Beranda / Romansa / Apple of My Eye / Bab 1 How About Malang?

Share

Apple of My Eye
Apple of My Eye
Penulis: Nayla Salmonella

Bab 1 How About Malang?

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-06 13:36:41

Malang? Hm, apa sih yang pertama kali terlintas di pikiran lo kalau dengar kata itu? "Ouw, malang bener nasib gue. Umur udah 20 plus blom ada yang ngelamar juga!" , "Hiks, cowok gue bilang sayang tapi gak ngajakin kawin. Malang amat sih nasib gue." Atau "Cowok gue ketahuan pacaran sama sepupunya, cowok juga! Malang...malang, nangis guling-guling." Halooo Manusia, bukan itu kali yes!

Malang yang gue maksud di sini adalah nama sebuah kota di tengah tanah Jawa bagian timur alias Jawa Timur. Dari lo semua, pernah dengar nama kota itu nggak sih? Dari iseng ngoprek peta kek, atau google maps kek? Atau mungkin pernah ke sana? Atau malah pernah tinggal di sana. Dari semua clue di atas gue jawab aja kali ya, gue adalah seorang manusia, perempuan berumur 20 tahun yang lagi tinggal di kota ini.

Bahagia banget nggak sih gue? Iyalah, secara lo semua pernah dengar tentang Kota Malang nggak sih? Coba searching di mbah Google deh. Kalau lo browsing, bakal nemu berbagai julukan bagi kota ini. Paris of East Java, Kota Pendidikan, Kota Bunga, Kota Apel, dan Kota Kuliner. Udah kebayang, 'kan, betapa makmurnya gue hidup di kota ini.

Betapa beruntungnya ketika bonyok gue, ehem gak enak banget, orang tua bawa gue sekeluarga ke sini. Andai saja surat perintah penugasan ayah nggak ke sini, gue nggak bisa bayangin gimana hidup gue. Harus dong gue hirup polusi ibu kota seumur hidup. Untung aja gue bisa move-on ke kota ini. Bayangin gue bisa kuliah tanpa harus keluar kota, gue tinggal naik angkot atau diantar sopir pribadi ayah buat sampai ke kampus.

Gue bisa makan buah kesukaan macam apel dan mangga dengan sepuasnya. Tanpa takut itu dikasih lilin atau formalin. Iyalah, kota ini gudangnya buah-buahan. Dan harganya muraah. Dimana lagi lo dapet mangga seharga under 10 rebu. Di sinilah! Keren 'kan, hehehe. Beruntung bener gue di sini! Lo semua ngiri kan sama gue, hehehe.

Gue bisa makan bakso sepuasnya tanpa takut kocek bolong. Dan lo tahu, semua bakso di kota ini, wuenaaak! Bahkan, abang bakso yang lewat depan rumah dinas ayah, baksonya juarak! Nggak bakalan gue temuin di kota macam Jakarta, ngomong-ngomong gue lahir sampai lulus SMA tinggal di ibukota, Jakarta. Gue tetep dipaku disana kendati ayah dan bunda pindah-pindah tempat tugas. Baru 2 tahun gue netap di kota ini.

Dikenal dengan Kota Bunga, gue bisa beli bunga segar dan itu beneran bunga segar langsung dari tokonya dengan harga yang murah meriah. Dan akhirnya bisa mewujudkan fantasi liar gue yakni punya kamar dengan sejuta bunga. Serius, gue bagai tidur di antara lautan bunga mawar dan krisan putih favorit. Bisa bayangin kan, gue jadi putri bunga. Waa, romantis bener nggak sih?

Romantis, ya? Menurut gue, kata itu pas banget sama kota ini. Semuanya romantis di sini. Mulai dari hujannya, tamannya, jalannya, macetnya, sampai tukang parkirnya, hwehehe. Tapi, gue nggak mau bahas tukang parkir sih. Gue sih mau bahas yang tentang romantis. Serius kota ini tuh romantis abis, dengan udara dingin yang sebelas dua belas sama Puncak atau Bandung, apalagi kalau hujan merintik. Huwaa, serius, gue bisa melankolis mendadak barengan ayah. FYI, ayah gue melankolis walaupun beliau seorang kolonel tentara, iyuh.

Kata orang sini, hujan di Kota Malang itu romantis. Menurut gue, itu bener sih. Serius kota ini tuh romantis abis ketika hujan, apalagi kalau itu merintik. Nggak terlalu deras, nggak terlalu reda. Sejenis gerimis gitu deh. Dengan langit yang temaram, duduk di bangku taman yang penuh bunga. Pakai payung ala film Korea, yang dijutekin mulu sama abang gue. Walau kelihatan kurang kerjaan, tapi gue demen banget ngelakuin itu.

Beneran, gue demen banget abisin waktu di Taman Tugu depan Balai Kota Malang di saat gerimis turun, cuma buat payungan dan mandangin air kolam yang ditimpa hujan. Sumpah, itu bagus banget. Apalagi kalau teratai merah mudanya ikut basah. Ingin rasanya jadi teratai itu, melankolis banget, 'kan? Plak! Okay abaikan.

Apalagi kalau lo jalan di pinggir jalan aspal yang basah karena hujannya. Di bawah pohon trembesi besar, masih di kawasan Balkot Malang. Kena hembusan angin dari mobil yang lalu lalang terus daun-daun itu terbang kena anginnya. Dingin-dingin empuk, eh I mean, dingin-dingin gimana gitu, hwehehe. Sumpah, gue jatuh cinta sama kota ini. Kenapa sih gue harus abisin waktu 18 tahun buat hidup di kota sumpek macam Jakarta?

Okay, gue rasa cukup ya bahas tentang Kota Malang. Kenapa? Sebab gue bukannya mau jadi duta wisata Kota Malang. Gue juga nggak lagi ada cita-cita buat ke sana kok, peace! Alasan gue menjelaskan Kota Malang karena kota ini bakalan jadi latar cerita hidup gue yang tragis, eh nggak begitu amat sih. Yap, kota ini bakalan jadi latar kisah hidup seorang Alana. Yakni gue, iyalah gue bernama Alana.

Tunggu-tunggu, dari tadi gue ngomong pakai bahasa Jakartaan, ya? Hi, masih aja keterusan nih. Oke, sebenarnya gue memutuskan untuk gak pakai gaya bahasa itu lagi sejak pindah ke kota indah ini. Sebab apa? Orang sini ngira itu gak sopan, lebih ke songong. Maklum ajalah, kultur budaya di kota ini masih kental. Beda sama kota besar lainnya. Sopan santun masih terjaga dengan baik. So, mulai detik ini kata 'gue' berubah jadi keaku-akuan aja, ya? Okay done!

Kembali ke topik, bukan laptop, aku bukan Om Tukul atau Unyil. Perkenalkan namaku Alana, lengkapnya Alana Savannah Wibawa. Namaku bagus dan itu ayah yang kasih, setelah beliau latihan perang-perangan di gunung yang penuh dengan padang savana 20 tahun yang lalu. Aku nggak penasaran amat sih di mana gunungnya. Yap, selain sebagai tentara, ayah juga seorang pendaki gunung yang hebat.

Namaku berkorelasi dengan nama abang satu-satunya yakni Ranu Kumbala Wibawa. Bagus ya nama abangku? Serius moga dia nggak dengar ini, bisa meletus itu kepala karena kegeeran! Abang alias Bang Ranu adalah cowok berusia 25 tahun yang sedang terjebak dilema. Dilemanya apaan? Tanya aja sendiri entar ya? Aku malas jelasinnya! Sekali lagi, ini kisahnya Alana bukan kisahnya Ranu Kumbala.

Fyi, nama Bang Ranu diambil ayah ketika beliau sedang melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Jadi ceritanya, ayah naik gunung setelah bunda positif hamil. Semacam ngidam yang aneh gitu deh. Terus ketika sampai di Ranu Kumbolo, ayah bertekad untuk kasih nama anaknya. Mau itu yang lahir cewek atau cowok pokoknya itu namanya. Tuh 'kan ayahku emang aneh.

Okay, itu adalah sedikit cerita tentangku, Alana Savannah Wibawa. Untuk lebih lengkapnya, silakan ikutin ceritaku! Kenapa? Gak mau? Kecewa ya karena ini kisah hidupku, ya udah sana pergi! Ih, galak amat sih aku. Iya sih, pede amat ya aku. Artis bukan, politisi bukan, udah percaya diri amat bikin kisah hidup. Emang ada yang mau baca? Ah, bomat deh. Yang penting aku pengen cerita ke dunia ini, which is kalian. Serius beneran deh, aku butuh meledakkan isi hati ini. Sudah penuh, sudah sesak, hiks. Help me, pleaseeee!

***    

Bab terkait

  • Apple of My Eye   Bab 2 Kisah Hidup Alana

    Di awal kisah, sudah tersinggung sedikit tentang keluargaku. Sebenarnya aku malas membahas tentang mereka, tapi ya mau tak mau itu harus dibahas. Mau gimana lagi, ini kisah hidup Alana. Emangnya Alana langsung lahir ke dunia, tanpa kedua orang tua? Nggak mungkin, kan? Oleh karena itu, mereka harus kuceritakan dalam kisah ini.Biasanya ayah memanggilku Savannah, dengan suara manisnya. Sumpah ya ayah ini tentara, tapi nggak ada serem-seremnya. Biasanya bunda memanggilku Al, Lana, Lan atau Alana pakai tanda seru. Panggilan itu tergantung sama suasana hatinya sih. Terus kalau abang ganteng manggil aku dengan cukup singkat, Nak! Pakai ekspresi datar dan suara sadis ala-ala polisi galak gitulah.Sumpah ya Bang, bisa gak sih manggil aku tuh yang normal aja. Alana, pakai nada suara manis gitu bak kakak ke adiknya. Bukannya malah kayak anak-anak ke emaknya. Naaak! Nakkk! Emangnya aku ini penanak nasi? Emangnya aku sejenis kata 'enak' gitu? Ih, KZL! Padahal aba

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Apple of My Eye   Bab 3 Kisah Cinta yang Nyempil di Antara Kesumpekan

    "Nih, abisin!" Sebuah suara memecah lamunanku ketika asyik duduk di bangku taman kampus. Ia menyodoriku sekantong tahu sumedang goreng yang mengepul.Aku menoleh dan mendapati seorang cowok jakun, rambut sedikit gondrong, kulit bersih tapi sedikit legam, dan bermata tajam bak elang. Bertemulah kalian dengan ia, bernama Radika Raditya. Nama yang indah tapi sedikit tak kreatif, ya? Iyalah, nama kok cuma 2 suku kata, diulang-ulang lagi. Mana mirip nama penulis kocak Indonesia pula. Benar sekali, cowok berumur 22 tahun ini akrab dipanggil Dika. Ia adalah pacarku.Kadang aku merasa lupa kalau cowok populer, kakak tingkat yang hobi naik gunung karena seorang mapala ini adalah pacarku. Alana telah berpacaran dengan Dika selama setahun lebih 5 bulan. Iya benar, aku sudah pacaran, Guys!Dalam setahun lebih lima bulan ini telah banyak hal yang telah kami lalui bersama. Dika adalah segalanya buatku. Dia menjadi angin segar di tengah kesumpekanku hidup di keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Apple of My Eye   Bab 4 Penghakiman Seorang Alana

    Kata orang hujan Kota Malang itu romantis. Namun, menurutku itu tak sepenuhnya benar. Hujan di kota ini juga tragis. Membuat penghakiman seorang Alana makin menyedihkan hingga membuatku menangis. Sesekali aku mematut wajahku yang katanya mirip Indah Kusuma di meja kaca. Wajahku terlihat menyedihkan seperti pesakitan yang akan kena hukuman cambuk.Sesampainya di rumah, bukannya disuruh mandi, aku malah didudukkan di teras depan. Dengan ayah yang masih berseragam lengkap dengan wajah merah padam menyala menahan amarah. Lengkap dengan bunda yang berwajah kalem, tapi menusuk pandangan. Beserta Bang Ranu yang masih berseragam polisi dan Om Paupau yang berbaju safari hitam sebagai saksi. Dan aku yang lengkap dengan baju kuliah basah kuyup siap menerima hukuman berat.“Beraninya kamu matikan HP sampai setengah jam, Lana!” teriak bunda dengan tanda seru semua. Hiks, tembakan pertamaku.“Gimana kalau kamu diculik sama cowok tengil itu. Terus dibawa

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Apple of My Eye   Bab 5 Mencari Celah ala Alana dan Dika

    Di tengah ketidaknormalan, Alana tumbuh menjadi gadis yang tetap ceria, ceplas-ceplos, berusaha selalu tersenyum walau hati menangis, dan gadis yang cerdas. Cerdas dalam artian selalu mencari celah untuk bisa bahagia dengan caraku sendiri. Aku tetap tumbuh menjadi gadis yang cantik dan normal karena bisa merasakan cinta pada lawan jenis. Untung kan aku nggak frustasi amat, sampe berubah orientasi gitu.Kalau Dika menghilangkan suntuk dengan cara naik gunung, hingga mengabaikan skripsinya. Dengan artian dia lebih banyak suntuk daripada enggak. Kalau aku menghilangkan suntuk dengan menepi di balkon rumah. Rumah dinas ini tak punya lantai 2. Namun, ayah membangunnya untuk jemuran baju. Setelah bunda mengomel kalau cucian tak pernah kering.Menepi di lantai 2 sembari menikmati kesendirian. Aku dan kesendirian, ditambah segelas jus mangga dingin yang kubuat dengan diam-diam. Membiarkan paru-paruku menghisap oksigen segar sebebasnya. Seenggaknya dia tak terbelenggu seperti a

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Apple of My Eye   Bab 6 Pulau Impian, Mimpi Buruk Iya!

    Laju motor Dika sampai di sebuah terminal antar kota di pinggiran Kota Malang. Sudah pasti aku akan dibawanya ke luar kota. Tentu saja aku tak mau, big no no! Aku tak mau memantik api makin berkorbar. Aku takut pada masalah yang makin menyala. Ingin kuakhiri saja detik ini. Tak apa, aku sudah memaafkan dia kok. Dika tak perlu melakukan semua ini demi berbaikan denganku.“Dika, ini serius aku mau dibawa ke Bali?” tegasku sekali lagi. Dika hanya diam sambil memandang gelas kopi yang mengepul. Sekedar mengusir hawa dingin di tengah ketidakpastian.Kugugah lengannya, “Dika!” dia menoleh.“Kenapa, Na? harusnya kamu berdebar dong karena sebentar lagi bertemu dengan impian,” ucap Dika santai. Wajahku mencuram.“Mana bisa santai Dika! Ini ngaco, super ngaco. Aku emang gila, tapi nggak separah ini. Dika aku masih waras. Nggak mungkin aku keluar Malang dengan kamu! Itu cari mati namanya,” aku berdiri cepat, “aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Apple of My Eye   Bab 7 Titik Rendah Hidup Alana

    Kurasa saat ini hidup seorang Alana sedang berada di titik yang rendah, tidak rendah sekali sih, rendah biasa saja. Alana sudah biasa berada dalam situasi yang abnormal. Sejak awal kan sudah kubilang kalau keluarga si koplak Alana sedikit tidak normal. Namun ketika sadar, sebenarnya keluargaku itu sangat normal. Mereka sangat normal untuk ukuran orang tua yang melindungi anak perempuan satu-satunya.Ternyata begini ya rasanya menentang proteksi orang tua yang kuanggap aneh selama ini. Benar kata bunda, kini mata batinku sudah terbuka. Kalau sayang nggak bakal nyakitin. Kalau sayang pasti menjaga, menghargai, dan menghormati. Namun, apa yang Dika lakukan padaku? Salah semua! Kurasa dia lebih ke posesif, hii mengerikan.Di sepanjang jalan menuju terminal bis, aku berjalan gontai. Sesekali mematut wajah di kaca toko yang ramai. Mereka mema

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Apple of My Eye   Bab 8 Menata Hidup yang Acak Kadul

    Hidupku yang sempat acak kadul sebulan yang lalu mulai tertata sedikit demi sedikit. Perlahan aku mulai menata hidup menjadi lebih normal daripada biasanya. Biasanya dalam artian saat aku masih berhubungan dengan Dika dan sesudah putus. Kuakui, hidupku nggak teratur, acak seperti acar timun di dalam mangkok.Sebulan yang lalu, sesampainya aku di Banyuwangi, para pasukan ayah dan beberapa petugas polisi langsung memeriksa semua bus dan menemukanku. Aku dikawal menuju mobil dengan iringan penjagaan ketat. Kira-kira 3 mobil berisi tentara dan polisi berseragam lengkap dan bebas deh. Tentu saja membuat gaduh.Semua karena apalagi kalau bukan karena permintaan ayah. Ayah menghubungi semua rekannya di wilayah Banyuwangi dan memintaback-up. Jadinya, penemuanku membuat kehebohan bak penemuan sebuah fosil langka. Namun, sekali lag

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Apple of My Eye   Bab 9 Mimpi Indah, Alana

    Saat ini aku bak berada di mimpi indah dan malas bangun. Kenapa, sebab pemandangan di depan mata ini sungguh layak untuk dikenang dan dipertahankan. Entah takdir apa yang mempertemukanku lagi dengan Mas Kecup-able yang ternyata adalah tamu dari ayah tercinta. Tamu kehormatan yang ditunggu kedatangannya sejak pagi tadi akhirnya datang juga.Setelah kedatangannya, tak lama kemudian ayah dan bunda datang secara bersamaan. Kedua orang tuaku itu lantas menyalami dan menepuk-nepuk pundak Mas Kecup-abledengan suka cita. Bak bertemu dengan anak mereka yang telah hilang ratusan tahun. Seriusan, Bang Ranu aja jarang digituin. Makanya dia banyak diam dan cemberut aja. Cemburu ya, Bang?“Ssstt, berisik lu Lan! Gua gaplok, koplak juga lu!” ancamnya tadi.Well

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06

Bab terbaru

  • Apple of My Eye   Bab 39 Tangis Orang Terlupakan

    Aku hanya bisa melongo melihat kondisi kamar pengantin di pinggir pantai ini. Mirip seperti kapal karam yang pecah kena ombak, super berantakan. Perasaan tadi malam waktu datang masih rapi dan cantik dengan hiasan bebungaan. Lha kok sekarang udah mirip TPS gini yak. Memangnya aku dan Mas Dru abis ngapain sih? Perasaan cuma ehem-ehem doang nggak sampai banting-bantingan perabotan.Bunga-bunga cantik yang ada di atas kasur sudah berhambur ke seluruh kamar. Oh iya, karena Mas Dru yang melempar selimut dengan kasar dan menimpaku, uhuuu. Terus sofa itu bantalnya terbang kemana semua? Oh iya, di bawah sofanya gara-gara Mas Dru merebahkanku di atas sana. Kami kan menempel di sofa itu tadi malam, uhuk.Lantas tirai tipis di atas ranjang kayu kok bisa robek ya? Ups, sepertinya aku yang melakukannya. Aduh, dituntut nggak ya sama yang punya? Kenapa jiwa mudaku dan Mas Dru jadi sebar-bar ini? Malu gue, sumpah!

  • Apple of My Eye   Bab 38 Malam Cicilan Dimulai

    Siapa sih yang pertama kali bikin istilah kambing congek? Aku berterimakasih betul sama orang itu, sebab aku sah banget jadi kambing congek sekarang. Menunggu pernikahan yang kurang beberapa minggu lagi sambil menonton kemesraan mesum ala kemanten baru bukan cita-citaku, sumpah. Demi apaan sih dua manusia yang sama-sama panas itu mengumbar kemesraan mereka di depan hidungku.Pagi-pagi, mereka pamer ciuman bibir lekat kayak ketan di depan pintu kamar. Tepat saat aku baru saja melek dan mau minta makan di lantai bawah. Siang hari aku menyaksikan mereka saling memeluk manja sambil cubit-cubitan di bawah tangga. Ngapain cobak? Malam hari aku harus dengerin suara-suara aneh dari kamar seberang. Lagi bikin bayi atau bikin meja sih mereka tuh! Bikin aku harus tidur pakeheadsetsepanjang malam.Okay baiklah, aku hanya kambin

  • Apple of My Eye   Bab 37 Abang-abang Gila

    Drupada Sadika Djati POV“Jadi Dek Drupada dan Saudari Alana, ini Surat Izin Menikah kalian. Dengan ini, kalian sudah resmi sebagai suami dan istri di militer,” ucap Komandan sambil menyerahkan sebuah berkas. Akhirnya, surat berharga ini selesai juga.“Tapi ingat, kalian belum menikah secara resmi di agama. Jadi jangan coba-coba nyicil ya!” potong Komandan usil setengah bercanda. Tahu kok maksudnya.“Izin Komandan, menyicil apa ya?” pertanyaan itu meluncur bebas dari kesayanganku, Alana. Aduh Sayangku ini masa nggak tahu bahasan 20+++.“Errr, nyicil apa Dru?” alih Komandan dengan wajah kacau.“Siap, nyici

  • Apple of My Eye   Bab 36 Hari-hari Panas yang Lambat

    Mau tak mau tradisi pingitan harus kami jalani. Dua keluarga besar sudah curiga kalau aku dan Mas Dru makinhot. Mereka tak mau kami melanggar norma walau Mas Dru bukan tipe lelaki seperti itu. Tapi yang namanya setan, pintar memperdaya manusia, kan? Bunda takut kalau kami terjebak hujan di pondok terus melakukan uhuk-uhuk yang berbuah dua garis merah. Nanti pernikahannya bukan karena cinta tapi karena terpaksa, takut perutku membesar duluan. Alamak Bunda, kenapa bayanganya sinetron amat, tapi bener sih.Jadi, sudah seminggu lebih kami cuma bisa ketemu lewat suara. Sebab aku juga dilarang kirim foto dan video. Pertemuan kami di dunia nyata dan maya bener-bener terbatas demi kesucian cinta, halah. Okelah nggak apa-apa, Alana memang bukan orang alim, tapi Alana masih takut dosa. Alana nggak mau jadi perempuan rusak sebelum waktunya, meskipun rusaknya sama calon suami sendiri.Udah deh nyerocosnya, mending

  • Apple of My Eye   Bab 35 Sunny Side-up

    Sampai detik ini, aku masih tak percaya jika akan segera menjadi istri orang. Seorang Alana yang gitu mau nikah? Ini serius apa? Dua ratus rius Alana dodol, tuh lihat setumpuk berkas menanti tanganmu. Mereka butuh diurus ke lembaga sana dan sini. Mulai dua hari yang lalu aku mengurus pengajuan nikah. Membaca map biru yang diberi Mas Dru saja sudah membuatku puyeng duluan.Ini seriusan ada puluhan surat yang harus diurus? Demi menikahi seorang tentara ganteng kecup-able, Drupada, aku harus mengurus puluhan surat dari beberapa lembaga yang berbeda. Haloooo, gimana dengan tugas kuliahku yang makin rumpik. Belum lagi pengajuan judul skripsi dimulai minggu depan. Hwaa, aku ingin pingsan.Jangan pingsan Alana, nanti kamu nggak jadi nikah sama Mas Dru. Kamu harus setrong demi kebahagiaanmu kelak. Ah hatiku tak henti menyemangati hati yang lain. Sesekali mematut diri di kaca. Badanku sering terbalut seragam hijau pu

  • Apple of My Eye   Bab 34 Disidang sama Jantung Hati

    Bertikai di asrama saat kamu akan mengurus pengajuan nikah bukan cita-citamu kan, Lana? Ya enggaklah, cita-citaku jelas, jadi istrinya Drupada Sadika Djati. Jadi jantung hatinya, yang akan memilikinya siang malam. Bukan untuk disidang seperti pesakitan. Apalagi untuk menodai nama baiknya di tempat ini.Tapi entah kedatangan manusia ajaib ini merusak semuanya. Nama baik Mas Dru dan nama baikku juga. Demi apaan calon istri Drupada ribut dengan mantan tunangan Drupada di asrama dan di saat aku baru saja berkenalan dengan pejabat batalyon. Itu sangat runyam. Jujur, tadi Danyon, Wadanyon, dan beberapa perwira mendatangi kami yang jadi sumber keributan.Kami didudukkan bersama. Diwejangi banyak hal hingga hampir sejam. Telinga dan bokongku sangat panas karena pesan itu lebih berantai daripada omelan bunda selama ini. Semoga ayah dan bunda tidak dihubungi ya? Supaya masalah nggak tambah runyam. Alana bisa nggak kamu berhent

  • Apple of My Eye   Bab 33 Pertikaian di Asrama

    Langit mendung di atas sana tidak berarti suram lagi. Justru nuansa hujan gerimis suram ini menambah mendayu suasana hatiku dan hatinya. Kini kami tak lagi terkungkung dengan perasaan yang abu-abu. Perasaanku dan Mas Dru sudah berwarna-warni. Dominan merah jambu dong ya, ahihi.Ini hari minggu pagi yang suram, tapi hatiku sangat cerah. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi Mas Dru mengajakku untuk jalan-jalan keliling kota. Padahal macet dimana-mana, tapi katanya malah asyik bisa lama-lama bersamaku. Sembari mendengarkan lagu cinta dari pemutar musiknya, sesekali kami curi-curi pandang. Ahay, gini amat rasanya jatuh cinta setelah patah hati. Gimana ya rasanya setelah nikah nanti? Apa makin indah atau makin panas?“Mau kemana sih Mas pagi-pagi ujan gini? Enakan di rumah makan gorengan sambil minum teh,” ucapku sambil melihat jalanan yang ramai. Ini manusia, ujan-

  • Apple of My Eye   Bab 32 Hari Bahagia

    Aku meringis kesakitan sambil mengelus betisku yang pegal. Semua karena hukuman ayah yang seperti ayah tiri, disuruh berdiri pakai satu kaki selama 45 menit. Pengen nangis tauk rasanya. Gini amat nasib Alana. Nggak dapat cintanya Mas Dru, masih juga dihukum sama ayah bunda gara-gara ngrusak masa depannya orang lain.Masa depanku memang suram karena baru patah hati sama Mas Dru. Namun, seenggaknya aku nggak boleh ngancurin masa depannya dia. Iya-iya aku tahu, aku juga nggak mau kayak gini. Tapi nggak tahu kenapa hatiku yang bodoh ini lho, sukanya maksa pengen ketemu Mas Dru dan Mas Dru.Nggak ada ya manusia lain selain Mas Dru, mirip dikit bolehlah. Mirip semua dari wajah sampai sifatnya. Kalau ada kenalin dong, supaya aku nggak ngancurin hidupnya Drupada lagi. Manusia tipe Drupada Sadika Djati itu memang tipeku sekaleee. Susah nglupainnya woey.Sama seperti saat ini, aku sedang senyum-senyum sendiri mirip

  • Apple of My Eye   Bab 31 Jujur Sakit, Bohong Lebih Sakit

    Regita Loka Cakananta POV“Apa maksud kalian membatalkan pernikahan? Kalian ini waras apa nggak?”“Gita, apa Dru selingkuh?”“Siapa selingkuhannya? Anak siapa?”“Apa jangan-jangan kamu yang selingkuh, Git?”“Apa kalian tidak saling mencintai?”Well,you know-lah siapa yang lagi ngamuk seperti singa ini? Papaku tercinta. Tentu saja beliau ngamuk nggak karuan saat tahu aku dan Drupada menghadap dengan tujuan membatalkan pernikahan. Kami memang memutuskan untuk datang ke Bandung setelah malam menyakitkan itu.Bagaikan dilempar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status