Ruang kelas yang awalnya begitu sunyi kini menjadi riuh karena jam kelas telah selesai, semua mahasiswa/i berbondong bondong untuk keluar kelas, namun beberapa hanya berdiam diri didalam ruang kelas, tidak berniat sama sekali untuk pulang atau kekantin, memilih untuk menunggu sudah sepi baru mereka akan keluar.
Gadis dengan rambut cepol dan kacamata pantos itu sibuk dengan beberapa buku yang harus ia kembalikan ke perpustakaan karna waktu peminjamannya telah berakhir, untung saja ia sudah membaca dan mempelajari semuanya.
"AYA!"
Baru saja Aya keluar dari ruang kelasnya ia sudah dikejutkan oleh suara Karina, Karina dan Aya itu tetangga namun sayangnya mereka berbeda jurusan, Aya dijurusan psikologi sedangkan Karina jurusan sastra indonesia.
"Karina?"
"Kamu tau ngga, Ay?" ucap Karina
"kamu mau gibah ya?" tebak Aya
Bisa dikatakan Aya dan Karina itu teman dekat, tak heran karna mereka sudah berteman sejak kecil, lebih tepatnya sejak aya pindah kerumah tak jauh dari rumah Karina.
"curang! kok tau? nanti aja deh pas diperpustakaan" ucap Karina lalu menarik tangan aya agar lebih cepat berjalan.
Sesampainya diperpustakaan Aya langsung mengembalikan tiga buku yang ia pinjam seminggu yang lalu, sedangkan Karina, gadis itu malah langsung duduk ketempat paling pojok, berbedanya perpustakaan Cartagena University tidak terlalu ramai, hanya beberapa anak ambis saja yang sering kesini.
"jadi, kamu mau cerita apa?" tanya Aya
"Gini Ay, aku mau cerita tentang leo menurut info yang baru aja aku dapat"
"Dia jadian sama adek kamu hari ini, padahal keliatan banget Leo suka sama kamu dari dulu" lanjut Karina
Aya terdiam, mungkin selama ini ia yang terlalu percaya diri bahwa Leo menyukainya juga, perhatian Leo kepadanya, belajar bersama agar bisa masuk Cartagena University, dengan jalur SNMPTN, ternyata itu hal wajar yang sering dilakukan Leo kepada orang lain pada umumnya, kenyataannya laki laki itu menyukai kembaran Aya sendiri.
Alara Lilyana, dia merupakan kembaran Ayara yang hanya berbeda sebelas menit, saat umur Ayara dan Alara lima tahun, bunda dan ayah nya berpisah karna ayahnya yang selalu selingkuh dan melakukan kekerasan pada bunda, saat masih berusia lima tahun alara dipaksa ikut dengan ayahnya, awalnya gadis ity masih sering berkunjung kerumah bunda dengan diam diam, dan saat berusia empat belas tahun alara sama sekali tidak mau bertemu bunda lagi, entah apapun alasannya namun dikampus pun Alara memberi tahu pada temannya Ayara hanya sepupunya.
Kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya meninggalkan trauma yang besar dihidup bundanya, ia saksi melihat bundanya yang harus dibawa bolak balik psikiater setiap minggunya selama tiga tahun lebih, Ayara sering dititipkan ke rumah karina selama beberapa tahun hingga akhirnya bundanya berangsur sembuh dan memulai hidup baru.
Kekerasan yang dilakukan ayahnya bukan hanya memukuli ibunya setiap hari, namun juga menjual rumah pemberian sang kakek, mengambil barang barang berharga bunda, mengambil paksa salah satu anaknya dan lain lain.
Ia kadang sedikit bingung mengapa ayahnya malah menjadi sukses setelah perbuatan keji nya? sedangkan bundanya harus menderita setiap hari, ayahnya memang tak menikah lagi namun tak jarang ia mendengar kabar bahwa ayahnya selalu berkencan dengan artis papan atas.
"Aya? are u okay?" ucap Karina sambil melambai lambaikan tangannya didepan wajah Aya.
"eh iya?"
"kamu kenapa? soal Leo ya? udah gausah dipikirin lagian juga banyak cowo lain" ucap Karina sambil menepuk bahu Aya
"ah engga bukan itu rin, udahla ayo kita pulang, aku mau tidur soalnya nanti malam aku harus kerja" ucap Aya mengalihkan topik pembicaraan.
Rasanya Karina ingin sekali menjawab namun ia urungkan karna takut Aya semakin sedih, ia memilih mengikuti Aya saja.
Koridor kampus lumayan sepi, tidak terlalu ramai seperti tadi, Aya dan Karina mempercepat jalan mereka karena mereka ingin segera pulang dan istirahat.
"Aya? bisa ikut ibu keruangan sebentar?" ucap dosen wali, ibu wendy.
Aya menoleh dan menatap Karina, mengisyaratkan bahwa gadis itu duluan saja, setidaknya menunggu dikantin agar tidak bosan.
Netranya menuju kembali kearah bu wendy dan mengangguk, gadis itu berjalan mengikuti bu wendy untuk keruangan dosen wali nya itu.
Diruangan Bu Wendy nampaknya Aya tampak cukup gelisah, beberapa kali gadis itu menghembuskan nafasnya kasar dan menggenggam tangannya sendiri.
"Aya, Ibu mau bertanya kapan kamu akan bayar SPP semester lima dan enam ini? ini sudah masuk semester enam, sebenarnya ibu masih bisa membayari kamu dulu untuk semester lima dan enam ini"
Aya menunduk, membiarkan Bu Wendy meneruskan ucapannya.
"Ibu akan tutupi sementara untuk SPP kamu ini, ibu beri satu minggu untuk gantinya, maaf ya nak bukan Ibu ngga bisa kasih kamu waktu yang lama, tapi dua anak akan masuk ke universitas luar dan ibu harus punya banyak biaya."
Aya mengangguk, ia mengucap syukur dalam hati, ia bingung harus senang atau sedih, senang karena SPP nya akhirnya lunas untuk semester ini, namun sedih harus menghasilkan uang sebesar sepuluh juta dari mana, sedangkan ia hanya kerja part time di sebuah minimarket, dan ibunya yang hanya seorang tukang kue.
......
Helaan nafas berat terdengar pada seorang gadis yang kini diam sembari berpikir uang sepuluh juta bagaimana ia bisa mendapatkannya dalam seminggu.
Decitan pintu membuat wanita paruh baya itu spontan menoleh, ia mendapati anak gadisnya yang baru saja pulang dari kampus namun kali ini sedikit berbeda, anaknya tidak seceria biasanya.
"Aya pulang"
Gadis bernama Aya itu menghampiri bunda nya yang sedang berada duduk disofa sembari memegang kalkulator dan lembaran lembaran yang Aya yakini adalah bahan kue yang harus bundanya beli.
"Aya, udah pulang? kenapa telat? Aya ada kelas tambahan ya?" tanya bundanya sembari melepas kalkulator ditangannya lalu mengusap kepala anak gadisnya.
Aya menggeleng pelan, kadang ia heran dengan bundanya yang selalu memperhatikannya padahal bundanya sendiri mempunyai kerjaan yang cukup banyak.
"Bun akhir akhir ini pendapatkan lagi nurun ya?" tanya aya
"Aya tau dari mana? gapapa nak pembeli sepi itu udah biasa namanya juga jualan"
Dengan ragu ragu Aya memberikan selembar kertas nota yang dari tadi ia pegang, jujur saja ia cukup takut bundanya akan marah melihat tagihan SPP belum lagi biaya gedung, apalagi semua tagiahan ini seharga dengan biaya hidupnya dan bundanya selama setengah tahun lebih.
Bunda merapatkan bibirnya dan helaan nafas terdengar "jadi aya murung karna mikirin ini?" tanya bunda.
Aya mengangguk pelan ia makin merasa menjadi beban untuk bundanya akhir akhir ini.
"Aya jangan terlalu pikirin ini, kan emang udah tanggung jawab bunda untuk kuliahin Aya, Aya masuk ke universitas unggul aja bunda udah bangga banget!"
bundanya tersenyum sembali mengusap kepala anak gadisnya, meskipun ia sendiri bingung bagaimana caranya ia mendapatkan uang sebanyak itu untuk minggu depan.
"Bun, apa Aya berhenti kuliah aja ya? senggaknya kita cuma bayar setengah dan—
baru saja aya akan menyelesaikan ucapannya namun dengan cepat bundanya memotong nya.
"BIG NO! kalau kamu berhenti gimana usaha kamu selama ini? gimana usaha kamu dari smp biar masuk ke cartagena? lagian aya kan udah semester enam emang beneran mau berhenti? apalagi semester tujuh Aya udah mulai skripsian? tinggal beberapa langkah lagi Aya sukses, yakin mau berhenti? engga kan?"
"tapi bun-
"udah sekarang yang penting kamu belajar yang rajin dan gausah pikirin soal uang, yang jelas minggu depan kamu udah bayar, ya?"
Aya mengangguk pasrah ia mengambil tasnya dan berniat untuk masuk kekamarnya agar segera istirahat dan langsung mengerjakan tugas yang diberikan dosennya, namun sebelum itu ia memeluk bunda dan mencium pipi bundanya berulang kali
" I love u bunda, makasih ya udah jadi bunda Aya"
"love u more Aya" ucap bundanya sembari membalas ciuman dipipi anak gadisnya.
......
Aya menghela nafasnya dengan kesal, ia menatap jam dinding yang sedang menunjukkan pukul satu malam.
Ia memang bekerja part time saat malam, dari jam tujuh malam hingga jam tiga pagi.
Gadis itu masih memikirkan soal tagihan yang harus ia bayar, bahkan uang gajinya saja tak akan cukup untuk membayar tagiahn minggu depan, gaji yang ia dapat hanya seperempat dari tagihan tersebut.
Aya bagian menata barang barang yang harus disusun rapi ditempatnya, dan juga ia bagian mengawasi setiap pembeli agar terhindarnya ke malingan.
Setelah beberapa barang yang tadi baru saja diantar dan sudah ia susun ditempatnya, Aya mengambil beberapa makanan dan roti.
"Ay, jangan lupa bayar ya atau ngga potong gaji harian hari ini" ucap Aruna, teman Aya bekerja diminimarket atau penjaga kasir.
Aya menggeleng seraya tersenyum.
"Ini udah expired beberapa hari yang lalu, kata boss barang yang expired gratis" ucap Aya sembari memasukan roti isi coklat ke mulutnya.
"Emang enak? lagian itu bikin kamu sakit perut Ay"
Aya menggeleng, ia sudah biasa memakan makanan exipired ketika tidak mempunyai uang sama sekali, ataupun saat ia sedang berhemat.
"Enak kok aku udah biasa, cuma rotinya jadi agak keras, untuk isinya masih enak"
Aruna hanya mengangguk, Sedangkan Aya kembali menghela nafasnya kasar masih bingung tentang tagihan yang harus ia bayar.
"Kamu kenapa Ay?"
"Aku harus bayar tagihan SPP aku selama dua semester Na, sebenarnya udah ditutupin sama dosen wali, cuma dia minta diganti minggu depan karena dia butuh biaya tambahan untuk kuliah anaknya diluar negri"
Aruna diam dan menatap Aya dengan tidak tega, Hidup Aya hampir sama dengannya, namun ia memilih untuk berhenti sekolah dan memilih menikah dibawah umur, sekarang ia cukup menyesal, ia juga berhenti sekolah karena kekurangan biaya, itulah ia bekerja giat dan memilih untuk menabung dari sekarang untuk anaknya sekolah, umur Aya dan Aruna sama, dua puluh tahun, dan sekarang Aruna sudah bercerai dengan suaminya.
Aruna menepuk bahu Aya.
"Besok kerumah aku aja Ay, aku ada setengah, balikinnya tahun depan juga ngga papa."
Jari jari Aya bergerak lincah diatas keyboard laptopnya, tampak gadis itu sedang menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosennya, dan harus dikumpulkan beberapa hari kedepan.Tangannya sudah lumayan pegal mengerjakan tugas yang sudah hampir mencapai enam ribu kata itu, gadis itu sudah mengerjakan tugasnya sejak pukul dua siang dan sekarang sudah pukul lima sore.Bundanya hari ini tidak ke toko karna bahan benar benar tinggal sedikit, ia masih bingung bagaimana caranya memutarkan uang dua juta nya, untuk buku saja tidak cukup apalagi untuk modal barangnya.Suara ketukan pintu membuat bunda Jiana menoleh dan bergegas membuka pintu rumahnya, terlihat sosok Karina yang tersenyum dengan membawa buku Godlob nya karya dari Danarto."Hai bunda! Karina numpang makan ya? mamski lagi sibuk jadi ngga sempat masak" ucap Karina lalu memasuki rumah Aya."hai juga Karina, ayo nak sini makan bunda hari in
Sejujurnya Aya cukup merasa canggung sekarang, didepannya sudah ada keluarga maheswara, ada juga anak perempuan yang berbeda tiga tahun dengannya namun ia agak takut mengajaknya berbicara."Aya, ajak Nara kekamar kamu sana" ucap bundaAya mengangguk, meskipun merasa canggung ia tetap berusaha mencoba akrab pada Nara, ia mulai menuju kamarnya diikuti Nara dibelakangnya.Kamar berukuran 3x3 dengan tema vintage itu tampak rapi, buku buku yang tertata rapi di raknya, meja belajar yang bersih tanpa debu ataupun noda, dan udara yang cukup dingin, membuat siapa saja akan merasa nyaman disana."kakak kuliah diCartagena ya?"Aya mengangguk dan tersenyum, setidaknya dugaannya tentang Nara bahwa gadis itu akan sinis padanya adalah salah, ia baru bertanya saja sudah bisa ditebak kalau ia ramah."Iya, kamu sekolah dimana?" tanya Aya"Aku diAntrophodia art school, sebenernya aku pengen masuk sma negri biasa, tapi aku l
Siapa pun pasti akan terpana melihat laki laki yang berada didepan Aya ini, kulit putih pucat, mata elangnya yang kontras, apalagi dengan tubuh tegap dan tingginya yang mencapai 1,87m.yup! itu Pradipta, ah lebih tepatnya Pradipta Maheswara.Mata Aya dan Dipta bertemu, sesaat aya merasa sedikit kepo tentang lelaki ini, dari sosoknya saja sudah terlihat bahwa ia tipekal laki laki cuek dan tidak perduli akan sekitarnya."Nah ini Dia! sini nak"Dipta menuruti ucapan mama nya, laki laki itu duduk disebelah mama nya, cukup bingung harus melakukan apa."Aya sama Dipta kenapa masih diem dieman? ayo kenalan" ucap ImeldaAya menoleh lalu mengangguk, ia mengulurkan tangannya, Dipta diam sesaat, ia hanya menatap tangan tersebut.Namun setelah itu ia menjabat tangan aya "aku Aya" ucap Aya."Dipta"Suasana kembali hening, papa Dipta alias Danuar memilih duduk diluar rumah dan sibuk menelpon keluarg
Jujur, Aya masih tidak menyangka bahwa ia sudah sah menjadi seorang istri Pradipta, dan yang ia pikirkan sekarang, apakah ia bisa mempertahankan pernikahannya? bukankah menikah itu ketika pasangan satu sama lain memiliki rasa? namun salah satu mereka tak satupun.Begini saja, ia saja masih tidak beres mengurus dirinya, dan sekarang ia harus mengurus seorang Pradipta?!."HAI BRADER! SELAMAT!"Samuel Dirgantara, sahabat Dipta sejak sma, Samuel belum bekerja, ia masih kuliah dan sibuk dengan skripsinya."bro selamat ya! gue ngga nyangka lo nikah duluan."Nah kalau yang ini Agam, lebih tepatnya Gibran Agam Samudra, Agam ini tipekal laki laki yang menghargai perempuan, buktinya semua mantannya pada gagal moveon sama dia, Agam ini pemilik muffintie cafe, cafe yang sering didatangi anak anak remaja sekarang."KAK DIPTA! AYA! SELAMAT! tapi ya diinget inget waktu itu yang minta jodoh ke tuhan itu aku, tapi kenapa jadi ka
Aya cukup kaget melihat rumah yang tak sesuai ekspetasinya, lebih tepatnya ekspetasinya yang terlalu rendah tentang rumah didepannya ini, rumah ini jauh lebih besar dari yang Aya bayangkan, rumah dua tingkat dengan nuansa itally dan cat berwarna putih itu mampu membuat nilai estetika tersendiri.Dari rumah rumah yang ada dikomplek mawar, rumah bernuansa itally inilah yang paling mewah, apalagi rumah ini terdapat dipertengah komplek.Meskipun begitu, bukankah akan terasa sepi jika hanya dihuni oleh dua orang?.Aya masuk kerumah itu dengan Dipta didepannya, Ia menggiring dua koper besar berisi baju dan beberapa barang yang benar benar ia butuhkan saja, untuk piala dan sertifikat ia titipkan dibundanya saja."Sini non saya bantu bawa"Mang Ujang, laki laki yang sudah bekerja dirumah bernuansa itally ini sejak setahun yang lalu, lebih tepatnya ia orang pertama yang bekerja disini."ngga usah pak ngga papa aku bisa k
Cartegana university mulai ramai karena jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh dimana sepuluh menit beberapa kelas dari berbagai jurusan akan segera dimulai, Aya turun dari mobil dengan buru buru namun tidak lupa berpamitan dengan pak mamat.Namun ternyata dibelakang mobilnya ada mobil Alara, gadis itu nampak bingung meneruskan jalannya atau menyapa kembarannya dulu.Namun sepertinya kalau ia menunggu kembarannya yang ada ia akan telat karena alara cukup lambat, gadis itu tidak langsung turun namun ia memeriksa makeupnya apakah harus ditambah lagi atau tidak.Aya berlari menuju kelasnya, Ia tidak pernah datang jam seperti ini, biasanya ia paling lambat datang jam enam lewat lima belas menit bila ada kelas pagi.Gadis itu akhirnya sampai di ruang kelasnya dan langsung menuju tempat duduknya, terlihat mahasiswa lain nampak menatapnya heran."Aya, kamu tumben datang jam segini" ucap Ainun"Iya nun, tadi aku kesiangan" jawab Aya s
Mahasiswa Cartagena University beramai ramai keluar dari ruang kelas mereka masing masing, jam pulang sudah terdengar sehingga membuat mereka berlari keluar ruang kelas dengan raut bahagia karna jam telah habis.Aya berjalan malas menuju halte, ia lupa meminta nomor pak Mamat untuk menjemputnya, kalau ikut dengan Karina juga percuma karna mereka tidak lagi searah."Aya, aku duluan ya? eh tapi kamu Gimana?" tanya Karina"kamu duluan aja rin""ngga bisa nanti kamu sendirian gimana? udah ayo barengan aja" ucap Karina"ngga usah Karina, kan kita udah ngga searah kita juga jauh sekarang" ucap Aya"nggapapa daripada kamu sendirian"Aya mau saja, namun ia tak mau merepotkan Karina dan papinya, bagaimanapun dari kampus ini ke rumahnya cukup jauh."Karina! ayo nak!"Seorang laki laki paruh baya itu tiba tiba merangkul Karina, itu papi Karina, papi Karina juga dekat dengan Aya, bahkan papi Karina ini juga m
Ayara menatap dirinya lewat pantulan kaca, dirinya itu terlihat sangat cantik dengan dress bermotif bunga bunga yang ia pakai.Tadi sore keluarga maheswara mengundangnya untuk ke rumah mereka, bukan acara besar hanya acara makan makan biasa saja, merayakan kembalinya sang kakek dari rumah sakit setelah beberapa bulan, dan juga merayakan selesainya ujian akhir semester Nara.Dipta juga tentu ikut, Ia bagian penting dari keluarga itu, apalagi ada sang kakek, Dipta itu cucu kesayangan.Aya langsung menuju keluar kamar, Dipta menunggunya dimobil, Gadis itu bergegas karena takut dipta akan marah karena ia terlambat."Kak, maaf ya aku telat" ucap Aya sembari menatap dipta seraya tersenyum.Dipta hanya melirik sebentar, tak berniat untuk menoleh.Dipta juga nampak terlihat lebih tampan dengan setelan jas berwarna hitamnya, ah intinya mau pakai baju apapun sepertinya Dipta akan tetap tampan."hm