didepan wajah Evelyn.
Evelyn dan ketiga temannya sedang merias wajah di toilet, saat ini mereka sedang berada di sebuah club malam. Ini pertama kali baginya, teman-temannya memaksa agar dia ikut bergabung dan disinilah dia sekarang bersama Tania, Fina dan Naima."Ya tuhan aku berharap malam ini bisa bertemu dengan pria jepang, jatuh cinta dan menikah," ujar Tania sembari mengoleskan lipstik pada bibirnya."Selalu saja pria jepang," ledek Naima."Eve, mengapa kau memakai blezermu? Lepaskanlah, itu hanya menjadi sebuah penghalang keseksianmu," Tania menarik blezer Evelyn."Untuk apa aku melepaskannya? Aku tidak peduli dengan pria manapun, karena Papi sudah menentukan pilihan untukku." Evelyn tertunduk lesu, wajahnya muram."Girls!" Fina mengingatkan kedua temannya untuk tidak membahas pria."I'am sorryEve, aku tidak bermaksud membuatmu kembali sedih." Ucap Tania dengan wajah menyesal."Tidak apa-apa Tan, tidak perlu
Evelyn turun dari kamarnya, menuju dapur. Dengan rambut yang masih berantakan dan wajah khas bangun tidur, kepalanya terasa pening. Berjalan menuju dapur Evelyn langsung mengambil air dingin yang berada dikulkas dan meneguknya."Ternyata daya tarik Juna sangat luar biasa," kata Elangga yang berada dimeja makan, memperhatikan adiknya.Ukhuk.. ukhuk..Evelyn batuk, gadis itu menoleh dan menemukan Elangga yang tengah menikmati sarapan pagi."El? Kau.." ucapan Evelyn tergantung, dia keburu ingat bahwa Mona kemarin sempat memberitahukan penerbangan El ke Indonesia "sedang apa kau?" lanjutnya."Menikmati sarapanku, konyol sekali pertanyaanmu. Dan wajah apa itu? Seperti itukah wajah yang harus kau tunjukkan pada seorang Kakak yang telah lama meninggalkan rumah? Kau tidak merindukanku?"Evelyn bergerak melangkah, mengambil posisi duduk dihadapan El "kau tidak marah padaku?" Evelyn menatap sedih.El terdiam, Evel
Aroma air laut serta pasir tercium, Evelyn sangat menyukai pantai. Gadis itu sangat senang, wajahnya benar-benar ceria. Karena rasa senangnya dia sejenak melupakan apa yang telah dia alami, tentang dirinya yang tiba-tiba saja menjadi calon istri seorang Ceo muda, tentang Ayahnya yang kini terbaring koma, juga tentang skripsinya yang sedang dia kerjakan setengah mati. Evelyn berlari dan berteriak. Angin menerbangkan rambut panjangnya, membuat dia semakin cantik alami. Arjuna mematung, melihat Evelyn. Gadis itu terlihat cantik dan lebih ceria, mungkinkah Evelyn berdandan untuknya? Ujung bibir Arjuna perlahan tertarik membentuk sebuah senyuman. "Hellooo Tuan! Kau tidak mendengarku?" Evelyn melambaikan tangan. Arjuna segera tersadar "tentu saja aku mendengarmu," jawab Arjuna segera. "Ini indah sekali. Dari mana kau tahu aku suka pantai?" Evelyn mendekat dengan senyumnya yang menawan. "Kau
Evelyn sampai di apartemen Arjuna, dengan alamat yang telah diberikan. Arjuna bilang dia tidak perlu membeli bahan makanan, cukup datang dan memasak. Evelyn menurutinya, Arjuna tinggal di sebuah apartemen mewah, tidak jauh dari lokasi DK Group.Arjuna bahkan memberikan password pintu apartemennya. Memasuki apartemen yang sangat terlihat rapi dan bersih, Evelyn tidak yakin ini adalah apartemen yang Arjuna tempati sendirian, apartemen itu sangat terawat. Tanpa melihat lebih jauh Evelyn langsung memasuki dapur dan memasak, Evelyn sangat senang melihat isi kulkas yang dipenuhi dengan banyaknya bahan makanan, semua bahan yang dia perlukan berada disana. Kepandaiannya dalam memasak bukanlah hal tabu, sejak kecil Evelyn sudah sering memasak bersama Maminya, tapi anehnya masakan yang Evelyn masak rasanya malah lebih enak dibanding dengan masakan ibunya sendiri.Dalam 3 jam dia menyelesaikan semua masakannya. Hidangan dimeja makan kini sudah penuh, E
Ini sudah hari ke tujuh, Evelyn melewati harinya bersama Arjuna. Lelaki itu berhasil mencuri hatinya, dan malam ini dia dan Arjuna akan makan malam diluar. Evelyn bercermin, dia tampak cantik dalam balutan dress hitam yang pas ditubuhnya. "Papi, malam ini adalah jawabanku atas perjodohan kami. Ku harap pilihanku ini benar."Menuruni tangga perlahan, Arjuna sudah menunggunya. Di sofa ruang tamu, Arjuna bangkit saat Evelyn menuruni tangga, dia tersenyum "cantik sekali," bisiknya."Hai," Sapa Arjuna ketika Evelyn sudah mendekat. Evelyn tersipu, dia menoleh pada Ibunya yang telah menemani Arjuna "Mami, Eve pergi dulu." Mona mengangguk, dia beralih pada Arjuna "hati-hati, jaga Putriku." Pesannya pada Arjuna."Tentu saja tante, Eve aman bersamaku."***Sampai di tempat, Arjuna membawanya ke restoran mewah. Makanan lezat disajikan, tepat saat mereka t