Home / Romansa / Antara Dilema & Cinta / 24. Ruang Panas di Kantor CEO

Share

24. Ruang Panas di Kantor CEO

Author: Faver
last update Last Updated: 2022-09-09 22:30:26

"Apa? Ana terkunci di toilet? Kok bisa? Kamu ngerjain dia? Kamu kan tahu aku cari-cari dia. Dan oh ya, katamu dia udah pulang. Kenapa malah bisa terjebak dalam toilet." Gracia berkoar dalam ruangan Nicho. Berdiri di depan meja Nicho. Sedang Nicho duduk di kursi kerjanya. "Ayo dong! Jawab aku, jangan diam aja!" Ia menopang setengah berat tubuhnya dengan meletakkan kedua tangannya di atas meja.

"Udah selesai ngomongnya?"

"Iya udah. Cepetan ngomong. Kenapa dia bisa gitu. Jangan diam aja. Kemarin dia kayak gimana? Ada yang luka nggak? Ayo cepetan!"

"Gracia... kamu ngomong terus. Bagaimana saya bisa jelaskan. Sekarang kamu duduk dulu."

"Aku nggak mau duduk. Aku maunya penjelasan."

"Sst... jangan keras-keras. Nanti orang kira aku ngapain dirimu."

"Emang."

"Apaan?"

"Kamu udah bohongin aku, bilang Ana udah pulang."

Nicho menghela napas. Apa lagi cobaannya kali ini. Kemarin udah dibuat ribet sama Ananta yang pingsan di kantor. Satpam yang kurang ada
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Antara Dilema & Cinta   25. Aku Lupa Bawa Dompet!

    Stanley tak habis pikir. Kenapa malah situasinya berubah jauh. Di pikirannya sebelum sampai di rumah Ana, ia seharusnya marah dan geram atas kejadian semalam. Gawai mati. Pulang diantar bos. Lalu, Ana nggak mengabari dirinya kalau sudah pulang. Apalagi yang paling parah, tidur di ruang bosnya.'Damn!'Saat ia mengatakannya ada sebuah motor hitam berbelok di depannya. Jelas sekali tadi motor itu masih di belakangnya dan jelas-jelas lampunya tidak menandakan akan berbelok ke kiri."Hey, apa-apaan ini?" Ia memaki. Motor di depannya melaju. Terus melaju ke kiri. Stanley hampir aja akan menabrak badan motor itu, kalau ia tak segera mengerem.Ia menggeram tak karuan. Hatinya panas, otaknya panas. Kini satu pengendara nakal yang tak pakai lampu sen dengan benar. "Wah, gak bisa dibiarin nih!" Stanley menyusul, berbelok ke kiri. "Pantesan nggak bener, helm aja nggak dipakai, ugal-ugalan lagi.""Hei, berhenti. Yang pakai kaos biru di depan berhenti." Ia berteriak

    Last Updated : 2022-09-10
  • Antara Dilema & Cinta   26. Langit Sore dari Jendela Kedai Kopi

    Jalanan sudah kembali tertib. Lalu lintas berjalan dengan lancar. Udara pagi masih terasa menusuk walaupun matahari sudah bersinar terang sedari tadi.Stanley gelisah. Apa yang harus ia perbuat?"Bapak-bapak ini kenapa sih? Nggak ada yang mau ngomong. Atau saya giring kalian berdua ke kantor polisi supaya kalian bisa ngomong disana.""Pak, jangan gitu dong!""Nah, sekali dibilang kantor polisi langsung bisa bicara? Bapak nggak pakai helm dan berdasarkan kesaksian bapak ini, bapak tidak menyalakan lampu sen. Bisakah saya lihat SIM dan STNK bapak?""Maaf Pak, saya tidak bawa!""Udah nggak pakai helm. Berkas-berkasnya juga nggak bawa. Bapak tetap kami tilang ya.""Dan Bapak, SIM dan STNK sudah bisa saya lihat?" tanya Pak Polisi dengan Stanley. "Maaf Pak, tadi saya terburu-buru jenguk pacar saya. Waduh, dia sakit pak. Saya kan juga galau pak. Bapak juga pasti galau kalau orang kesayangan Bapak sakit, pasti terburu-buru juga sama seperti saya.""Tapi tetap pak. Surat-menyurat berkendara i

    Last Updated : 2022-09-11
  • Antara Dilema & Cinta   27. Di Antara 4 Hati

    "Udahlah. Yuk! Semangat! Anak-anak lain juga nggak semangat kalau pemiliknya aja nggak semangat." Si barista menepuk lembut bahu Stanley.'Siang nanti aku ke rumahnya Ana lagi deh!'***"Gimana ya anak itu? Temannya Gracia? Siapa tadi namanya. Oo ya Ananta. Aku coba telepon aja dulu deh." Nicho mengambil gawai. Mendekatkan pada telinga."Hallo Pak Nicho!""Gimana badanmu? Besok bisa masuk kerja kan?""Saya sudah mulai membaik pak. Tinggal istirahat lebih lama lagi. Besok sudah bisa masuk seperti biasa.""Oke. Baiklah. Dan oh iya, Gracia tadi khawatir sama kamu. Kamu kabari dia dulu ya!""Oh iya Pak, Gracia. Maaf Pak. Saya akan segera mengabarinya. Terima kasih pak! "Sama-sama."Gawai dimatikan. Cuaca pagi ini terasa sejuk namun tidak untuk hati Ana maupun Stanley. Begitu juga dengan Nicho. Karena Gracia berulah, ia sudah terasa panas dari tadi. Berdiri di depan jendela super besar kini lumayan membuatnya tenang. Di luar sana terdapat taman kecil dengan pemandangan yang serba hijau da

    Last Updated : 2022-09-13
  • Antara Dilema & Cinta   28. Nikah itu Gampang?

    "Selamat siang, tante!" Stanley melongo ke dalam rumah. Bukan rumahnya pastinya.Kalau rumahnya sendiri, siang bolong seperti ini. Papanya pasti sudah pergi entah kemana, apalagi adiknya, mungkin hanya di dalam kamar. Dia hanya akan keluar kalau sudah waktunya makan.Sekarang ia ke rumah Ananta. Siapa lagi kalau bukan rumah gebetan."Ooh, Stanley! Selamat Siang! Siang-siang udah nongol aja kesini. Kenapa?" Ibu Ana membuka pintu. Tangannya penuh dengan tepung. Belum dibersihkan. "Wah, sepertinya aku ganggu tante ya! Sedang buat apa tante? Sini, biar aku aja yang nutup pintunya!"Ibu Ananta masuk ke dalam rumah, berjalan menuju dapur. Stanley mengikutinya dari belakang."Wah, buat kue ya tante?"." Iya nih. Kue lapis. Kamu tahu lah untuk siapa?""Ana kan pasti. Dia kan bentar lagi ulang tahun.""Ingat aja kamu!""Ingat dong, Tan!" Ia menjawab dengan bangga.Saat Ibu Ana mulai mengaduk adonan. Stanley mencuci tangannya di wastafel.

    Last Updated : 2022-09-13
  • Antara Dilema & Cinta   29. Pria Macam Apaan Kamu?

    "Bukan hanya itu, tadi pagi Om juga dengar kalau Ana teriak dan nangis sama kamu. Pria macam apaan kamu? Bahkan membiarkan pacarnya sendiri diantar pulang sama bosnya. Untung bosnya baik dan masih muda. Kalau udah tua dan genit, bagaimana?" Pria paruh baya itu berbicara frontal. Ia adalah papanya Ananta. Calon papa mertua untuk Stanley. "Maaf, Om. Saya tidak bermaksud menyakiti Ana. Tadi kami hanya ada sedikit salah paham.""Ley, lebih baik kamu ngobrol sama Om di luar aja ya. Tante mau lanjut panggang kuenya."Ibunya mengambil alih. Mengambil spatula dan sendok besar dari tangannya Stanley.Stanley mengikuti saran Tante. Mengikuti Om yang sudah berjalan terlebih dahulu ke ruang tamu. Sebelum ia benar-benar pergi, ia menatap sekilas mata tante, berkaca-kaca dan nampak tidak memendam kebohongan di matanya. Sama sekali. Hanya ada mata yang penuh dengan kasih sayang. Om lebih dulu duduk di sofa. Menghela napas berat. Matanya menerawang ke luar jendela, ke luar rumah, memandang daun-dau

    Last Updated : 2022-09-14
  • Antara Dilema & Cinta   30. Atasan kok Rasa Bawahan sih?

    Hari ini kantor nampak sangat sibuk sekali. Dari tadi pagi, karyawan bolak-balik keluar-masuk dari ruangan Nicho. Banyak karyawan yang masuknya santai, tapi sekali keluar seperti cacing kepanasan.Ada yang masuk dengan energi yang luar biasa, sekali keluar langsung lemas.Tapi ada juga yang masuknya gugup, setelah keluar mereka nampak lega dan bahkan nampak santai. Melihat hal ganjil yang terjadi di kantornya seperti itu, Gracia penasaran. Gracia bisa melihat dengan jelas antrian para karyawan di depannya. Satu per satu masuk ke dalam ruangan Pak Nicho.Sekarang ia sudah mendapat meja kerja baru. Mejanya tepat di luar ruangan Nicho. Persis di samping kanannya. Di sana ada dua meja. Satu untuknya dan satu untuk Aini, sekretaris pribadi Bu Pramita."Aini, ini kenapa sih orang-orang pada antre gini. Pak Nicho lagi bagi-bagi sembako?"Aini menoleh ke barisan antrean. Lalu, kembali menatap angka-angka yang tertulis di dokumen yang sedang dikerjakannya.

    Last Updated : 2022-09-16
  • Antara Dilema & Cinta   31. Nicho & Gracia Kecil

    Daripada ia harus berdebat lebih jauh lagi. Nicho memilih untuk mengalah. Sebenarnya, ia agak kelewatan memberikan pekerjaan yang banyak. Tapi, jika mau sukses, Gracia harus cepat belajar untuk melakukan pekerjaan ini semua, supaya kelak ia bisa menjadi pendamping hidup sekaligus partner kerjanya. Apalagi, ia masih mengingat dengan jelas cita-cita Gracia kecil.Panas kian terik saat jam menunjukkan pukul 13.00. Gracia kecil yang saat itu duduk di bangku kelas 6 SD menunggu papanya untuk dijemput pulang. Ia menunggu di pos satpam. Semua teman sekelasnya sudah pulang semuanya. Tinggal kakak kelas yang masih belajar dan akan selesai setengah jam kemudian.Nicho masih belajar di kelas. Pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran yang membosankan baginya. Kita sudah bisa berbicara lancar dengan bahasa Indonesia, untuk apa lagi belajar? Nicho uring-uringan. Walaupun, ia duduk di pojokan paling belakang. Sesaat aja ia membenamkan wajahnya ke tangan yang ia lipat di atas me

    Last Updated : 2022-09-18
  • Antara Dilema & Cinta   32. Romansa di Kancing Baju

    Kantor PT Pramita nampak minimalis jika dilihat dari luar. Tapi jika dilihat dari dalam, kantornya sungguh memanfaatkan setiap detil ruangan dengan seksama. Misalnya saja rak buku di bawah tangga dan loker-loker para karyawan. Tertata rapi. Di setiap sudut ruangan juga ada tanaman hijau. Sedang di luar jendela, ditanam pohon cemara dan bambu.Taman yang berada di samping dan belakang kantor juga selalu dirawat dengan baik. Itulah juga yang membuat Nicho betah berlama-lama di kantornya. Kantor Bu Pramita yang sementara ditempatinya. Pukul 18.30. Kantor sudah sepi. Lampu di semua ruangan telah dimatikan, menyisakan lampu lorong.Tapi untuk malam ini, lagi-lagi ruangan Nicho masih terang-benderang."Ada pekerjaan yang kamu nggak ngerti?" Nicho bertanya. Gracia duduk di meja pertemuan di dalam kantor Nicho. Dua tumpuk kertas mengelilinginya."Bukannya nggak ngerti. Tapi ini loh, mengapa rata-rata semua ingin bertemu kamu di jadwal yang sama. Hari Rabu puku

    Last Updated : 2022-09-19

Latest chapter

  • Antara Dilema & Cinta   140. Baiklah, Mari Kita Coba Pacaran!

    "Saya mencintai Ananta. Tetapi, saya juga ada etikanya Stanley. Saya tidak akan merebut pacar orang." Nicho melepaskan genggaman eratnya. Menatap Ananta lamat-lamat."Namun, saya bisa pastikan, saya yang akan jadi orang pertama yang akan merebutnya jika kamu menyiakan-nyiakannya,"Nicho berbicara dengan lantang.Dari jauh, Violla mengintip. Ia tak mungkin akan melewatkan kejadian seru ini. Walaupun kehadirannya memang tidak berarti jika dia ada disana.Tentu saja Nicho akan mengusirnya."Apakah aku memang sudah tidak bisa kembali dengan Nicho?"Drrt. Gawainya bergetar."Hallo, baby! Kamu jadi datang ke pestaku?" Seorang pria meneleponnya."Iya. Aku datang." Violla dengan cepat menjawab. "Aku akan mencoba untuk mencintai pria lain. Selamat tinggal Nicho!""Ana, kamu tidak marah sama atasanmu ini? Lancang sekali dia ngomong begitu." cerca Stanley. Ia mendengus. Kakinya menendang sebuah kursi plastik sampa

  • Antara Dilema & Cinta   139. Hanya Sedikit Orang yang Bisa Menemukan Cinta Sejati

    Malam ini angin tak berhembus sama sekali. Walaupun Nicho, Stanley, Ananta, dan Gracia berada di tempat terbuka.Ananta masih menahan marah atas tuduhan Stanley yang tidak jelas. Yah, memang dia juga merasa bersalah. Ia mulai ragu dengan dirinya sendiri. Apakah memang harus putus?Stanley tak terima jika ia yang harus terus mengalah. Apalagi ia butuh dukungan emosi karena masih merintis usahanya. Usaha kedai kopi impiannya. Ia ingin segera mendapatkan uang yang banyak supaya bisa menghalalkan Ananta. Tapi, kenapa semakin hari hubungannya dengan Ananta semakin memburuk?Gracia gemas dengan dirinya sendiri. Kenapa tak seorang pun yang mengerti keadaannya. Semua terasa menjauh dan selalu saja membela Ananta. Padahal bukannya dia korban atas kejahatan Ananta?Nicho tak habis pikir, kenapa masalah simpel yang muncul ini bisa seruwet ini. Dari Gracia dan Ananta yang salah paham. Stanley yang protektif dengan Ananta.Padahal semua itu terjadi hanya karena kurang komunikasi. That's it."Nicho

  • Antara Dilema & Cinta   138. Masih Berani Kamu Menampakkan Diri di Hadapanku?

    Kantor sudah sepi. Ananta melirik jam tangan yang dikenakannya. Pukul 20.31.Sepanjang jalan ia hanya menemui rumput hijau taman kantor dan lampu kantor di sisi taman."Sepertinya aku tunggu di pos satpam saja." gumamnya.Ia merapatkan jaket yang ia kenakan. Menuju pos satpam yang hanya memerlukan sekitar sepuluh langkah.Sesampainya ia disana, ia tak menemukan seorang pun."Televisi masih nyala. Lampu di pos juga masih nyala. Kemana Bapak satpamnya? Apa mungkin pratoli?"Ananta adalah tipe orang yang positif. Bahkan dalam hal ini saja ia tidak berpikir negatif mengenai keberadaan satpam ada dimana.Ia tak ambil pusing. Menarik salah satu kursi bakso disana dan duduk."Apa Pak Nicho masih lama?" gumamnya."Ananta!" panggil seseorang dari belakang."Stanley? Kenapa kamu selalu muncul tiba-tiba?" Ia menoleh ke belakang. "Dan kamu mengagetkanku,""Yah, tentu saja bisa. Karena pesanku dari tadi saja belum dibaca. Kalau kamu nggak di hotel, yah pasti di kantor," lanjutnya sambil mengambil

  • Antara Dilema & Cinta   137. Kenapa Aku Selalu Kalah Debat darinya?

    Nicho kembali ke meja kerjanya. Setelah minum segelas air gula, ia merasa kondisinya mulai pulih kembali.Dengan langkah yang masih terasa berat dan kepalanya masih terasa sakit, ia bergerak. Berjalan beberapa sentimeter dan duduk dengan mantap di kursi kerjanya.Matanya langsung menangkap benda kecil berwarna merah yang diletakkan di atas laptopnya. Sebuah flashdisk."Ini bukannya flashdisk yang kupinjamkan kepada Ana? Apakah pekerjaannya sudah selesai?"Nicho membuka laptopnya dan memeriksa data yang berada di dalam flashdisk.Ia membaca dengan seksama setiap kata. Setiap kalimat. Setiap paragraf. Matanya berbinar.Ia menegakkan badannya."Ini baru naskah yang ingin kubaca. Tidak salah jika Ananta bisa dijadikan calon kepala divisi penulis. Tetapi sepertinya aku harus mempertimbangkannya lagi. Hubungan dia dan Gracia telah usai. Hal ini pasti akan menjadi hambatan dalam kinerja kerja. Apalagi gosip tidak sedap yang ter

  • Antara Dilema & Cinta   136. Aku tidak perlu Memberitahumu, Karena Tidak Ada Untungnya Bagiku

    "Aku tanya dan kalian malah bengong disini. Nicho yang kalian maksud itu Nicholas Alexus bukan?" Violla bertanya memastikan. Kini ia menggebu-gebu. Ia harus segera tahu jawabannya.Kali ini siapa lagi yang bisa ambil hati selain Gracia. Tetapi itu nggak mungkin. Jika iya, apakah wanita itu lebih baik daripada Violla?"Kamu seharusnya jawab dulu pertanyaanku," Stanley nggak mau kalah. Jika ia harus menjawab, setidaknya lawan bicaranya dulu yang harus menjawab. Itu yang namanya baru adil."Aku rasa, pertanyaanmu tidak penting. Aku itu punya kaki dan punya uang. Aku bisa kemana aja yang aku mau. Bahkan kalian bisa disini saja, aku tidak perlu harus bertanya panjang lebar, kenapa kalian ada di Jakarta,""Kamu membuntutiku ya? Dan kenapa kamu bisa kenal sama Nicho?" Stanley bertanya lagi. Otaknya kini haus akan jawaban."Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan yang tidak penting," geramnya.Ia menggeser pandangannya ke arah Gra

  • Antara Dilema & Cinta   135. Masih Gracia & Nicho Kecil part 3

    "Ini soal apaan sih? Matematika kok malah buat kepala jadi mumet. Nah gini nih, catatan diajarin gimana. Tugasnya kayak gimana. Ini sih Nicho harus kesini. Nggak mau tahu. Masa dia bisa tidur nyenyak dan aku begadang kayak gini,"Eric beranjak duduk ke tempat tidurnya. Duduk disana dan menyentuh layar gawainya. Mencari kontak Nicho."Apaan?" Nicho menjawab dari seberang."Eh, orang kalau angkat telepon itu bilang hallo. Bukan apaan?""Itu untuk orang lain bukan untukmu. Karena kalau kau telepon malam-malam pasti ada maunya,""Tahu aja,""Iya, adanya tahu aja, tempe lagi habis,""Sekarang ke rumah aku!""Nggak,""Cepat banget jawabnya. Sat set tanpa mikir. Mikir dulu kek. Yakin? Nggak mau pikir dua kali?""Kenapa harus pikir 2 kali?""Gracia belum tidur loh!"Nicho tersontak. Yang tadi posisi tidur di atas ranjangnya. Ia bangkit duduk."Lalu, apa. Kenapa. Apa hubungann

  • Antara Dilema & Cinta   134. Gracia & Nicho Kecil part 3

    Restoran makanan penutup sedang tidak ramai. Selain Gracia dan Stanley. Hanya ada 2 meja yang terisi.Mungkin sekarang kebanyakan orang mencari makanan berat setelah lelahnya bekerja seharian. Mencari rezeki untuk menikmati makanan enak setiap hari.Gracia menatap tajam ke arah Stanley. Tentu saja ia tak bisa menerima pria bucin di depannya ini menghina Nicho. Nicho yang adalah sahabatnya dari kecil dan sebenarnya juga cinta pertamanya.Cinta pertama yang ia sendiri kandaskan begitu saja.Masih ingat dengan kejadian bab 99?Inilah sambungannya.Setelah Eric meninggalkan Nicho dan Gracia di sekolah. Nicho tak langsung mengantar Gracia pulang. Ia mengajak Gracia untuk makan sore terlebih dahulu."Kamu ajak aku makan bakso? Aku nggak ada selera,""Hei, makan selagi kamu masih bisa makan. Kita hidupnya masih enak. Masih bisa makan apa yang kita mau,""Bukan itu maksudnya,""Atau kita makan es krim

  • Antara Dilema & Cinta   133. Ada yang Salah Sama Nicho, Apa Jangan-Jangan...

    "Ananta itu keterlaluan. Sok jodohin aku sama Nicho. Tanya-tanya ke aku, masa nggak cinta sama Nicho. Pret. Busuk itu semua," Gracia mengomel. Ia tak mau lebih lama disana. Sudah 10 menit yang lalu ia pergi dari kantor Nicho.Sekarang ia duduk di sebuah kedai kopi. Seperti biasa ia memilih kopi sebagai pendampingnya."Eh, ada Gracia disini. Aku boleh duduk disini?" Seorang pria mendekat."Stanley? Kok kamu bisa disini?" Gracia bertanya dengan bingung."Pertanyaanku dijawab dulu dong!""Nggak boleh. Duduk di kursi lain aja. Aku lagi pengen sendiri,""Tapi aku lagi mau ngobrol sama kamu. Gimana?""Kalau kamu nggak pergi. Aku yang pergi. Bye." Gracia turun dari kursi tinggi kedai. Mengambil gelas strerofoam yang masih berisikan dengan kopi panas."Hei!" panggil Stanley. Ia menyusul sampai ke luar kedai dan terus membuntuti Gracia.Gracia terus berjalan. Menyeberang di penyeberangan jalan, melewati taman ke

  • Antara Dilema & Cinta   132. Iya, Aku Mencintaimu

    Ananta melihat ke kiri dan ke kanan. Sepi. Di ruangan kerja sebesar itu hanya dia seorang."Kalau aku turun ke bawah, mungkin tidak apa-apa kali ya? Tapi kalau Pak Nicho memang butuh bantuan cepat gimana? Aku cek dulu aja deh."Ia berjongkok. Ini pertama kalinya ia melihat wajah Nicho sedekat itu. Wajahnya kalem dan tenang. Alisnya tebal dengan bulu mata yang melengkung indah di kedua mata. Bibir semerah buah delima dengan kulit berwarna kulit langsat."Ternyata jika dipandang dekat dan saat tidak sedang berekpresi, muka Pak Nicho lebih bersinar. Apa yang membuatnya memiliki beban sebesar ini?""Pak Nicho!" Ia memanggil dan mengguncangkan tubuh Nicho dengan pelan. Namun, Nicho tak ada pergerakan sama sekali."Maaf pak. Saya izin sentuh kening Bapak ya! Astaga, panas sekali. Ini sih demam. Sebentar pak! Saya panggil satpam untuk bantu ya!" pekiknya.Saat Ananta sudah akan berdiri, Nicho menarik pergelangan tangannya. "Jangan tinggalkan aku! Jangan! Saya mohon, Gracia."Ananta kembali b

DMCA.com Protection Status