Selena membentangkan kembali kulit binatang itu dan membawakan sebuah selimut kecil."Vanessa, bisakah kamu membantuku mengangkatnya? Aku nggak bisa mengangkatnya sendirian," kata Chandra.Yang terpenting, Harvey sudah kehilangan kesadaran. Sulit bagi Chandra untuk mengeluarkan orang seperti itu sendirian.Selena merasa kesal. Jika bukan karena dia merasa terganggu oleh tingkah laku Alex yang suka kaget dan panik, Selena tidak akan menyuruhnya keluar.Semua ini benar-benar menyusahkan diri sendiri. Baiklah, anggap saja Harvey sebagai pasien biasa."Oke."Keduanya berdiri di tangga dan mengeluarkan Harvey dengan susah payah. Mata Selena tidak berani melihat ke mana-mana.Seluruh tubuh Harvey terasa panas menyengat. Entah itu karena obat atau keringat. Penampilan Harvey tampak lebih baik dibanding sebelumnya."Hati-hati." Chandra membantu menurunkan Harvey dengan hati-hati.Sebenarnya, Selena cukup lembut dalam bertindak. Namun, siapa sangka jika jalannya tidak rata. Chandra tidak bisa m
Chandra tanpa sadar menelan ludah dan menunjuk hidungnya sendiri. "Aku?""Kalau bukan kamu, apa aku yang harus melakukannya? Cepatlah. Waktu yang kamu buang sekarang akan mempercepat kematiannya," kata Selena dengan dingin.Chandra tidak bisa berkata-kata. Meskipun tidak punya pacar, bukan berarti dia itu gay! Dia adalah pria lurus yang sejati.Namun, apa yang dikatakan wanita itu juga tidak salah. Setiap detik yang terbuang sia-sia, akan makin mendekatkan Harvey pada kematian."Aku ... baiklah kalau begitu." Chandra berpikir, selama Harvey bisa tetap hidup, hal tersebut bukanlah masalah besar.Sambil berbicara, Chandra mengambil obat dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sudut mulutnya tidak bisa berhenti bergerak-gerak."Tahan. Jangan dibuang. Obat kedua ini menggunakan bahan obat yang berbeda, efeknya juga berbeda."Chandra merasa, hal ini jauh lebih sulit dibanding berjalan di atas kawat. Chandra mengeraskan hati, memejamkan mata, dan langsung mengarahkan obat itu ke mulut Harvey ta
Selena agak tidak bisa berkata-kata. Pria ini baru saja pulih sedikit, tetapi sudah begitu energik.Pendengaran Harvey pulih lebih cepat. Bagaimanapun, organ terakhir yang berhenti bekerja sebelum manusia mati adalah pendengaran.Namun, penglihatan Harvey belum membaik sedikit pun. Sekalipun Selena berada begitu dekat dengannya, Harvey hanya bisa melihat siluet yang kabur.Tidak ada suara yang dikenal Harvey di sekitarnya. Harvey tidak tahu situasi apa yang tengah dihadapinya. Reaksi naluriahnya barusan adalah untuk melindungi dirinya sendiri. Harvey mencengkeram erat-erat leher Selena, tidak memberinya kesempatan untuk melarikan diri sedikit pun."Kalau kamu ingin mati, bunuh aku saja." Selena bisa mengubah suaranya. Bahkan, Chandra dan yang lainnya tidak bisa mengenalinya."Siapa kamu?""Orang yang menyelamatkanmu."Baru pada saat itulah, Harvey agak melonggarkan cengkeraman tangannya dan memberi Selena kesempatan untuk bernapas. "Maaf, mataku nggak bisa melihat. Aku nggak tahu apa y
Selena juga menjadi marah, "Oke, kalau kamu nggak mau menunjukkannya padaku. Masih banyak orang yang memintaku untuk memeriksa mereka. Jangan menyesal nanti!"Sambil berkata demikian, Selena mulai memanjat keluar dari dalam bak. Jika terus berada di dalam, dia pasti akan mati kepanasan nanti.Selena mengenakan gaun panjang berbahan katun linen. Bak mandi itu tinggi juga licin. Sementara, sisi yang ada tangganya ditempati oleh Harvey.Begitu hendak memanjat ke atas, tubuh Selena yang basah kuyup menginjak roknya sendiri. Saat Selena mencoba untuk menopang tubuhnya, dia malah tergelincir dan jatuh ke dalam bak mandi."Hati-hati."Harvey tanpa sadar langsung menangkapnya, Selena berteriak pelan dengan menggunakan suara aslinya."Seli!" Raut wajah Harvey diliputi kegembiraan yang meluap-luap.Begitu menyadarinya, Selena sudah berbaring di dada Harvey yang telanjang itu.Telapak tangan Selena yang lembut menempel erat pada otot-otot dada Harvey yang kuat itu. Yang lebih menakutkan lagi ada
Selena buru-buru kembali ke kamarnya. Dia hampir tidak tidur selama sehari semalam, sibuk menyiapkan dan mengganti obat. Tiga hari pertama adalah waktu yang paling kritis. Obatnya tidak boleh terputus.Baru saja diganggu oleh Harvey, Selena hampir saja menunjukkan wujud aslinya yang bagaikan peri itu.Dia melepaskan topengnya dan mengeringkannya dengan hati-hati. Kemudian, Selena menyempatkan diri untuk mengganti pakaiannya.Memikirkan sifat Harvey yang aneh itu, akan lebih mudah untuk merawatnya jika dia tidak sadarkan diri. Selanjutnya, saat ingin memeriksa tubuhnya, entah apa yang akan dilakukan oleh Harvey nantinya.Selena sengaja menyiapkan obat lain untuk berjaga-jaga.Setelah mengenakan kembali topengnya, Selena tidak berani membuang waktu sedikit pun. Dia buru-buru mengambil jalan pintas untuk masuk ke gua.Sambil menunggu obat, Selena memakan beberapa buah seadanya untuk mengganjal perutnya, sekaligus mengurangi rasa lelahnya."Dia nggak mau menunjukkan tubuhnya padaku. Coba k
Bukan, bukan. Alur cerita macam apa ini?Awalnya, Selena mengira ketika Harvey melihat dirinya, Harvey akan patuh dan membiarkan Selena memeriksanya. Apa maksud Harvey dengan menciumnya begitu mereka bertemu?Selain itu, baru sehari lalu Chandra meminumkan obat kepada Harvey melalui mulutnya. Itu sebabnya, Selena merasa tidak nyaman.Entah kenapa, Selena merasa jika dia sudah menciptakan bencana bagi dirinya sendiri."Harvey, lepaskan aku!"Harvey seperti koala yang memeluk Selena dengan erat, sama sekali tidak ingin melepaskannya. "Seli, tahukah kamu berapa lama aku mencarimu? Aku memikirkanmu sepanjang hari. Aku benar-benar bodoh. Seandainya aku tahu kamu akan menghilang tanpa jejak, harusnya sejak awal aku nggak pernah membiarkanmu pergi."Selena terkejut. Pantas saja dia merasa kepergiannya saat itu begitu lancar.Ternyata begitu dirinya pergi, ada orang yang langsung mengejarnya. Harvey mengetahui rencananya selama ini.Jika Harvey ingin menghentikannya, dia bisa saja menghentikan
Dengan susah payah, akhirnya Selena berhasil mengalihkan perhatiannya dari perut Harvey yang berotot itu. Selena mengamati dengan saksama. Kemudian, dia mengeluarkan stetoskop untuk mendengarkan detak jantung Harvey."Seli, apa yang dingin-dingin ini?" tanya Harvey sambil berbisik. "Kenapa mimpi ini begitu nyata?""Sst, jangan bicara." Selena terlalu malas untuk menjelaskan.Setelah selesai mendengarkan detak jantung Harvey, Selena membuka mata Harvey dan mengamati kondisi matanya. Pupil mata Harvey tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sedikit pun. Sulit untuk memperkirakan kondisi di dalamnya melalui visual. Satu-satunya cara adalah menyembuhkan racunnya dan membiarkan Harvey pergi keluar untuk melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat.Selama racunnya bisa ditawarkan, organ lainnya akan pulih secara perlahan-lahan.Harvey buru-buru menutup mulutnya. Meskipun dia tahu ini semua hanya mimpi, jika bisa membuat Selena tinggal lebih lama, setidaknya dia bisa memiliki lebih banyak k
Selena memikirkan masa-masa awal pernikahannya dengan Harvey. Harvey selalu berdiam diri. Bahkan, di tempat tidur, Harvey hanya fokus pada pekerjaannya. Dia jarang menunjukkan ekspresinya, apalagi mengungkapkan perasaannya sendiri.Jika bukan karena Harvey selalu membuat dirinya terlalu lelah sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur, Selena pasti akan meragukan apakah Harvey benar-benar menyukainya.Harvey selalu menyembunyikan semua perasaannya di dalam hati dan tidak membiarkan siapa pun mengetahuinya.Setelah melewati perdebatan selama beberapa tahun, posisi mereka berdua tampaknya telah tertukar.Selena menyembunyikan semua perasaannya, sementara Harvey justru menjadi sangat rendah hati.Harvey tidak lagi menyembunyikan perasaannya.Harvey layaknya seekor anjing besar yang suka menempel dan penuh gairah. Dia mengetahui setiap bagian sensitif di tubuh Selena.Bibir yang basah itu bergerak turun dari leher dan meninggalkan jejak air."Seli, aku merindukanmu. Memikirkanmu membuatku