Jari jari Aya bergerak lincah diatas keyboard laptopnya, tampak gadis itu sedang menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosennya, dan harus dikumpulkan beberapa hari kedepan.
Tangannya sudah lumayan pegal mengerjakan tugas yang sudah hampir mencapai enam ribu kata itu, gadis itu sudah mengerjakan tugasnya sejak pukul dua siang dan sekarang sudah pukul lima sore.
Bundanya hari ini tidak ke toko karna bahan benar benar tinggal sedikit, ia masih bingung bagaimana caranya memutarkan uang dua juta nya, untuk buku saja tidak cukup apalagi untuk modal barangnya.
Suara ketukan pintu membuat bunda Jiana menoleh dan bergegas membuka pintu rumahnya, terlihat sosok Karina yang tersenyum dengan membawa buku Godlob nya karya dari Danarto.
"Hai bunda! Karina numpang makan ya? mamski lagi sibuk jadi ngga sempat masak" ucap Karina lalu memasuki rumah Aya.
"hai juga Karina, ayo nak sini makan bunda hari ini masak ayam goreng sama sayur kangkung"
Tanpa tau malu gadis bernama Karina itu segera bergegas ke dapur dan mengambil piring, mengambil ayam goreng dan sayur kangkung, jangan lupakan nasi dua porsinya.
Karina makan cukup lahap ia sampai lupa bahwa tujuannya kesini bukan makan saja namun harus mengerjakan tugas dengan Aya.
"Tante piringnya nanti aja ya Karina cuci"
"Gausah dicuci nak, gapapa"
"kamu mau ngerjain tugas bareng Aya kan? yaudah sana nanti keburu Aya tidur" lanjut bunda
Karina mengangguk dan langsung berlari menuju kamar aya, kamar ukuran 3x3 namun cukup aesthetic sehingga membuat orang yang berada disana kadi cukup nyaman.
Terlihat Aya yang masih cukup sibuk dengan laptopnya, disebelahnya ada ponsel yang kini menerangkan tentang sebuah materi lewat aplikasi Youtube.
"Aya, gacape apa? nugas mulu"
"Ngga lah rin, gapapa capenya sekarang senengnya nanti pas udah sukses" jawab Aya
"aku rada kesel sama dosen Sosiolinguistik aku Aya, dia nyuruh aku buat bahasan Mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan, dan deadlinenya nanti malam, nyebelin banget kan?" ucap Karina.
"Kasian banget kamu rin, tapi mending gitu dari pada kamu masuk jurusan matematika, inget ga dulu? kamu belajar matematika pas smp aja nangis karna ngga ngerti" ucap Aya
"apalagi kalau belajar sejarah dulu pas sma, ngapain sih masalalu dikenang" ucap Karina
"masalalu jangan dilupain apalagi dibenci, mending dijadiin motivasi biar lebih baik lagi" ucap Aya
"cape ya, mau nikah aja" ucap Karina lalu memilih untuk merebahkan tubuhnya dikasur empuk milik Aya.
"Nikah itu ngga mudah rin, kamu harus siap mental juga"
"Yatuhan berilah hamba jodoh anak kaya raya tampan dan baik hati" ucap Karina dengan mengadahkan tangannya.
Sedangkan Aya hanya bisa menggeleng dan terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu, meskipun begitu sosok Karina benar benar berarti dihidup Aya, kalau tidak ada karina mungkin ia akan menyerah saja waktu itu.
"Aya kamu tau?"
"Kamu mau ajak aku gibah lagi ya rin?" ucap Aya dengan malas
"Lara post foto dia sama leo, geli banget liat mereka, sumpah ya mereka itu ngga cocok sama sekali! "
"Wajar rin, mereka kan pacaran" ucap Aya sembari tersenyum tipis.
"Kamu ngga sedih?"
"Sedih iya, pasti, tapi mau gimana lagi dan aku juga nyadar aku beda jauh sama Lara, dia perfect banget ya rin?"
"Dia cuma cantik doang Aya, kalau bodoh percuma" sinis karina
"hust! ngga boleh bilang gitu! lagian dia pinter apalagi dia jurusan seni teater pasti bentar lagi jadi artis, udah ah mending kamu temenin aku buat cupcake"
"tumben, buat siapa? ada yang pesen?" tanya Karina
"ngga, hari ini temen bunda dateng"
"tamu special ya?"
"maybe" ucap Aya seraya menaruh lagi laptopnya ketempat asal dan membersihkan meja belajarnya yang terkena coretan stabilo tadi.
Begitupun Karina, gadis itu sepertinya tidak jadi mengerjakan, toh ia bisa mengerjakannya nanti malam saja, biasanya bila sudah dekat deadline otaknya lebih cepat dan lancar untuk mengerjakan tugas.
...
Tamu yang dimaksud 'bundanya' tadi sepertinya sudah datang, dan masalahnya cupcake yang Aya dan Karina buat masih belum matang, membuat dua manusia ini menjadi rusuh.
"Ayo dong buruan! ni oven lama bener" ucap Karina
"Kalau kita angkat sekarang percuma rin, yang ada dalamnya masih belum mateng"
"AYA KARINA SINI NAK"
Teriakan bunda, membuat Aya dan Karina menoleh satu sama lain, Aya mengangkat alisnya sedangkan karina menggelengkan kepalanya, memang ini sedikit kesalahan mereka, karna bukannya langsung bekerja mereka malah bermain tepung.
Aya dan Karina memberanikan diri untuk keruang tamu meskipun baju mereka sudah benar benar kotor karena tepung, Aya berjalan mendahului Karina.
"Bunda anu..."
Jiana menoleh, mulutnya terbuka lebar saat melihat penampilan Aya dan Karina, bukan hanya dibaju saja namun tepung tersebut menempel dirambut mereka, persis seperti remaja yang sudah ber uban.
"Kalian kenapa gini?!"
"bunda maaf" ucap Karina
Jiana menghela nafasnya pelan, tak tega memarahi ayara dan Karina, jujur ia bingung ingin marah atau tertawa melihat dua manusia yang dipenuhi tepung ini.
"Na, ini anak kamu?"
"Iya, mereka anak aku mel"
Imelda Megantari, Dia adalah teman jiana sejak mereka smp, imelda menikah diumur yang cukup muda yaitu sembilan belas tahun, Imelda bukan dari keluarga terpandang namun ia menikah dengan Danuar maheswara, pemilik perusahaan Maheswara generasi kedua, ia juga mempunyai dua anak, anak pertamanya berusia dua puluh tiga tahun dan sekarang menjadi pemegang perusahaan maheswara generasi ketiga, anak keduanya berusia tujuh belas tahun.
"Bedanya aku anak angkat tante" ucap Karina
"loh?" Imelda sepertinya cukup kaget.
"diambil dari sungai"
"bercanda tante, aku anak tetangga sebelah tapi aku emang deket sama bunda dan aya dari lama" lanjut Karina
"astaga tante kira kamu beneran" ucap Imelda seraya terkekeh pelan.
"Ini Aya, kan?" tanya Imelda
"Ah iya tante, aku Aya! kalau aku anak kandung bunda"
"Udah gede ya? dulu masih kecil banget"
Aya menoleh menatap bundanya, sebentar, apa iya pernah bertemu wanita didepannya ini sebelumnya? atau karena waktu itu ia masih kecil sehingga lupa?.
"Dulu waktu Aya umur satu tahun, bunda pernah bawa Aya ke rumah tante ini" jawab Jiana
"Na, aku mau ngomong penting sama kamu, boleh? "
Jiana menoleh menatap Imelda, ia mengerti, segera ia menoleh ke arah Aya dan Karina dan memberi kode agar mereka masuk ke kamar mereka saja karna ini privasi orang tua.
Aya dan Karina mengangguk, ia dan karina langsung menuju kamar, namun sebelumnya mereka sudah permisi ke Imelda.
Namun sepertinya mereka melupakan sesuatu....
Cupcake yang ada dioven
yang sudah pasti telah gosong.Sepertinya tinggal menunggu bau nya saja dan teriakan bunda pastinya.
"Kamu mau ngomong apa, mel?"
"Aku mau jodohin Dipta dan Aya"
Bagaikan disambar petir, Jiana terdiam mendengar ucapan Imelda, rasanya sangat aneh tiba tiba sahabatnya ingin menjodohkan anak mereka.
"Apa alasan kamu mau jodohin Aya dan putra kamu mel? apalagi Aya masih Kuliah, dia belum punya kerjaan yang tetap, apalagi anak kamu CEO, pasti yang ngantri juga lebih hebat. "
"Permintaan terakhir papa Danuar na, dia mau sebelum dia mati dia bisa ngeliat cucu nya nikah-
"dan aku cuma percaya sama Aya, aku yakin dia bisa ubah Dipta jadi dulu lagi, aku bener bener kehilangan Dipta aku Na."
"aku ga yakin mel"
"kamu bilang aya masih kuliah kan? keluarga maheswara akan tanggung dia dan kebutuhannya sampai dia bener bener sukses na, kami yang akan membiayai semuanya-
"termasuk mengembalikan rumah peninggalan terakhir ayah kamu" jawab Imelda
Jiana memejamkan matanya bingung, masa depan cerah anaknya sudah sidepan mata, namun ia hanya takut Aya tak mau karna kehilangan masa masa bebasnya.
"Aku kasian sama Aya mel, apa setelah dia nikah dia bakal bebas? pasti ngga"
"Dia bakal bebas na, dia bakal bebas, keluarga maheswara bakal ngasih dia kendaraan mobil dan supir pribadi, dia bebas mau kemana aja"
"Dipta punya sifat yang dingin, dia ngga pernah peduli sama lingkungan sekitarnya, dia terlalu gila kerja, dan aku ngga tau alasan kenapa dia berubah"
Jiana terdiam, sebenarnya ia mau saja mengiyakan, namun ia tidak ingin langsung menjawab, bagaimana pun yang akan menjalani ini anaknya, bukan dia.
"Aku gabisa jawab sekarang mel, aku perlu jawaban dari Aya dulu" ucap Jiana.
Tanpa disadari Aya dan Karina sudah mengetahuinya, niat mereka tadi awalnya kedapur karna teringat cupcake yang ia buat, namun mereka malah mendengarkan ini semua.
"Aya, jadi gimana?"
"Aku bingung rin, antara lain aku tau bunda pengen banget beli lagi rumah peninggalan kakek, diantara lain aku gamau nikah sama om om"
"gimana kalau ternyata om om brewok?" ucap Karina
Aya menggeleng pasrah, ia cukup bingung harus bagaimana, disatu sisi ia kasihan pada bundanya, disisi lain ia takut hal yang sama terjadi pada bundanya terjadi juga padanya.
Namun ada sedikit yang mengganjal dibenak aya saat ini, yaitu perkataan imelda tadi tentang Dipta yang membuatnya cukup tertarik.
"Dipta punya sifat yang dingin, dia gapernah peduli sama lingkungan sekitarnya, dia terlalu gila kerja, dan aku gatau alasan kenapa dia berubah"
Berbeda dengan Aya, karina malah melamun, ada satu hal yang aneh disini, benar benar aneh menurutnya.
Bukankah tadi yang berdoa agar mendapatkan jodoh kaya raya ia? lalu mengapa yang dapat malah Aya! apa mungkin doanya kurang kencang?.
Sebenarnya Karina ini cantik, namun siapa yang tidak kesal dengan gadis ini, otaknya sering loading tiba tiba, ditanya apa apa yang dijawab hanya "ha?".
Sejujurnya Aya cukup merasa canggung sekarang, didepannya sudah ada keluarga maheswara, ada juga anak perempuan yang berbeda tiga tahun dengannya namun ia agak takut mengajaknya berbicara."Aya, ajak Nara kekamar kamu sana" ucap bundaAya mengangguk, meskipun merasa canggung ia tetap berusaha mencoba akrab pada Nara, ia mulai menuju kamarnya diikuti Nara dibelakangnya.Kamar berukuran 3x3 dengan tema vintage itu tampak rapi, buku buku yang tertata rapi di raknya, meja belajar yang bersih tanpa debu ataupun noda, dan udara yang cukup dingin, membuat siapa saja akan merasa nyaman disana."kakak kuliah diCartagena ya?"Aya mengangguk dan tersenyum, setidaknya dugaannya tentang Nara bahwa gadis itu akan sinis padanya adalah salah, ia baru bertanya saja sudah bisa ditebak kalau ia ramah."Iya, kamu sekolah dimana?" tanya Aya"Aku diAntrophodia art school, sebenernya aku pengen masuk sma negri biasa, tapi aku l
Siapa pun pasti akan terpana melihat laki laki yang berada didepan Aya ini, kulit putih pucat, mata elangnya yang kontras, apalagi dengan tubuh tegap dan tingginya yang mencapai 1,87m.yup! itu Pradipta, ah lebih tepatnya Pradipta Maheswara.Mata Aya dan Dipta bertemu, sesaat aya merasa sedikit kepo tentang lelaki ini, dari sosoknya saja sudah terlihat bahwa ia tipekal laki laki cuek dan tidak perduli akan sekitarnya."Nah ini Dia! sini nak"Dipta menuruti ucapan mama nya, laki laki itu duduk disebelah mama nya, cukup bingung harus melakukan apa."Aya sama Dipta kenapa masih diem dieman? ayo kenalan" ucap ImeldaAya menoleh lalu mengangguk, ia mengulurkan tangannya, Dipta diam sesaat, ia hanya menatap tangan tersebut.Namun setelah itu ia menjabat tangan aya "aku Aya" ucap Aya."Dipta"Suasana kembali hening, papa Dipta alias Danuar memilih duduk diluar rumah dan sibuk menelpon keluarg
Jujur, Aya masih tidak menyangka bahwa ia sudah sah menjadi seorang istri Pradipta, dan yang ia pikirkan sekarang, apakah ia bisa mempertahankan pernikahannya? bukankah menikah itu ketika pasangan satu sama lain memiliki rasa? namun salah satu mereka tak satupun.Begini saja, ia saja masih tidak beres mengurus dirinya, dan sekarang ia harus mengurus seorang Pradipta?!."HAI BRADER! SELAMAT!"Samuel Dirgantara, sahabat Dipta sejak sma, Samuel belum bekerja, ia masih kuliah dan sibuk dengan skripsinya."bro selamat ya! gue ngga nyangka lo nikah duluan."Nah kalau yang ini Agam, lebih tepatnya Gibran Agam Samudra, Agam ini tipekal laki laki yang menghargai perempuan, buktinya semua mantannya pada gagal moveon sama dia, Agam ini pemilik muffintie cafe, cafe yang sering didatangi anak anak remaja sekarang."KAK DIPTA! AYA! SELAMAT! tapi ya diinget inget waktu itu yang minta jodoh ke tuhan itu aku, tapi kenapa jadi ka
Aya cukup kaget melihat rumah yang tak sesuai ekspetasinya, lebih tepatnya ekspetasinya yang terlalu rendah tentang rumah didepannya ini, rumah ini jauh lebih besar dari yang Aya bayangkan, rumah dua tingkat dengan nuansa itally dan cat berwarna putih itu mampu membuat nilai estetika tersendiri.Dari rumah rumah yang ada dikomplek mawar, rumah bernuansa itally inilah yang paling mewah, apalagi rumah ini terdapat dipertengah komplek.Meskipun begitu, bukankah akan terasa sepi jika hanya dihuni oleh dua orang?.Aya masuk kerumah itu dengan Dipta didepannya, Ia menggiring dua koper besar berisi baju dan beberapa barang yang benar benar ia butuhkan saja, untuk piala dan sertifikat ia titipkan dibundanya saja."Sini non saya bantu bawa"Mang Ujang, laki laki yang sudah bekerja dirumah bernuansa itally ini sejak setahun yang lalu, lebih tepatnya ia orang pertama yang bekerja disini."ngga usah pak ngga papa aku bisa k
Cartegana university mulai ramai karena jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh dimana sepuluh menit beberapa kelas dari berbagai jurusan akan segera dimulai, Aya turun dari mobil dengan buru buru namun tidak lupa berpamitan dengan pak mamat.Namun ternyata dibelakang mobilnya ada mobil Alara, gadis itu nampak bingung meneruskan jalannya atau menyapa kembarannya dulu.Namun sepertinya kalau ia menunggu kembarannya yang ada ia akan telat karena alara cukup lambat, gadis itu tidak langsung turun namun ia memeriksa makeupnya apakah harus ditambah lagi atau tidak.Aya berlari menuju kelasnya, Ia tidak pernah datang jam seperti ini, biasanya ia paling lambat datang jam enam lewat lima belas menit bila ada kelas pagi.Gadis itu akhirnya sampai di ruang kelasnya dan langsung menuju tempat duduknya, terlihat mahasiswa lain nampak menatapnya heran."Aya, kamu tumben datang jam segini" ucap Ainun"Iya nun, tadi aku kesiangan" jawab Aya s
Mahasiswa Cartagena University beramai ramai keluar dari ruang kelas mereka masing masing, jam pulang sudah terdengar sehingga membuat mereka berlari keluar ruang kelas dengan raut bahagia karna jam telah habis.Aya berjalan malas menuju halte, ia lupa meminta nomor pak Mamat untuk menjemputnya, kalau ikut dengan Karina juga percuma karna mereka tidak lagi searah."Aya, aku duluan ya? eh tapi kamu Gimana?" tanya Karina"kamu duluan aja rin""ngga bisa nanti kamu sendirian gimana? udah ayo barengan aja" ucap Karina"ngga usah Karina, kan kita udah ngga searah kita juga jauh sekarang" ucap Aya"nggapapa daripada kamu sendirian"Aya mau saja, namun ia tak mau merepotkan Karina dan papinya, bagaimanapun dari kampus ini ke rumahnya cukup jauh."Karina! ayo nak!"Seorang laki laki paruh baya itu tiba tiba merangkul Karina, itu papi Karina, papi Karina juga dekat dengan Aya, bahkan papi Karina ini juga m
Ayara menatap dirinya lewat pantulan kaca, dirinya itu terlihat sangat cantik dengan dress bermotif bunga bunga yang ia pakai.Tadi sore keluarga maheswara mengundangnya untuk ke rumah mereka, bukan acara besar hanya acara makan makan biasa saja, merayakan kembalinya sang kakek dari rumah sakit setelah beberapa bulan, dan juga merayakan selesainya ujian akhir semester Nara.Dipta juga tentu ikut, Ia bagian penting dari keluarga itu, apalagi ada sang kakek, Dipta itu cucu kesayangan.Aya langsung menuju keluar kamar, Dipta menunggunya dimobil, Gadis itu bergegas karena takut dipta akan marah karena ia terlambat."Kak, maaf ya aku telat" ucap Aya sembari menatap dipta seraya tersenyum.Dipta hanya melirik sebentar, tak berniat untuk menoleh.Dipta juga nampak terlihat lebih tampan dengan setelan jas berwarna hitamnya, ah intinya mau pakai baju apapun sepertinya Dipta akan tetap tampan."hm
Aya mengerjapkan matanya saat mendengar suara ketukan pintu dari tadi, gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dengan setengah sadar.Saat membuka pintu kamar dan melihat siapa yang mengetuk pintu kamar ia membulatkan matanya, kesadarannya langsung kembali.Aya berusaha menutupi pintu agar tak terlihat apapun yang ada dikamar, gawat ternyata yang mengetuk pintu kamar Nara, ia juga lupa bahwa Dipta tidur di sofa."kak disuruh mama berjemur keluar" ucap Nara sembari berusaha mengintip."Aya, ayo cuci muka terus turun mama udah siapin sarapan""I-iya ma"Bagaimana tidak gugup, begini saja bagaimana reaksi Imelda saat tau anaknya yang tidak pernah tidur disofa tiba tiba tidur di sofa? belum lagi badan Dipta pasti sakit."Aya boleh tolong ambilin notebook yang ada dimeja nakas kamu? itu buku bunda ketinggalan kemarin"Aya terdiam sesaat, namun gadis itu langsung mengangguk, ia berusaha menetralkan detak jantu