Bagi Harvest, ini adalah tantangan besar. Dia begitu kecil, baik secara fisik maupun secara mental, ini adalah pukulan yang menghancurkan.Di samping anak laki-laki tinggi dan kurus, masih ada beberapa anak lain yang berdiri, sepertinya dialah pemimpinnya.Anak laki-laki yang memiliki tubuh kurus dan tinggi, serta tulang selangka terlihat jelas, terlihat bahwa dia tidak memiliki masa lalu yang baik dan mengalami kekurangan gizi, tetapi dia bukanlah orang yang polos seperti teman sebayanya.Mata itu membuat Selena teringat pada raja di dalam kelompok serigala, dengan kekejaman dan kekuasaannya."Anak ini bernama Vannes, jangan pandang usianya yang masih kecil, dia ini yatim piatu yang ditemukan di medan perang utara. Dia ditemukan dalam keadaan bertahan hidup dengan memakan mayat dan sering berebut makanan dengan burung nasar."Selena yang mendengar pun merasa mual, "Dia ... makan daging manusia!""Sebenarnya daging busuk. Kalau seseorang bisa bertahan hidup, dia akan memakan lumpur bus
Vannes juga menyerang dengan marah. Sejujurnya dia tidak berniat untuk berurusan dengan anak kecil ini.Dia memanggil Harvest sebagai tuan muda, karena sebagian besar anak-anak di sini adalah yatim piatu yang malang.Dia sengaja menyulut emosi Harvest hanya karena anak ini sangat tidak penurut, bahkan tidak seperti orang lain, sudah berlalu banyak hari, tapi masih tidak mau patuh padanya.Vannes selalu ingin mencari kesempatan untuk memberi pelajaran Harvest sekaligus menunjukkan kekuasaannya di depan anak-anak lain.Ternyata Harvest lebih keras kepala daripada yang dia bayangkan. Bukan hanya tidak berniat berhenti, tetapi makin bertarung malah makin berani, dengan semangat perlawanan yang tak tergoyahkan di matanya.Ada apa dengan anak sialan ini? Dia sangat sulit dihadapi!"Anak sialan, mati kamu!"Dia bergerak dengan serius, mengangkat tangan dan siap untuk memukul kepala Harvest dengan tinju."Hentikan!"Harvest yang putus asa pun menutup matanya, dengan tubuh kecilnya, dia sama se
Selena tidak mengabaikan ketegangan dan ketakutan di mata Harvest, apa yang sebenarnya dia lakukan? Bagaimana mungkin dia membuat anaknya memiliki perasaan seperti ini terhadapnya?"Maaf, maaf," Selena memeluk Harvest sambil terus meminta maaf.Harvest bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan, "Eh ... Kamu, bagaimana bisa datang?""Sayang, maaf, Ibu datang terlambat.""Ibu?" Harvest merasa seperti dia salah dengar, apakah Selena benar-benar mengenalinya?"Anakku, sebelumnya Ibu nggak tahu ada beberapa kesalahpahaman sebelumnya, itu sebabnya baru sekarang mencarimu, ini semua salah Ibu."Selena memeluk erat anaknya, air mata mengalir deras dari dagunya hingga jatuh ke leher Harvest.Pada saat ini, pelukan adalah penghiburan terbaik, Harvey menyuruh orang untuk mengambilkan obat, "Seli, oleskan obat pada Harvest."Selena baru melepaskan anak itu, dia dengan penuh kasih sayang memeriksa luka di wajah Harvest."Pasti sangat sakit, ya?""Nggak sakit," jawab Harvest dengan tatapan terpaku,
Selena mendapati bahwa Harvest sangat sensitif, Harvest selalu khawatir dan takut kehilangan setelah susah payah mendapatkannya.Selena dengan sabar menenangkan emosi anaknya, berkali-kali mengatakan betapa dia mencintainya.Selena juga memasak makanan yang enak untuknya, Harvest makan banyak, bahkan tidak berhenti sampai Harvey mengambil sendok dari tangannya.Harvest tahu makanan yang ibunya buat tidak bisa dimakan setiap hari."Harvest, kemarilah."Selena duduk di jendela sambil melambai padanya.Harvest segera merangkak naik dengan patuh, dan Selena mengangkatnya ke dalam pelukannya.Di sini bisa melihat pemandangan luar yang indah, Harvest baru menyadari bahwa tempat latihan yang biasa terlihat sangat berbeda dari sudut pandang yang berbeda, mungkin karena ada Ibu yang menemaninya.Selena sedikit menyunggingkan senyuman, "Ibu yang menamaimu, diambil dari nama Ibu dan Ayah. Kamu dilahirkan penuh dengan cinta dari Ibu.""Ibu pasti sangat mencintai Ayah waktu itu.""Ya, sangat cinta.
Harvest sangat suka mendengar ibunya mengeluh tentang Harvey, hanya Selena yang paling mengerti Harvey di dunia ini.Tidak seperti dulu ketika di samping Agatha, yang paling sering Agatha katakan adalah mencari cara untuk menyenangkan Harvey agar Harvey bisa tinggal lebih lama."Tapi kalau Ayah begitu buruk, terus kok bisa Ibu menyukainya?"Selena berucap dengan sengit, "Itu karena aku buta. Nak, tahukah kamu berapa banyak orang yang mengejar ibumu dulu? Seperti ikan di sungai besar, hanya saja ibumu tertipu oleh wajah ayahmu.""Kalau Ibu menikah dengan orang lain, nggak ada aku dan adik-adikku," ucap Harvest dengan kecewa.Selena segera mengubah ucapannya, "Dulu ayahmu memang cukup manusiawi, dia juga pernah memperlakukan Ibu dengan baik, jadi sebelum kamu lahir, Ibu selalu bahagia dan penuh harap menantikan kedatanganmu.""Lalu sekarang bagaimana? Ayah masih memperlakukan Ibu dengan baik. Ayah melakukan banyak hal demi melindungi Ibu."“Dulu adalah dulu, sekarang adalah sekarang. Apa
"Ibu, aku penurut, aku nggak akan membuatmu marah lagi, tolong jangan pergi, tetaplah di sisiku, oke?"Ketika Maisha menarik Selena pergi, Selena jatuh dengan keras ke tanah.Namun, meski demikian, Selena tetap mengejar dengan tertatih-tatih di belakang mobil, terus memohon kepada Maisha untuk kembali.Pada saat itu, satu-satunya yang dia pikirkan adalah, meskipun Maisha biasanya cuek, tetap saja itu ibunya sendiri, jika ibunya pergi, dia tidak akan memiliki ibu lagi.Bahkan jika Maisha tetap dingin seperti dulu, bukanlah masalah asalkan tetap tinggal dan dapat melihatnya setiap hari.Setelah Maisha pergi, Selena selalu memikirkan Maisha pulang setiap hari dan malam.Setiap hari ibu yang menjemput anak di luar sekolah, ibu yang mengantar makanan untuk anak, orang tua yang ikut dalam kegiatan orang tua dan anak, orang tua yang menggandeng anaknya di taman bermain, ibu yang merasa sedih dan memeluk anaknya begitu anaknya terjatuh.Semua rasa itu telah Selena rasakan, jadi dia pernah bers
Selena dengan penuh kasih sayang mengelus kepala Harvest, "Sayang, Ibu bisa memahami pikiranmu, tapi terkadang hidup nggak seperti yang kita inginkan. Nggak ada salahnya kamu menginginkan keluarga tetap bersama, tapi apa kamu pernah berpikir, meski Ibu dan Ayah nggak bersama, nggak akan bahagia?"Harvest menatap Selena dengan mata berkaca-kaca, jelas tidak pernah memikirkan hal ini.Selena dengan sabar menjelaskan kepada Harvest, "Ibu juga punya pemikiran yang sama sepertimu saat Ibu masih kecil, ingin keluarga berkumpul bersama. Saat itu, nenekmu sama sekali nggak suka kakekmu, dia selalu dingin kepada kami setiap hari. Kalau satu orang nggak senang setiap hari, apa yang akan terjadi padanya? Dia akan mengalami depresi, menjadi temperamen, dan membawa perasaan nggak bahagia kepada orang-orang di sekitarnya. Kamu pernah pelihara burung?""Aku punya seekor kucing kecil, Ayah yang kasih. Katanya itu kesukaan Ibu.""Burung dan kucing berbeda, kucing bisa berlari bebas di rumah, sedangkan
Begitulah Selena meyakinkan anaknya. Meskipun Harvest tidak sekeras Harvey karena usianya yang masih muda.Semua titik awalnya berpusat pada Selena.Wajah Harvest mirip dengan Harvey, tetapi kepribadiannya agak mirip dengan Selena yang selalu memikirkan orang lain.Manusia seperti ini sering kali merasa lelah, bahkan lebih membuat orang lain kasihan, karena titik awal mereka selalu untuk orang lain dan tidak pernah memprioritaskan keuntungan diri sendiri.Malam ini, si kecil terus bersandar di pelukan Selena, tangan kecil yang gelisah meraih ujung baju tidur Selena.Selena memeriksa luka di wajah Harvest, perasaan sakit datang berulang kali di hatinya.Dia tahu luka seperti ini bukanlah akhir, melainkan awal dari jalan yang penuh dengan duri yang harus dihadapi oleh Harvest di masa depan.Meninggalkan Harvest seperti ini membuat hati Selena terasa sakit berulang kali.Namun, dia sadar betul, baik sekarang maupun di masa depan, jika dia tidak melakukan perubahan, baik Harvey maupun Harv