Jelas-jelas itu adalah sesosok tubuh yang paling dikenalnya dulu. Namun, sekarang dia melihat bekas luka di perut kecil Selena.Sebenarnya Harvey tahu, Selena alergi terhadap obat bius. Pada saat operasi, dokter pun melakukan sayatan secara langsung terhadap tubuh Selena. Harvey mendengar jeritan memilukan di luar ruang operasi. Harvey tahu betul berapa banyak lapisan luka dan jahitan yang menutupi luka tersebut.Selain luka di perut, ada juga luka baru di bagian dalam lengan kirinya. Harvey tiba-tiba teringat pada hari di mana Agatha datang membuat onar. Hari itu Selena sempat pergi ke rumah sakit.Harvey mengira bahwa Selena paling-paling hanya mengalami luka tergores di kulit. Namun, tidak disangka, ternyata itu adalah bekas luka yang begitu panjang.Selena sangat takut dengan rasa sakit. Bagaimana dia bisa menahan diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun? Selena seakan-akan mampu melewati momen penuh penderitaan itu dengan begitu tenang.Harvey pun mengerucutkan bibirnya. Saat memik
Selena selalu penuh semangat di mata Harvey. Ketika mendengar Chandra mengatakan bahwa nyawanya terancam, Harvey pun merasa agak bingung.Chandra dengan cepat berjalan ke sisinya, lalu mengklik gambar hasil tes darah di ponselnya. Selain sel darah merah dan putih, ada pula berbagai data mengenai limpa dan sel lainnya yang sedikit di bawah normal.Harvey pun teringat suara memilukan Selena ketika dirinya pergi. Apa sebenarnya yang telah dilakukannya?Harvey bagaikan orang yang kehilangan jiwa, reaksinya agak lamban. "Dia demam,” ujarnya."Gawat, situasi ini harus segera ditangani secara medis.""Siapkan mobil!"Harvey teringat, saat sebelumnya dirinya beberapa kali bertemu Selena, Selena selalu membungkus diri dengan jaket bulu yang tebal, benar-benar bertolak belakang dari Selena yang hanya memakai jaket berbahan wol pada tahun-tahun sebelumnya.Jadi ... dia sama sekali bukan berpura-pura.Dia benar-benar sakit.Tangan Harvey segera membungkus tubuh Selena berlapis-lapis, seolah sangat
Harvey melepaskan kerah Hansen, lalu mundur beberapa langkah. Pikirannya terngiang-ngiang dengan perkataan Selena."Harvey, aku bersalah.""Kesalahan terbesarku adalah bertemu denganmu."Selena sangat membenci dirinya, sehingga sampai menyerah untuk bertahan hidup.Setelah melihat ekspresi ketakutan di wajah Harvey, Hansen pun akhirnya baru berbicara setelah entah terdiam berapa lama, "Aku sudah membaca laporan tes darahnya, mengapa lebih rendah daripada orang pada umumnya?""Secara umum, situasi ini sangat mungkin terjadi karena ... " Hansen menghentikan perkataannya.Kemoterapi kanker akan menyebabkan penurunan secara ekstrem. Meskipun Harvey tidak mengaturkan pemeriksaan fisik kepada Selena dalam dua tahun terakhir, tetapi sejak dulu Selena tidak terlihat seperti orang yang akan terkena kanker.Apalagi usianya masih sangat muda, penderita kanker biasanya berusia paruh baya, mayoritas lansia.Suasana hati Harvey saat ini sangat buruk. Sebelum adanya pemeriksaan, Hansen tidak berani m
Pada saat ini, mimpinya berubah, di sisinya bukan lagi air laut, melainkan sebuah taman bunga matahari yang indah. Di sana ada seorang anak kecil berlari sambil tertawa."Ayo, kejar aku, Bu.""Anakku ... anakku."Selena akhirnya berhasil mengejar anak itu dan menggendongnya ke dalam pelukannya. "Akhirnya Ibu menemukanmu, Sayang. Maafkan Ibu. Ibu pasti akan melindungimu kali ini."Dia membalikkan badan anak itu, lalu yang terlihat olehnya ternyata adalah wajah mungil Harvest yang tembam.Saat masih tenggelam dalam keterkejutannya, langit mulai turun hujan. Dia pun melarikan diri dengan tergesa-gesa sambil membawa anak itu dalam pelukannya. Air hujan membasahi sekujur tubuhnya.Selena terbangun dari mimpinya. Begitu membuka matanya, dia melihat wajah mungil yang tembam dengan bibir merah muda. Air liur pun mengalir ke bawah dari bibir itu hingga segera akan mengenai wajah Selena.Harvey dengan sigap mengulurkan tangan untuk menangkap air liur Harvest. Sepasang mata yang saling bertemu i
Saat Harvey mengulurkan tangan untuk menyentuh dahinya, Selena pun tanpa sadar menghindari tangan Harvey. "Tuan Harvey, tolong jaga sikapmu.""Aku hanya ingin melihat apakah kamu masih demam," jelas Harvey.Selena tersenyum mengejek sambil berkata, "Tuan Harvey, tidakkah kamu merasa dirimu sangat konyol? Kamu adalah orang yang mengikatku di kamar mandi, lalu menyiramiku dengan air dingin. Kamu bukan anak berusia tiga tahun yang tidak tahu konsekuensi dari perbuatan itu. Kalaukamu memang sudah menduga aku akan masuk angin dan demam, lalu untuk apa kamu berpura-pura perhatian seperti ini?""Aku tidak tahu kalau kondisimu akan seburuk ini. Aku bahkan lebih tidak tahu lagi bahwa ternyata nyawamu terancam bahaya jika kamu demam."Senyuman di bibir Selena pun semakin terlihat. "Memangnya ada yang berubah setelah kamu mengetahuinya? Kita sudah bercerai, tapi Tuan Harvey masih selalu berpura-pura masih sayang. Itu benar-benar menjijikkan."Meskipun Selena tidak tahu mengapa Harvest ada di sini
Selena menatap ke arah bulan yang tampak pucat dan suram, sama seperti hidupnya yang sekarang, penuh kesedihan dan keputusasaan.Selena benar-benar tidak ingin lagi terlibat dalam emosi Harvey yang berubah-ubah. Setelah mati, semua cinta dan kebencian akan lenyap. Jika dia tidak ada lagi di dunia ini, apakah obsesi Harvey juga akan hilang?Selena tidak menyangka bahwa Harvey akan menyelamatkannya pada saat terakhir. Harvey mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menerjang dan meraih tangan Selena sebelum terjatuh.Anak yang sedang tidur juga terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba itu. Harvest dengan cepat merangkak ke tepi tempat tidur, lalu meluncur menuruni tepi tempat tidur. Setelah itu, dia berlari keluar dari kamar pasien dengan kaki pendeknya, langsung menuju ke arah Alex.Alex sedang merokok di luar. Ketika melihat anak kecil berjalan ke arahnya dengan langkah tertatih-tatih, Alex pun segera memadamkan rokoknya.Dia berjongkok, lalu bertanya dengan sabar, "Dik, kenapa kamu keluar
Selena melompat dari lantai tujuh dengan tekad untuk mati. Dia hanya bisa memutuskan ikatannya dengan Harvey dengan cara ini.Akan tetapi, Selena tidak menyangka bahwa saat dia melompat, kecepatan Harvey akan lebih cepat dari dirinya.Selena melihat pria itu tanpa ragu-ragu melompat dari jendela, lalu dengan kuat menumpukan kaki kirinya di ambang jendela sebagai pijakan, agar memberikan akselerasi pada tubuhnya.Dalam sekejap mata, dia sudah berada di samping Selena. Selena membuka matanya lebar-lebar, pupilnya pun bergetar hebat.Apakah dia sudah gila?!Di tengah-tengah derasnya hujan, Selena menatap mata Harvey yang dingin dan penuh amarah. Harvey menggunakan seluruh kekuatannya untuk menerjangnya, seperti sebuah jaring besar. Selena ingin melepaskan diri, tetapi dia tidak bisa lepas dari genggaman Harvey.Di hadapan Harvey, dia rapuh seperti seekor kupu-kupu. Selena pernah berbuat nekat menerobos api demi seberkas cahaya itu.Selena pun menyesal karena telah terbakar. Hatinya hancur
Pria itu menyeringai dengan ekspresi dingin, lalu meraih pergelangan tangan Selena dengan satu tangannya. Dia menarik tubuh Selena ke dalam pelukannya, lalu membungkuk untuk memeluknya.Tindakannya ini tidak ada sedikit pun kelembutan. Sikapnya sedikit kasar karena amarah, lengannya dengan erat mengunci di lekukan kaki Selena.Selena secara naluriah mengayunkan jari-jarinya dan tidak sengaja menyentuh leher Harvey. Selena pun terkejut dan segera menarik tangannya kembali, tetapi sisa kehangatan itu tetap tertinggal di ujung jarinya."Harvey, lepaskan aku!" Selena meronta dengan lemah, rontaannya tidak berhasil mengguncang tubuh Harvey sedikit pun.Dia pun hanya bisa membiarkan Harvey menggendongnya berjalan di tengah hujan. Langkah kaki Harvey yang menginjak genangan air itu mengeluarkan suara "splash, splash".Dia tidak mengatakan sepatah kata pun selama berjalan. Keheningan seperti itu sangat menyesakkan. Selena digendong kembali ke ruang perawatan olehnya.Ruangan yang hangat sepert