Aroma air laut serta pasir tercium, Evelyn sangat menyukai pantai. Gadis itu sangat senang, wajahnya benar-benar ceria. Karena rasa senangnya dia sejenak melupakan apa yang telah dia alami, tentang dirinya yang tiba-tiba saja menjadi calon istri seorang Ceo muda, tentang Ayahnya yang kini terbaring koma, juga tentang skripsinya yang sedang dia kerjakan setengah mati. Evelyn berlari dan berteriak. Angin menerbangkan rambut panjangnya, membuat dia semakin cantik alami.
Arjuna mematung, melihat Evelyn. Gadis itu terlihat cantik dan lebih ceria, mungkinkah Evelyn berdandan untuknya? Ujung bibir Arjuna perlahan tertarik membentuk sebuah senyuman.
"Hellooo Tuan! Kau tidak mendengarku?" Evelyn melambaikan tangan.
Arjuna segera tersadar "tentu saja aku mendengarmu," jawab Arjuna segera.
"Ini indah sekali. Dari mana kau tahu aku suka pantai?" Evelyn mendekat dengan senyumnya yang menawan.
"Kau mencari tahu tentangku saat berada di Ausie?" lanjut Evelyn.
Arjuna tertawa, "menurutmu begitu?"
"Ya! Ku rasa kau adalah orang yang teliti dalam segala hal, salah satunya adalah pertunangan kita."
"Tentu saja, karena tidak semua perempuan ingin aku miliki. Meski kebanyakan dari mereka ingin memiliki Aku," Arjuna tersenyum.
"Sombong!"
"Eve."
"Ya?"
"Kenapa kita tidak menikah secepatnya saja?"
Evelyn menoleh, "kau gila? Sudah aku katakan aku tidak ingin menikah dengan pria asing."
"Apa aku masih asing bagimu?"
"Ya, kau... Aku tidak tahu siapa dirimu. Kita baru saja saling mengenal, aku memberikanmu waktu tujuh hari untuk mendapatkan hatiku. Bukankah kita sudah sepakat?"
Arjuna meraih bahu Evelyn, "benarkah kau setuju dengan waktu tujuh hari itu?" Arjuna terlihat gembira.
Evelyn tersenyum dan mengangguk.
"Kau pasti akan jatuh cinta padaku Eve," kata Arjuna tatapan matanya sangat intens.
"Yakin sekali," ejek Evelyn.
"Karena kau sudah mulai menyukaiku," Arjuna tersenyum meremehkan.
Evelyn menoleh, dari mana dia bisa tahu? Ujarnya dalam hati.
***
Evelyn baru saja turun dari mobil Arjuna, tadi pagi pria itu datang bersama Farah saat menjemputnya. Tapi saat dia sudah mandi, Farah tidak ada, dia yakin Arjuna pasti mengusir asistennya itu, agar bisa berduaan dengannya.
"Kau senang malam ini tuan Putri?" Sampai diujung tangga, El menyambutnya dengan senyuman jahil.
"Minggir! Jangan menggodaku," Evelyn masih tidak bisa menyembunyikan senyumnya.
"El, berhentilah menggoda adikmu," Mona datang melerai.
"Mami, kau tidak tanya aku kemana? Kau tidak mencariku," Evelyn bergelayut manja pada Ibunya. Mona mengusap rambutnya dengan sayang.
"Untuk apa aku bertanya, Juna sudah lebih dulu meminta ijin dariku untuk pergi denganmu," Mona mencolek hidung Evelyn.
"Benarkah?"
Mona mengangguk.
"Sepertinya Arjuna diterima baik dikeluarga kita," El melangkah turun.
Mona dan Evelyn saling menatap, kemudian tertawa "kau menyukainya sayang?" tanya Mona.
Evelyn salah tingkah, "Mam aku harus membersihkan badanku."
Tanpa menjawab pertanyaan Mona, Evelyn segera pergi. Dia malu mengakui bahwa dia menyukai Arjuna. Pasalnya memang sejak awal dia sudah menolak lelaki itu. Mona menggelengkan kepala, melihat Evelyn yang langsung kabur kekamarnya.
***
Dalam perjalanan Arjuna menepikan mobilnya, melihat ponsel yang menampilakan 39 panggilan tak terjawab. Arjuna menatap malas dan hendak memblokir nomor itu, tapi ponselnya lebih dulu berbunyi dan menampilkan nomor yang baru saja hendak dia block.
"Hallo.."
"Berani sekali kau tidak mengangkat teleponku!" Suara gadis diseberang sana terdengar kesal dan marah.
"Bisa tidak kau berhenti menghubungiku? Aku rasa setelah malam itu, semuanya sudah berakhir. Kau tidak harus selalu menghubungiku atau menungguku."
"Kau... Apa maksudmu?"
"Jangan menungguku," Arjuna segera mematikan sambungan telepon. Tanpa mendengar jawaban gadis yang berada diseberang sana. Dia pun memblockir nomor itu, "maafkan aku, ku rasa aku sudah menemukan orang yang tepat disini. Dan aku ingin menikahinya, dia kembali menghidupkan debaran yang telah lama hilang dihatiku. Semoga kau pun menemukan yang lebih baik dan lebih segalanya dariku. Ku harap kau pun selalu bahagia, terima kasih atas waktu yang sempat kau berikan padaku, serta semangat yang selalu kau salurkan," ucap Arjuna panjang lebar sembari menatap foto seorang gadis cantik dengan rambut panjangnya yang tertiup angin, tersenyum kepadanya dalam foto itu.
Arjuna masuk ke gallery ponselnya, yang banyak menyimpan kenangan bersama gadis itu. Kemudian menandai semua foto dan menghapusnya. Dalam hatinya kini hanya satu tujuan, Evelyn Gauri. Arjuna harus mendapatkannya, meski berawal dari sebuah obsesi untuk mendapatkan perusahaan, kini bukan itu lagi yang dia inginkan.
[Kau sudah tidur?]
Arjuna mengirimkan sebuah pesan pada Evelyn. Tadi saat dipantai, mereka sempat saling bertukar nomor ponsel. Mereka sepakat untuk menjalani waktu selama tujuh hari, menciptakan perasaan cinta dihati.
***
Evelyn baru saja keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang membungkus rambutnya, bercermin dan mengeringkan rambut. Ponselnya berbunyi, dia meraihnya.
[Kau sudah tidur?]
Evelyn tersenyum membacanya, dan mengetikkan balasan.
[Belum. Ada apa?]
Setelah terkirim, dia kembali untuk mengeringkan rambutnya. hanya dalm satu detik ponselnya langsung berbunyi. Menampilkan nama 'ArJuna Calling' dilayarnya. Alis gadis itu terangkat, melihat siapa yang menghubunginya—Arjuna meminta panggilan Video dengannya. Evelyn memencet tombol hijau yang langsung tersambung dengan lelaki itu.
"Ada apa?" tanya Evelyn.
"Aku merindukanmu..." Ucap Arjuna lirih, suaranya lembut dan menenangkan, sebuah candu bagi Evelyn.
Evelyn tertawa, dan menyimpan pengering rambut, mematikannya "kita baru beberapa menit berpisah, kau sudah bilang merindukanku."
Arjuna tersenyum, "lalu kau ingin aku merindukan perempuan lain?"
"Menurutmu aku akan menyukainya?" Evelyn mengerutkan kening, melihat bahwa lelaki itu masih berada didalam mobil "Kau belum pulang?"
"Aku masih ingin diluar. Kau ingin aku pulang?" Arjuna tersenyum penuh rencana "Baiklah tunggu aku."
BIP.
Arjuna mengakhiri Video call mereka lebih dulu. Evelyn menatap ponselnya, tidak sopan sekali Arjuna, pikirnya. Dia pun meletakan ponselnya kembali. Dalam 10 menit setelah dia berpakaian, Mona memanggilnya bersamaan dengan ketukan pintu.
Evelyn beranjak membuka pintu "Momi..."
"Ada Arjuna dibawah, dia menunggumu," Mona memberitahu Evelyn dengan senyuman jahil.
Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, "Arjuna?" Evelyn kembali bertanya, memastikan bahwa yang dia dengar tidak salah.
"Iya, cepatlah turun."
Evelyn pun segera menutup pintu kamar, dan turun menuju ruang tamu. Tapi Arjuna tidak ada disana, Evelyn mencarinya keluar dan menemukannya ditaman samping rumah, "Juna," Panggilnya.
Arjuna menoleh, dengan cepat menarik Evelyn dalam pelukannya. Sejenak hening tercipta diantara mereka, Arjuna memejamkan mata, mengeratkan pelukannya.
"Ada apa?" tanya Evelyn, masih dalam posisi mereka yang saling berpelukan.
Arjuna melepaskan pelukan, memegang bahu Evelyn "Bukankah kau sangat ingin aku pulang?" bisik Arjuna.
Evelyn mengerjapkan matanya, "benar, tapi mengapa kau berada disini?"
"Karena kau rumahku," Arjuna tersenyum menatap manik mata Evelyn.
Evelyn tersipu malu, "kau ini! Maksudku kau harus pulang kerumahmu. Mengapa malah kerumahku?"
"Tapi aku ingin membawamu pulang, aku kesepian Eve..."
"Bagaimana bisa kesepian, kau memiliki seorang Ibu yang hangat dan juga Ayahmu."
Arjuna melangkah duduk pada kursi taman, diikuti Evelyn "aku tidak tinggal dirumah Eve."
"Lalu?"
"Aku tinggal di apartemen, sendirian."
"Benarkah? Tapi kenapa? Aku pikir kau akan tinggal didalam mansion Ayahmu itu," Evelyn mengerjapkan mata.
"Aku lebih nyaman dengan apartemenku."
"Apa karena Tante Sherly? Dia baik, kenapa kau tidak mau tinggal?"
Arjuna terkekeh, "bukan. Tentu saja bukan karena keberadaannya. Aku hanya lebih nyaman tinggal di apartemen, karena sudah lama aku tidak tinggal dengan orang tuaku. Di Ausie pun juga aku tinggal sendirian, hanya Farah yang sewaktu-waktu melayaniku."
"Kau pemilih juga dalam tempat tinggal."
"Kau benar! Sekarang aku ingin tinggal bersamamu. Secepatnya, kita masih memiliki waktu empat hari, aku tidak sabar mendengar jawabanmu."
"Aku juga," Evelyn tersenyum.
"Kau mau aku buatkan sesuatu?" tanya Evelyn.
"Buatkan aku makan malam," bisik Arjuna tepat ditelinga Evelyn "besok datanglah ke apartemen, aku akan kirimkan alamat dan passwordnya."
"Aku akan pulang malam, kau bisa memasak sebelum aku pulang. Kabari aku jika makanan sudah siap, aku akan segera pulang."
"Baiklah."
Bersambung...
Evelyn sampai di apartemen Arjuna, dengan alamat yang telah diberikan. Arjuna bilang dia tidak perlu membeli bahan makanan, cukup datang dan memasak. Evelyn menurutinya, Arjuna tinggal di sebuah apartemen mewah, tidak jauh dari lokasi DK Group.Arjuna bahkan memberikan password pintu apartemennya. Memasuki apartemen yang sangat terlihat rapi dan bersih, Evelyn tidak yakin ini adalah apartemen yang Arjuna tempati sendirian, apartemen itu sangat terawat. Tanpa melihat lebih jauh Evelyn langsung memasuki dapur dan memasak, Evelyn sangat senang melihat isi kulkas yang dipenuhi dengan banyaknya bahan makanan, semua bahan yang dia perlukan berada disana. Kepandaiannya dalam memasak bukanlah hal tabu, sejak kecil Evelyn sudah sering memasak bersama Maminya, tapi anehnya masakan yang Evelyn masak rasanya malah lebih enak dibanding dengan masakan ibunya sendiri.Dalam 3 jam dia menyelesaikan semua masakannya. Hidangan dimeja makan kini sudah penuh, E
Ini sudah hari ke tujuh, Evelyn melewati harinya bersama Arjuna. Lelaki itu berhasil mencuri hatinya, dan malam ini dia dan Arjuna akan makan malam diluar. Evelyn bercermin, dia tampak cantik dalam balutan dress hitam yang pas ditubuhnya. "Papi, malam ini adalah jawabanku atas perjodohan kami. Ku harap pilihanku ini benar."Menuruni tangga perlahan, Arjuna sudah menunggunya. Di sofa ruang tamu, Arjuna bangkit saat Evelyn menuruni tangga, dia tersenyum "cantik sekali," bisiknya."Hai," Sapa Arjuna ketika Evelyn sudah mendekat. Evelyn tersipu, dia menoleh pada Ibunya yang telah menemani Arjuna "Mami, Eve pergi dulu." Mona mengangguk, dia beralih pada Arjuna "hati-hati, jaga Putriku." Pesannya pada Arjuna."Tentu saja tante, Eve aman bersamaku."***Sampai di tempat, Arjuna membawanya ke restoran mewah. Makanan lezat disajikan, tepat saat mereka t
Gadis cantik dengan rambut panjang curly, berjalan di atas karpet merah, memasuki rumah besar bak mansion milik keluarga Kotaro. Gaun peach selutut membungkus tubuhnya dengan pas. Gadis itu adalah Evelyn Gauri yang baru saja tiba di acara pesta penyambutan Ceo muda, pewaris tunggal keluarga Kotaro.Evelyn melangkah di belakang kedua orang tuanya, yang katanya berteman baik dengan keluarga Kotaro. Namun Evelyn tidak tahu menahu soal itu, dia hanya mengikuti ajakan orang tuanya. Walau sebenarnya dia tidak begitu menyukai pesta.Sepasang suami istri yang masih terlihat tampan dan cantik menyambut mereka dengan begitu hangat, Evelyn pun ikut menyalami. Dia hanya menebak bahwa pasangan dihadapannya ini adalah tuan dan nyonya Kotaro."Ini pasti Evelyn," wanita paruh baya mengelus puncak kepala Evelyn."Benar tante. Saya Evelyn Gauri, panggil saja Eve" jawab Evelyn."Sherly," wanita itu memperkenalkan diri "Kau cantik sekali. Juna pasti akan menyukaimu, &
"Karena pernikahan hanya untuk dua orang yang saling mencintai," tatapan Evelyn menusuk.Sepasang mata elang milik Arjuna menatap lurus manik mata Evelyn. Gadis itu terhipnotis, Arjuna mendekat, menghapus jarak diantara mereka. Sedikit lagi bibir mereka bersentuhan, Evelyn langsung bangkit menghindar, dia salah tingkah. Arjuna sendiri malah tertawa."Mengapa kau tertawa?" Evelyn mengerutkan kening."kau gadis pertama yang menghindari ku," Arjuna bangkit kembali menyudutkan Evelyn pada tembok yang sempat ia jadikan sandaran "dan ini menarik," bisik Arjuna.Evelyn menelan saliva, balas menatap sepasang mata elang milik Arjuna "aku antar kau pulang," akhirnya hanya itu yang keluar dari bibir Arjuna."Tidak! aku akan menjaga Papi disini," Evelyn membuang muka."Aku yang akan berjaga," jawab Arjuna tegas dengan sor
Sinar matahari masuk menembus jendela, Evelyn bergerak berusaha membuka mata. Yang dia lihat adalah sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Gadis itu terduduk, dan menemukan jas hitam milik arjuna menutupi tubuhnya. Matanya mencari keberadaan cowok itu, tapi tidak dia temukan. Kemana dia? Pikir Evelyn, dia ingat bahwa semalam Arjuna menemaninya hingga tertidur.Pintu terbuka, seseorang yang Evelyn cari muncul. Membawa kantong plastik berwarna putih lagi, "good morning!"Sapa Arjuna dengan sedikit senyuman. Dan itu tampan sekali menurut Evelyn.Evelyn menelan saliva, "pa-pagi juga. Kau masih disini?""Tentu saja, istriku masih disini." Satu jawaban sukses membuat Evelyn salah tingkah, hobi sekali Arjuna membuatnya tersipu.Apa ini? Baru satu malam aku sudah mulai menyukainya?tanyanya dalam hati, pada diri sendiri."Are you okay?"Arjuna melambaikan tangan tepat didepan wajah Evelyn.
Evelyn dan ketiga temannya sedang merias wajah di toilet, saat ini mereka sedang berada di sebuah club malam. Ini pertama kali baginya, teman-temannya memaksa agar dia ikut bergabung dan disinilah dia sekarang bersama Tania, Fina dan Naima."Ya tuhan aku berharap malam ini bisa bertemu dengan pria jepang, jatuh cinta dan menikah," ujar Tania sembari mengoleskan lipstik pada bibirnya."Selalu saja pria jepang," ledek Naima."Eve, mengapa kau memakai blezermu? Lepaskanlah, itu hanya menjadi sebuah penghalang keseksianmu," Tania menarik blezer Evelyn."Untuk apa aku melepaskannya? Aku tidak peduli dengan pria manapun, karena Papi sudah menentukan pilihan untukku." Evelyn tertunduk lesu, wajahnya muram."Girls!" Fina mengingatkan kedua temannya untuk tidak membahas pria."I'am sorryEve, aku tidak bermaksud membuatmu kembali sedih." Ucap Tania dengan wajah menyesal."Tidak apa-apa Tan, tidak perlu
Evelyn turun dari kamarnya, menuju dapur. Dengan rambut yang masih berantakan dan wajah khas bangun tidur, kepalanya terasa pening. Berjalan menuju dapur Evelyn langsung mengambil air dingin yang berada dikulkas dan meneguknya."Ternyata daya tarik Juna sangat luar biasa," kata Elangga yang berada dimeja makan, memperhatikan adiknya.Ukhuk.. ukhuk..Evelyn batuk, gadis itu menoleh dan menemukan Elangga yang tengah menikmati sarapan pagi."El? Kau.." ucapan Evelyn tergantung, dia keburu ingat bahwa Mona kemarin sempat memberitahukan penerbangan El ke Indonesia "sedang apa kau?" lanjutnya."Menikmati sarapanku, konyol sekali pertanyaanmu. Dan wajah apa itu? Seperti itukah wajah yang harus kau tunjukkan pada seorang Kakak yang telah lama meninggalkan rumah? Kau tidak merindukanku?"Evelyn bergerak melangkah, mengambil posisi duduk dihadapan El "kau tidak marah padaku?" Evelyn menatap sedih.El terdiam, Evel