Saat Harvey mengulurkan tangan untuk menyentuh dahinya, Selena pun tanpa sadar menghindari tangan Harvey. "Tuan Harvey, tolong jaga sikapmu.""Aku hanya ingin melihat apakah kamu masih demam," jelas Harvey.Selena tersenyum mengejek sambil berkata, "Tuan Harvey, tidakkah kamu merasa dirimu sangat konyol? Kamu adalah orang yang mengikatku di kamar mandi, lalu menyiramiku dengan air dingin. Kamu bukan anak berusia tiga tahun yang tidak tahu konsekuensi dari perbuatan itu. Kalaukamu memang sudah menduga aku akan masuk angin dan demam, lalu untuk apa kamu berpura-pura perhatian seperti ini?""Aku tidak tahu kalau kondisimu akan seburuk ini. Aku bahkan lebih tidak tahu lagi bahwa ternyata nyawamu terancam bahaya jika kamu demam."Senyuman di bibir Selena pun semakin terlihat. "Memangnya ada yang berubah setelah kamu mengetahuinya? Kita sudah bercerai, tapi Tuan Harvey masih selalu berpura-pura masih sayang. Itu benar-benar menjijikkan."Meskipun Selena tidak tahu mengapa Harvest ada di sini
Selena menatap ke arah bulan yang tampak pucat dan suram, sama seperti hidupnya yang sekarang, penuh kesedihan dan keputusasaan.Selena benar-benar tidak ingin lagi terlibat dalam emosi Harvey yang berubah-ubah. Setelah mati, semua cinta dan kebencian akan lenyap. Jika dia tidak ada lagi di dunia ini, apakah obsesi Harvey juga akan hilang?Selena tidak menyangka bahwa Harvey akan menyelamatkannya pada saat terakhir. Harvey mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menerjang dan meraih tangan Selena sebelum terjatuh.Anak yang sedang tidur juga terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba itu. Harvest dengan cepat merangkak ke tepi tempat tidur, lalu meluncur menuruni tepi tempat tidur. Setelah itu, dia berlari keluar dari kamar pasien dengan kaki pendeknya, langsung menuju ke arah Alex.Alex sedang merokok di luar. Ketika melihat anak kecil berjalan ke arahnya dengan langkah tertatih-tatih, Alex pun segera memadamkan rokoknya.Dia berjongkok, lalu bertanya dengan sabar, "Dik, kenapa kamu keluar
Selena melompat dari lantai tujuh dengan tekad untuk mati. Dia hanya bisa memutuskan ikatannya dengan Harvey dengan cara ini.Akan tetapi, Selena tidak menyangka bahwa saat dia melompat, kecepatan Harvey akan lebih cepat dari dirinya.Selena melihat pria itu tanpa ragu-ragu melompat dari jendela, lalu dengan kuat menumpukan kaki kirinya di ambang jendela sebagai pijakan, agar memberikan akselerasi pada tubuhnya.Dalam sekejap mata, dia sudah berada di samping Selena. Selena membuka matanya lebar-lebar, pupilnya pun bergetar hebat.Apakah dia sudah gila?!Di tengah-tengah derasnya hujan, Selena menatap mata Harvey yang dingin dan penuh amarah. Harvey menggunakan seluruh kekuatannya untuk menerjangnya, seperti sebuah jaring besar. Selena ingin melepaskan diri, tetapi dia tidak bisa lepas dari genggaman Harvey.Di hadapan Harvey, dia rapuh seperti seekor kupu-kupu. Selena pernah berbuat nekat menerobos api demi seberkas cahaya itu.Selena pun menyesal karena telah terbakar. Hatinya hancur
Pria itu menyeringai dengan ekspresi dingin, lalu meraih pergelangan tangan Selena dengan satu tangannya. Dia menarik tubuh Selena ke dalam pelukannya, lalu membungkuk untuk memeluknya.Tindakannya ini tidak ada sedikit pun kelembutan. Sikapnya sedikit kasar karena amarah, lengannya dengan erat mengunci di lekukan kaki Selena.Selena secara naluriah mengayunkan jari-jarinya dan tidak sengaja menyentuh leher Harvey. Selena pun terkejut dan segera menarik tangannya kembali, tetapi sisa kehangatan itu tetap tertinggal di ujung jarinya."Harvey, lepaskan aku!" Selena meronta dengan lemah, rontaannya tidak berhasil mengguncang tubuh Harvey sedikit pun.Dia pun hanya bisa membiarkan Harvey menggendongnya berjalan di tengah hujan. Langkah kaki Harvey yang menginjak genangan air itu mengeluarkan suara "splash, splash".Dia tidak mengatakan sepatah kata pun selama berjalan. Keheningan seperti itu sangat menyesakkan. Selena digendong kembali ke ruang perawatan olehnya.Ruangan yang hangat sepert
Meskipun Hansen hanya tidur selama tiga jam tadi malam, tetapi sekarang dia masih sangat bersemangat. Saat melihat bahwa Harvey yang tidak ada di tempat, Hansen pun sengaja merendahkan suaranya dan berkata, "Nyonya, Pak Harvey sangat peduli dengan Anda. Lihatlah, dia secara khusus memintaku untuk memeriksa kesehatan Anda."Peduli?Selena hanya merasa agak konyol ketika mendengar kata ini.Harvey ingin dirinya menjalani pemeriksaan hanya karena ingin memastikan dirinya masih hidup, agar di kemudian hari, Harvey masih bisa menyiksanya lagi.Selena hanya penasaran, jika Harvey benar-benar tahu bahwa dirinya menderita kanker lambung, akan bagaimana ekspresi wajah Harvey?"Lakukan saja." Selena tidak banyak bicara tentang hal lain. Bagaimanapun, saat ini dia tidak punya pilihan lain.Ada beberapa item pemeriksaan, hanya kurang endoskopi saja. Bagaimanapun, endoskopi sangatlah menyiksa, dini hari harus minum obat pencahar, buang air besar beberapa kali sampai perut dan usus bersih, baru kemu
Tanpa mengatakan apa-apa, Harvey menatap laporan yang ada di tangan Hansen dengan ekspresi dingin.Tatapan Harvey membuat Hansen merasa sangat tertekan, sehingga dia segera tersenyum dan berkata, "Hasilnya sudah keluar, Pak Harvey jangan khawatir, sudah kubilang Nyonya akan baik-baik saja. Ini hasil pemeriksaannya."Baik-baik saja?Selena mengerutkan alisnya. Jika tumor yang dideritanya masih stadium awal, mungkin tidak dapat terdeteksi oleh CT scan.Namun, dia sudah berada di stadium akhir. Menurut logika, penyakitnya itu sudah pasti terdeteksi.Saat Selena merenung, hati Harvey akhirnya menjadi tenang, tetapi wajahnya langsung berubah menjadi lebih dingin lagi.Dia menghampiri Selena selangkah demi selangkah, sedangkan Selena memandangi dirinya yang berjalan semakin mendekat itu seperti badai yang dingin.Selena merasa gelisah dengan tatapannya yang seperti ini, entah apa yang sebenarnya telah dilihatnya.Selena pernah membayangkan bagaimana ekspresi Harvey jika mengetahui kondisi pe
Suasana di dalam kamar menjadi sangat tegang, bahkan udara pun terasa membeku.Menghadapi situasi yang seolah-olah akan terjadi peperangan, Hansen buru-buru berbicara untuk mengakhiri ketegangan tersebut, "Pak Harvey, yang penting Nyonya baik-baik saja, ini adalah hal yang membahagiakan."Harvey mengalihkan pandangannya dari Selena, seakan-akan Harvey tidak mau memboroskan sepatah kata pun untuk berbicara dengan Selena lagi. Harvey pun kemudian berbalik badan tanpa menunjukkan ekspresi di wajahnya."Jagalah sikapmu."Selena mencoba menahan diri, tetapi akhirnya amarahnya sudah tidak dapat terbendung lagi. Melihat pria sombong yang selalu merasa bahwa dirinya yang paling benar itu, Selana pun membanting bubur yang ada di tangannya."Dasar pria berengsek!"Jelas-jelas yang mengejarnya saat itu adalah Harvey, Harvey juga yang ingin menikahinya. Yang begitu posesif hingga membuat dia menyerahkan segalanya juga Harvey-lah orangnya.Sekarang setelah Harvey menyakiti dirinya hingga seperti in
Saat teringat tatapan mata Harvey, Selena langsung menjawab, "Tidak.""Baguslah, itu hanya disebabkan oleh virus. Nyonya sudah bisa pulang setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit."Hansen merasa lega, lalu mencoba menghiburnya lagi. Melihat Selena terus menundukkan kepalanya tanpa memberi respons, Hansen pun akhirnya pergi.Selena sudah pernah menjalani biopsi kanker lambung, itu sudah menjadi penyakit yang tidak dapat dipungkiri lagi. Namun, hasil CT scan kali ini tidak mendeteksi sedikit masalah pun.Dia hanya pernah menjalani kemoterapi sekali. Meskipun hasilnya bagus, tetapi tumornya hanya akan perlahan-lahan mengecil, bukan hilang dalam semalam.Jelas sekali bahwa ada sesuatu yang salah dengan hasilnya pemeriksaannya. Satu-satunya orang yang bisa memanipulasi hasil pemeriksaan tersebut adalah orang dalam."Siapa orang yang begitu berani melakukan hal semacam ini di depan mata Harvey?" tanya Selena dalam hati."Siapa yang mungkin melakukannya? Agatha?"Dia sudah membuat onar t