Share

Bagian 32

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2024-07-15 18:54:56

Beberapa Minggu berlalu, Celin menerima semua perlakuan baik Evan, tapi ia berusaha untuk tidak menempatkannya di dalam hati, ia sangat berhati-hati setelah ada Jeni, ia tidak ingin berusaha lagi, tapi tidak berniat menolak juga, mau bagaimanapun ia sudah terlanjur hamil.

Entah kenapa Evan sangat memperhatikan dirinya sejak hamil, terutama saat tahu kehamilan Celin cukup lemah. Ia memenuhi semua kebutuhan Celin, dan hanya sekali-kali menemani Jeni di rumah sakit.

"Kamu butuh sesuatu?" Ucap Evan. Hampir setiap saat ia menanyakan itu.

"Tidak ada, kok. Semua kebutuhanku sudah terpenuhi, aku malah takut semua keperluan yang kamu siapkan ini tidak terpakai." balas Celin, sambil menatap barang-barang yang tertata rapi di sekitarnya. Mulai dari bantal, alat pijat dan sebagainya.

"Pasti terpakai aku sudah mencari tahu semuanya sebelum membelinya," Evan tampak yakin.

"Ini sangat berlebihan, Van. Tidak semua keperluan ibu hamil itu sama." Keluh Celin.

"Terima saja, aku hanya ingin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 33

    Beberapa hari telah berlalu, Evan masih sering menghubunginya untuk menanyakan hal sepele, Celin hanya menjawab sewajarnya, ia tidak seperti dulu yang akan tersenyum lebar seperti orang bodoh. Akhir-akhir ini Celin sering mengalami nyeri yang tidak berarti di perutnya, tapi itu hal normal untuk ibu hamil yang memiliki lemah kandungan, tapi kali ini perutnya tiba-tiba melilit dan keluar darah dari jalan lahir. tidak sewajar nyeri sebelumnya, ia memanggil Bi Asih agar menemaninya ke rumah sakit. ternyata bayinya tiba-tiba turun dan hampir berada di jalan lahir. Celin juga sudah pingsan karena tidak sanggup menahan sakit berlebihan. Dokter menyarankan agar Celin melakukan perawatan di rumah sakit selama mengandung jika ingin bayinya tetap selamat. Tentu saja ia menerima saran itu meskipun rumah sakit adalah tempat yang paling ia benci di dunia ini. Ia hanya ditemani Bi Asih, wanita paruh baya itu tidak pernah beranjak dari sisinya barang sedikit pun. Bi Asih memberitahu Evan tapi E

    Last Updated : 2024-07-16
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 34

    Celin mengamati wajah tampan Evan yang tampak damai, ia mengagumi wajah itu sejak pertama kali melihatnya di masa kuliah, ia berharap anaknya nanti mengikuti wajah Evan, seandainya hubungannya kandas di tengah jalan, ada anaknya yang bisa mengobati lukanya. Ia sudah mempersiapkan diri seandainya Jeni sehat dan Evan meninggalkannya. 'Apa memang semenyedihkan ini menjadi istri yang dimanfaatkan, mana statusnya hanya istri kedua, parahnya lagi kenapa aku mau-maunya bertahan hingga terjebak seperti ini,' pikirnya menghela nafas sambil mengelus perutnya. "Nafasmu berisik sekali," tegur Evan sembari memeluk pinggang Celin. "Kau ini kenapa? Tidur sajalah," ucap Celin sambil menepis tangan Evan. "Jangan terlalu kasar, bagaimana kalau nanti anak kita kasar juga?" "Anak kita?" "Aku tidak ingin berdebat, aku lelah, istirahatku sedikit selama menjaga Jeni," Celin menatap Evan dengan kesal, ia lalu berkata "Kalau begitu tidurlah di tempat Jeni, kenapa kau malah merepotkan orang l

    Last Updated : 2024-07-16
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 35

    Celin kembali ke rumah bersama Evan, tapi Evan langsung pergi lagi setelahnya. Celin hanya bisa membiarkannya, di hatinya sudah terpatri bahwa Evan Benar-benar tidak bisa dipercaya lagi. "Mencoba apanya?" gumamnya setelah Evan pergi. "Ibu tidak boleh banyak pikiran, sebaiknya istirahat saja," ucap Bi Asih, ia tidak tau apa maksud Celin, tapi ia mengerti penyebabnya. "Aku sudah baikan, Bi. Kalau terlalu banyak istirahat malah bikin capek," "Ya sudah, Bu Celin mau apa sekarang? Biar saya bantu," "Ingin bersantai di depan tv saja, Bi." "Baiklah," "Ah, sangat tidak nyaman menjadi perempuan manja begini," keluh Celin, ia gadis yang terbiasa aktif tiba-tiba menjadi serba hati-hati. "Anda tidak manja, kok. Memang keadaannya harus seperti ini, semua demi kebaikan ibu dan bayinya. Atau Bu Celin inginnya dimanjakan Pak Evan ya?" ledek Bi Asih. "Bi Asih ada-ada saja, mana mau dia, Bi. Saya bukan Jeni," "Sebenarnya Pak Evan sudah mulai memperhatikan Bu Celin, loh." "Itu kare

    Last Updated : 2024-07-17
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 36

    Celin sudah merasa tenang setelah merasakan nyeri di perutnya sedikit menghilang, ia juga mulai menyadari kalau Evan belum pernah datang selama ia berada di rumah sakit. 'Untuk apa aku mengharapkan kehadirannya? Selama bayiku baik-baik saja maka aku juga baik-baik saja." ucapnya sebelum menutup mata untuk tidur, sementara Bi Asih sudah tertidur duluan, ia harusnya menjaga Celin, tapi karena kelelahan ia jadi ketiduran. Saat tengah malam, Celin kembali merasakan nyeri hebat, sebenarnya tadi ia tidak merasakan sakit karena efek obat saja, saat efek obatnya hilang ia kembali merasakan sakit, tapi kali ini tidak hanya sakit, darah juga keluar dari jalan lahir. Bi Asih yang panik segera memanggil dokter. Setelah dokter datang, ia juga menghubungi Evan dan memberitahu keadaan Celin. "Bi Asih, tolong jagakan Celin untukku, aku masih di rumah sakit, Jeni sedang kritis," "Bu Celin juga kritis, Pak Evan. Dia butuh anda, ini menyangkut istri dan anak anda, kurasa Bu Jeni sudah ditangan

    Last Updated : 2024-07-17
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 37

    'Hari ini aku meninggalkan rumah, aku rasa tidak ada alasan lagi untuk bersama, jadi tolong bubuhkan tanda tangan di berkas perceraian, aku sudah tidak ingin membahas perceraian di sepanjang pernikahanku, jadi tolong bekerja sama,' tulis Celin untuk Evan. Celin tidak begitu santai saat menulisnya, hatinya penuh luka dan kecewa. "Jadi kamu benar-benar menginginkan ini?" ucap Evan setelah membaca pesan yang kirim Celin. Ia tampak tidak baik-baik saja. Ia segera pulang ke rumah dan membeku saat mendapati kamarnya sudah tidak ada lagi barang -barang Celin. Ia hanya menemukan berkas perceraian di atas meja nakas. Evan mendekati benda itu sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Evan merasa kecewa tapi tidak membuatnya pesimis, ia punya banyak cara untuk membuat seseorang berada di sampingnya. Ia pergi dari kamar itu, ia tidak menyentuh berkas perceraian itu. Sementara itu, Celin sudah menemukan tempat barunya, ia sempat mengurus segalanya sebelum keluar dari rumah sakit secara online

    Last Updated : 2024-07-30
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 38

    Evan sedang merenung sembari menyetir mobil. Ia masih memikirkan kemunculan Celin yang tiba-tiba, ia cukup kaget dan canggung secara bersamaan, sampai ia tidak tau harus harus berbuat apa, segala sesuatu tentang Celin berputar di kepalanya, kenapa ia menikahinya, lalu mengabaikannya, kemudian membuat mereka kehilangan bayi, lalu berkas perceraian di atas meja nakas dan hari ini ia mengabaikan kehadirannya seolah tidak pernah saling mengenal. Ia cukup menyesal melakukan itu harusnya ia menyapa atau sekedar menanyakan kabar. "Argh...!" Ia mendesah keras sambil menggenggam stir mobilnya. "Yang penting sekarang aku tahu kamu masih berada di sekitarku, aku cukup senang mengetahuinya," ia sedikit menenangkan perasaannya dengan kalimat itu, seolah berkata pada dirinya kalau masih ada waktu untuk memperbaikinya. Celin pun bukannya tidak memikirkan Evan yang dengan jelas tidak mau menegenalinya, ia hanya sedang berusaha menerimanya, harusnya memang sudah benar seperti itu. Hanya saja ken

    Last Updated : 2024-07-31
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 39

    Celin merebahkan tubuhnya di atas single bad empuk miliknya, ia berpikir sebaiknya tetap mengurung diri saja dari pada berkeliaran dan membuatnya mendapat masalah, kemarin bertemu Evan yang dengan sengaja tidak mengenalinya hari ini bertemu Dev dengan yang tiba-tiba menyatakan perasaannya, terus besok apalagi? Nada notifikasi membuyarkan lamunannya, ia terbangun dan mengecek ponselnya, 'Kamu sudah sampai?' Pesan dari Dev sangat membuatnya terganggu. 'Iya, aku sudah di rumah, ada apa?' tulisnya. 'Baguslah, aku cuma ingin tahu itu," balas Dev, membuat Celin menautkan alis tidak mengerti. "Ada apa denganmu, Dev?" ucapnya dengan heran. 'Boleh tau alamatnya yang sekarang?' tulis Dev, sepertinya ini adalah inti. Celin buru-buru mengetik. 'Maaf, Dev. Aku belum bisa memberitahumu,' 'Oke, tidak masalah' Celin tersenyum malu, ia sedikit tersentuh dengan perhatian Dev, ia sempat berpikir dengan bodohnya, apa salahnya mencoba dengan Dev yang jelas-jelas sudah mengaku menyukain

    Last Updated : 2024-08-01
  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 40

    Hari Ini Dev mengajak Celin menjadi pasangan di acara pernikahan temannya, Celin sudah berusaha menolak tapi ada saja alasan Dev yang membuatnya tidak bisa menolak, akhirnya ia ikut juga ke acara pernikahan itu. Acaranya tidak begitu mewah, sangat sederahan dan natural, hal yang paling ia khawatirkan sedikit menghilang, ia takut Evan juga hadir, karena biasannya acara yang Dev hadiri pasti ada Evan, tapi melihat acaranya yang begitu sederhana membuat kekhawatirannya berkurang. Meski sederhana, orang-orang yang hadir masih tidak bisa dipandang remeh, sekarang saja Dev diitari orang-orang sukses dan kaya raya, Celin merasa insecure tapi Dev memegang tangannya agar ia merasa nyaman, setiap ada yang bertanya tentangnya, Dev hanya menjawab teman dekat saja, demi menghormati Celin yang belum benar-benar siap menjadi pasangan sungguhannya. Celin tersenyum hangat pada Dev, ia tau Dev laki-laki yang baik dan tulus. "Halo, Pak Evan! Lama tidak berjumpa," Celin reflek menoleh karena men

    Last Updated : 2024-08-02

Latest chapter

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 77

    Evan dan Celine akhirnya pulang ke rumah, Evan terlihat begitu segar dan kembali mendapatkan aura berwibawa yang selalu menjadi ciri khasnya, sebelumnya ia seperti pria yang selalu takut kehilangan dan tidak pernah tenang. Sekarang apalagi yang ia takutkan? apa yang ia benar-benar inginkan sudah berada di tangannya, sementara Celine terkesan lebih pemalu dan mudah tersenyum tidak seperti sebelumnya, ia selalu memaksa dirinya untuk tegas dan terkesan dingin, ia sungguh memaksakan diri untuk menahan semua perasaannya. Bi Asih yang melihat keduanya datang bersama sambil bergandengan tangan sampai tersenyum-senyum sendiri, ia juga bisa menilai perubahan dari sikap dan ekspresi keduanya. "Ada apa ini?" goda Bu Asih. "Bi, bantu Celine mengangkat barang-barangnya ke kamar," ucap Evan, sebelumnya mereka sudah ke kost tempat tinggal Ciline untuk mengambil barang-barang Celine, tentu saja setelah perdebatan panjang dan negosiasi yang tidak ada habisnya. "Bu Celine kembali tinggal di

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 76

    "Kamu bisa menomorsatukan aku, Van?" Celine ingin meyakinkan dirinya. Evan meraih tangan Celine dan menggenggamnya untuk membuatnya yakin, kemudian ia mulai bercerita, "Sekarang di hatiku cuma kamu, Celine. Jenny sudah menjadi kenangan, Mita hanya kesalahan. Kamu yang memenuhi hatiku sekarang, misiku tentang cinta saat ini dan seterusnya cuma ingin denganmu, aku ingin membalas semua kesalahan yang aku lakukan padamu. Oke dulu aku salah, dulu aku memanfaatkan perasaanmu, waktumu, tubuhmu bahkan menyebabkan anak kita meninggal, tolong biarkan aku memperbaikinya. Kalau perlu, kamu hukum aku, tapi jangan hukum aku dengan pergi meninggalkanku lagi, itu berat, rasanya sepi, saat Jenny pergi rasa sakit yang aku terima tidak begitu dalam, saat Mita mengatakan ingin ke luar negeri, aku juga tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat kamu pergi, aku merasa sakit yang tidak bisa disembuhkan, aku merasa kosong sepanjang waktu, ternyata aku butuh kamu, aku cinta kamu, Celine." "Kamu terlal

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 75

    Evan tidak menghubungi Celine seharian, sepertinya Celine juga tidak berniat melakukannya. Evan sudah merasakan perpisahan berkali-kali tapi kenapa kali ini cukup menyiksanya, jadi ia datang ke kantor Siregar, alasannya sudah jelas. "Apa yang kalian bicarakan?" suara itu membuat Danil yang baru saja ingin berbalik pergi dan juga Celine menoleh. "Kami membicarakanmu," Danil berlalu sambil menepuk pundak Evan. Sementara Celine langsung berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya. Evan tidak mengatakan apapun, ia menarik sebuah kursi kosong lalu duduk di depan meja Celine sambil memperhatikannya. "Ayo pergi ke suatu tempat," "Aku sedang bekerja dan kamu seorang bos kamu tidak pantas duduk di sini," "Kalau Danil pantas?" "Dia bos aku, dia ke sini untuk bertanya pekerjaan dan dia tidak duduk sama sekali" "Aku tidak peduli, lagi pula aku sedang duduk di hadapan istriku." "Lakukan saja sesukamu, Evan." Celine tidak peduli lagi, ia kembali fokus dengan pekerjaannya. Evan memaj

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 74

    Evan sangat senang bisa mendampingi Celine pergi ke rumah sakit, berbanding terbalik dengan sebelumnya, kali ini ia tidak ingin melewatkan waktu sedetik pun, ia menanti di depan pintu kamar rumah sakit karena Celin melarangnya ikut masuk, reflek mendekati Celine saat melihatnya keluar bersama seorang dokter obgyn. "Bagaimana hasilnya?" Evan bertanya penuh harap. Celine diam saja dengan wajah tanpa ekspresi. "Bu Celine hanya masuk angin, Pak Evan." Evan tampak kecewa, ia lalu berkata, "Yakin sudah memeriksanya dengan baik, Dok?" "Sudah, Pak. Yang sabar ya, Pak. Masih banyak kesempatan kok, kebetulan Bu Celine sedang di masa suburnya, semangat Pak Evan!" ucap dokter. Celine tampak santai sementara Evan diam saja, ia tahu kesempatan itu pasti akan sulit ia dapatkan. "Mohon maaf masih ada pasien, saya lanjut bekerja dulu," "Silahkan, Bu." ucap Celine lalu pergi mendahului Evan. Evan hanya memandangi punggung Celine yang semakin menjauh tapi ia segera menyusul dengan lang

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 73

    Evan terbangun karena merasakan pegal di punggungnya, ia mencoba membuka pintu kamar Celine yang ternyata tidak di kunci, ia memandang punggung istrinya beberapa saat, ia melangkah begitu saja seolah suasana di dalam kamar itu mengundangnya untuk masuk. Ia naik ke tempat tidur lalu meringkuk di atasnya tanpa berani menyentuh Celine. Ia selalu berhati-hati semenjak menyukai Celine, tapi Celine bergerak dan membalikkan badan ke arahnya, Evan secara tiba-tiba meluruskan tubuhnya untuk menyambut uluran tangan Celine yang akan memeluknya, selain tangan, kakinya juga bertengger nyaman di atas paha Evan, seluruh tubuh mereka menempel satu sama lain. Celine membuka mata sambil mengigau, "Kamu tampan sekali, Evan," ia menatap wajah Evan sebentar lalu menutup matanya kembali. "Kalau kamu begini, aku bisa memangsamu kapan saja," gumam Evan yang merasakan sensasi aneh di tubuhnya dan ia sangat mengerti apa itu. Ia mencoba menarik tubuhnya untuk melepaskan diri, untungnya ia berhasil. Ia m

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 72

    Evan menghampiri Celine setelah semua tamu penting itu pergi, dari tadi ia mengawasi Celine, seandainya istrinya itu meninggalkan acara, ia tidak segang meninggalkan semua tamu pentingnya untuk mengejar Celine, untungnya saat ia melihat gerak-gerik Celine akan kabur, ibunya datang. Ia benar-benar bernafas lega. "Ayo pulang bersama," ucap Evan setelah bergabung dengan ibu dan istrinya. "Iya, sebaiknya begitu," sahut Bu Mery tampak bersemangat. Celine mau tidak mau harus ikut dengan Evan, ia tidak tega merusak wajah bahagia ibu mertuanya. "Sampaikan salam Evan pada papah, papah masih sibuk dengan koleganya," ucap Evan. "Siap," sambut Bu Mery. "Kami pergi dulu, Mah," ucap Celine. "Iya, Sayang," Saat berada di dalam mobil, Evan tidak berani bersuara, Celine juga tampak sangat tenang. "Antarkan aku ke kosan," ucap Celine seadanya. "Baik," Evan hanya bisa menurutinya untuk sementara, tadinya ia sudah membayangkan kehidupan bahagia di rumahnya, tapi karena masalah dengan M

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 71

    Evan benar-benar hebat, ia sangat mendominasi, Celine masih belum terlalu yakin bahwa ia menikahi laki-laki tampan yang sedang berbicara dan dikagumi oleh semua orang saat ini, ia belum percaya bahwa ia telah dicintai oleh orang yang tidak pernah membalas perasaannya saat kuliah dulu, ia tidak percaya diri bahwa laki-laki itu sudah mengatakan 'aku mencintaimu' beberapa hari terakhir ini, ia masih ingin percaya kalau tadi pagi laki-laki itu mengatakan dirinya cantik untuk pertama kalinya, ia menangis dengan bingung, Evan melihatnya dari atas podium, membuat suaranya sedikit merendah. "Istriku, Celine!" suaranya menggema di seluruh ruangan. Celine dibuat kaget, ia pun buru-buru menyeka air matanya lalu menatap Evan sambil berbisik di dalam hati, 'Kamu belum berhenti juga, Evan, mau sejauh apa kamu membuatku terjebak dalam hidupmu?' "Dia wanita yang tidak pernah sekalipun kusadari ternyata ikut andil dalam berjuang membangun perusahaan ini, saat aku lelah dengan semua keadaan yang

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 70

    Evan baru saja keluar dari toilet, ia melambat saat melihat Mita tampak menunggunya. Keduanya terlibat saling menatap satu sama lain, Evan menatap dingin sementara Mita tampak menantang untuk berperang. "Aku ingin bicara," ucap Mita. "Silahkan," "Ayo cari tempat sepi," "Baik," Evan berjalan mendahului Mita, karena ia tahu Mita tidak tau tempat itu, ia membawa Mita ke sebuah taman sepi yang baru saja ditanami pohon. "Ada apa?" tanya Evan santai. Mita tidak langsung menjawab, ia mengamati wajah Evan yang tampak datar. "Ternyata semua memang sudah berubah, aku datang terlambat," ujar Mita. "Maksudnya," "Aku datang karenamu, Evan, Maafkan aku karena pergi seperti itu," "Kau memang sangat terlambat, aku sudah menikahi dan mencintai dua wanita di belakangmu, apa kamu pikir masih ada rasa yang tersisa untukmu?" "Evan, aku rela menjadi yang kedua bahkan ketiga, aku masih seperti dulu, aku masih mencintaimu," "Maaf, buang saja rasa cintamu itu, aku sudah melalui bany

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 69

    Acara ulang tahun Evan dimulai saat malam hari tiba, tamu-tamu penting sudah berdatangan, acara ini dibuat bukan semata-mata untuk ulang tahun, ada maksud tertentu yang dapat menguntungkan dunia bisnis keluarga mereka, selain itu, Evan ingin memperkenalkan Celine kepada dunia. Melihat suasana itu membuat Celine menjadi gugup. Evan dapat merasakannya. "Kenapa? Apa kamu gugup?" "Sedikit," "Santai saja, status mereka semua berada di bawah suamimu ini," ucap Evan berlagak angkuh sambil tersenyum manis pada Celine. Jantung Celine dibuat begitu berdebar, seperti saat pertama kali jatuh cinta pada Evan. Ia bahkan merasa apakah ini mimpi? "Aku takut mengacaukan semuanya," "Selama ada aku semua aman," "Ngomong-ngomong, aku ingin memberimu hadiah tapi aku lupa membawanya masuk, masih tertinggal di dalam mobil," "Tidak apa-apa, kamu adalah hadiah untukku," ucap Evan. 'Kenapa semudah ini jantungku berdebar," sesal Celine di dalam hatinya, ia merasa kesal karena tidak bisa mengend

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status