Bb
Hari-hari kembali berlalu dengan lambat. Tepat tahun kedua Aranjo berada di dalam istana, Ara datang mengunjunginya. Tidak banyak yang dikatakan oleh Aranjo dan dirinya tidak lagi seantusias biasanya. Ara juga menyadari perubahan sikap Aranjo dan mengerti mengapa itu terjadi. Bencana kehidupan di dunia fana sangatlah sulit dan Ara bingung bagaimana Aranjo mampu melewati 9 kehidupan lagi. Yang mana, untuk kehidupan pertama Aranjo sudah terpuruk seperti ini.
Kali ini, Ara juga membawa pil untuk pemulihan tubuh dewi Aranjo. Pil itu juga diberikan oleh Dewi penjaga portal. Ara tidak bertanya pil itu diberikan oleh siapa, karena yakin itu dari Kaisar.
Aranjo menelannya dan tubuhnya merasa jauh lebih baik. Namun, tidak dengan perasaannya. Aranjo tidur di pangkuan Ara, itu hal yang suka dilakukannya saat masih berada di Alam Langit. Mereka diam dan tidak mengatakan apapun. Diam lebih baik daripada menanyakan hal-hal yang dialaminya dan Aranjo juga tidak
NnnTidak lagi mengatakan apapun, Raja langsung berderap ke Paviliun Selatan.Di Paviliun Selatan, tepatnya kamar Aranjo. Jenderal Ming Hao dan Aranjo sedang bersenggama. Percintaan lembut dan penuh perasaan diiringi dengan desahan serta erangan panas. Jenderal Ming Hao masih begitu tergila-gila dengan tubuh ini. Tubuh yang tidak menua. Kulit masih begitu halus, payudara dan bokong yang masih begitu padat. Bahkan, kewanitaan yang masih begitu kencang. Tangan dan bibirnya menjajah payudara kencang itu. Meremas, mengisap bahkan mengigit kuat. Pinggul Sang Jenderal bergerak maju mundur dalam tempo yang begitu cepat.Ya, ini masih begitu awal sebelum Raja datang untuk minta dipuaskan. Jadi, mereka melakukan percintaan yang lambat dan memabukkan.Luapan gairah membuat mereka tidak mendengar saat pintu depan Paviliun dibuka.Kasim berlari kecil, berusaha mengimbangi langkah kaki Raja yang begitu lebar. Bahkan di tangan kasim sudah ada
BbbKembali ke dunia fana, tepatnya di Kerajaan Qiyang.Raja memeluk tubuh Aranjo yang telah terbujur kaku. Benar, saat jiwa Aranjo ditarik kembali ke Alam Langit maka itu bersamaan dengan tubuh dewinya. Saat ini yang berada di dalam pelukan Raja adalah tubuh manusia yang tidak lagi bernyawa.Mo Za menyaksikan semua itu dengan hati gembira. Setelah itu, rencana berikutnya dijalankan. Kabar tentang kematian Sang Jenderal disebarluaskan dan ini adalah kesempatan bagi mereka yang selama ini haus akan kekuasaan, untuk melakukan kudeta.Raja dikabarkan gila, karena membunuh Jenderalnya sendiri dan tidak lagi pantas menyandang gelar Raja. Terjadi perebutan kekuasaan, karena Raja tidak memiliki pewaris. Putra mahkota yang bodoh tidaklah pantas memimpin Kerajaan Qiyang.Satu hal yang tidak disangka Mo Za, bahwa para penggila kekuasaan menghabisi nyawa semua pengikut Raja. Mulai dari kasim, pelayan, pengawal yang setia, para selir, Ratu b
Di tengah-tengah aula Alam Langit yang begitu megah, Kaisar Langit duduk di singgasana utama dengan Kaisar duduk di sampingnya. Dewa Malam dan Dewi Angin hadir, tanpa kedua putri mereka. Serta ada beberapa pengawal yang berdiri di sekitar aula. Berjaga-jaga seakan ada hal buruk yang akan terjadi."Aranjo! Beri hormat kepada Kaisar Langit dan Kaisar!" tegur Dewa Malam.Aranjo memalingkan wajahnya menatap sang ayah. Dulu, Aranjo akan menatap Dewa itu dengan tatapan memuja dan mengagumi. Namun, saat ini Aranjo menatap ayahnya dengan tatapan dingin dan muak. Bahkan, ayahnya tidak bertanya bagaimana keadaannya. Dewa itu hanya ingin terlihat berwibawa di hadapan pemimpin tertinggi Alam Langit."Beri hormat! Apakah kau ingin Kaisar Langit dan Kaisar mengira kami tidak mengajarimu sopan santun?" tegur Dewi Angin, ibu tirinya."Apakah pernah?" tanya Aranjo dingin. Dirinya tidak pernah diperlakukan layaknya putri kandung ayahnya. Bahkan, dir
KkkAranjo berlari keluar dan melihat Ara, sudah berdiri di halaman depan kediaman ini. Segel pembatas sudah dihilangkan oleh Sang Kaisar dan itu membuat Ara dapat melangkah masuk ke dalam kediaman ini."ARA!" seru Aranjo dan menghambur ke dalam pelukan Ara."Aranjo!" balas Ara dan memeluk Aranjo erat."Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Ara sambil memeriksa tubuh Aranjo."Semua baik-baik saja, hanya masalahnya aku masih mengingat apa yang aku lalui di dunia fana!" jawab Aranjo jujur."Dewa Erlang dan Dewa Vulcan! Kedua Dewa itu adalah Jenderal dan Raja Kerajaan Qiyang!" jelas Ara.Aranjo mengangguk dan berkata, "Aku tahu dan sudah bertemu dengan mereka di aula! Dan hanya aku yang memiliki ingatan akan mereka!""Oh, Aranjo!" Kembali Ara memeluk Aranjo. Dirinya tahu jelas apa yang dilalui Aranjo di dunia fana bersama kedua Dewa itu. Sangat buruk jika hanya Aranjo yang memiliki kenangan akan hal terseb
HhhAranjo menatap tanpa berkedip dan tidak tahu malu. Sedangkan Sang Kaisar melepaskan pakaiannya, sambil menatap Aranjo dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun.Aranjo menelan ludah. Seperti bayangannya, tubuh Sang Kaisar sempurna. Saat ini pakaian bagian atas Sang Kaisar sudah terlepas sempurna, tinggal celana panjang tipis berwarna putih yang masih bertengger dari pinggul ke bawah. Otot-otot sempurna dengan perut yang rata sampai pusarnya dan apa yang ingin dilihat Aranjo masih tertutup celana panjang putih.Kaisar mulai mengaitkan jari di pinggang celananya dan hendak menarik turun."CUKUP! CUKUP!" seru Aranjo buru-buru.Kaisar melepaskan pinggang celananya dan berdiri tepat di hadapan Aranjo setengah telanjang, seakan menunggu apa yang ingin dilakukan Aranjo.Aranjo tidak menyangka Kaisar akan melakukan perkataannya dan apa yang harus dilakukannya sekarang? batin Aranjo."M-masuk ke kolam!" perintah Aranj
BbbBayi yang baru dilahirkan dengan mata yang masih tertutup langsung dialirkan ke aliran sungai. Bayi mungil itu tidak menangis dan tertidur lelap saat keranjangnya mulai bergerak mengikuti arus.Sang dukun melihat keranjang itu sampai hilang dari pandangannya, memastikan keranjang itu tidak terbalik apalagi tenggelam. Sisanya itu diserahkan kepada Dewa, apakah bayi itu akan ditemukan oleh suku tabib atau dimangsa hewan buas.***"Niang*! Ada keranjang!" pekik Yu Yang bocah perempuan berusia 5 tahun kepada Nian Zhen, kepala suku tabib.Seperti biasa Nian Zhen akan menyusuri sepanjang sungai untuk menemukan bayi-bayi malang. Merawat mereka yang bertahan hidup dan menguburkan mereka yang meninggal.Malam ini setelah hujan lebat akhirnya berhenti, tetapi guntur masih saling bersahutan, Nian Zhen mendapat firasat akan ada bayi istimewa yang akan datang padanya.Nian Zhen menghampiri keranjang yang tersangkut di be
HhhAranjo muda berlari mengelilingi toko dan naik ke lantai atas. Namun, tidak ada benda apapun yang menarik perhatiannya seperti miniatur pagoda emas yang ada di ruang dimensinya. Lelah berkeliling, akhirnya Aranjo beristirahat di dalam kamar yang telah disiapkan oleh Griffin. Aranjo menghabiskan hari-harinya di dalam toko dan menolak saat Griffin mengajaknya berkeliling kota. Saat ini ingatannya telah kembali dan sikapnya tidak lagi sesuai dengan tubuhnya yang baru berusia 15 tahun. Aranjo lebih senang berada di toko dan mengamati orang-orang maupun mahluk alam lain yang berwujud manusia.Pelayan Griffin yang bernama Goro juga pindah kemari dan memperlakukan Aranjo dengan hormat. Toko di Qiyang, saat ini diserahkan kepada siluman elang lainnya yang masih merupakan saudara Goro. Tidak ada masalah bagi Griffin untuk berpindah dari toko-tokonya, bukankah Griffin dapat menggunakan kemampuan teleportasinya dengan bebas.Tidak terasa, hari ketiga
Bubur habis sampai suapan terakhir. Lalu, Aranjo mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan bibir prajurit itu perlahan.Xue Min menangkap tangan Aranjo yang sedang memegang sapu tangan."Apakah kamu sering melakukan ini?" tanya Xue Min."Melakukan apa?" tanya Aranjo."Melakukan ini! Melepaskan pakaian pria dan menyuap makan mereka!" ujar Xue Min. Memikirkan kemungkinan wanita ini pernah melakukan hal ini terhadap pria lainnya, cukup membuatnya marah."Tidak! Hanya Tuan!" jawab Aranjo. Dirinya tidak sepenuhnya berbohong. Memang ini kali pertama Aranjo melepaskan pakaian seorang pria, di kehidupan kedua ini.Xue Min melepaskan tangan Aranjo. Lalu kembali merebahkan tubuhnya di ranjang rotan dan memejamkan mata, seraya berkata, "Mungkin sebelum matahari terbit akan ada pasukan kerajaan yang menemukan kita! Jadi bersiaplah!""Baik!" jawab Aranjo dan kembali duduk di kursi kayu reyot yang ada di balik me
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan
Tiba di aula utama, semua mata para Dewa tertuju pada Griffin dan sosok iblis muda yang ada dalam gandengan mahluk agung itu.Langkah kaki Aranjo berhenti, saat Griffin menghentikan langkahnya. Aranjo melihat ke sekeliling dan mendapati, tatapan yang begitu dingin. Tanpa sadar, ia bergeser dan menempelkan tubuh pada lengan kokoh, sang Griffin.Kaisar Langit, turun dari singgasana dengan raut wajah yang tidak terbaca. Para dewa yang berkumpul di singgasana langsung mundur, dengan kepala menunduk.Leander yang baru tiba di aula, langsung memberi hormat."Hormat, Yang Mulia Kaisar Langit."Setelah memberi salam, Leander langsung melangkah maju dan berdiri di samping Griffin, serta Aranjo."Alasan kedatangan kami, terkait dengan salah satu benda spiritual. Kami ingin memohon izin kepada Kaisar Langit, agar dapat memberikan kepada kami, lentera cahaya. Itu–"Ucapan Leander terhenti, saat sang Kaisar Langit men
Griffin melepaskan cengkeramannya dan segera mahluk itu melayang agak jauh, ketakutan."Buka matamu," ujar Griffin dan menurunkan tangannya dari depan wajah Aranjo.Patuh, Aranjo membuka mata dan menatap ke arah mahluk yang sudah berada cukup jauh, darinya."Tuanku berkata, tiket masuk kalian adalah lentera cahaya! Bawa benda spiritual itu dan kalian, diizinkan masuk!" seru mahluk itu, sebelum melayang kembali ke balik gerbang.KLANG!Gerbang kembali menutup dengan suara yang memekakkan telinga.Griffin memalingkan wajah, menatap Leander. Ia tidak keberatan untuk menghancurkan alam bawah ini, tetapi mereka memiliki tanggung jawab, jadi keputusan tidak dapat diambil oleh satu pihak."Kita kembali setelah mendapatkan lentera cahaya!" ujar Leander, lalu memutar kudanya, meninggalkan alam bawah.Semua berbalik dan meninggalkan tempat mengerikan itu.Aranjo menatap ke pung
Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias