Tatapan Harvey menjadi semakin tajam, "Apa lagi yang Ibu tahu?" tanyanya."Lihatlah reaksimu, sepertinya tebakanku benar. Aku nggak punya maksud lain, di pertemuan kali ini aku memang cuma ingin bertemu dengan kalian saja, tapi aku harus memberitahumu satu hal. Orang-orang di keluarga kita itu punya banyak kekurangan, keras kepala, dan setia, tapi sekalinya mencintai seseorang, hal itu akan menjadi urusanmu seumur hidup, ini pedang bermata dua.""Karena baik Ayahmu maupun aku nggak pernah mengajarimu cara mencintai orang lain ... Nak, aku nggak mau kamu mengulangi kesalahan yang sama. Cinta itu selalu dari dua arah, nggak pernah cuma sepihak. Hal yang paling Ibu sesali dalam hidup ini adalah apa yang Ibu lakukan pada Ayahmu dulu, yang membuat kamu dan adikmu menjadi sangat terluka," ucap Ellia sungguh-sungguh.Bagi Harvey, perkataan Ibunya ini terasa begitu ajaib. Dia tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti Ibunya akan menyampaikan hal seperti ini padanya."Aku akan menjaganya
Sebelum bertemu Ellia, dia membayangkan orang-orang menjadi wanita gila seperti setan. Namun, saat benar-benar bertemu, Selena menyadari bahwa pemikirannya salah.Ellia hanyalah seseorang yang tidak pernah mendapatkan cinta seumur hidupnya."Anda tidak bodoh, Anda hanya terlalu keras kepala saja."Walaupun Selena tidak ingat dengan masa lalunya, tetapi dia bisa merasakan apa yang dirasakan Ellia, seolah dulu dia juga pernah melakukan hal yang sama."Sama saja. Dulu aku benar-benar nggak seperti seorang Ibu, tapi di usiaku sekarang ini, aku akhirnya paham akan beberapa hal. Kamu lebih bahagia dibandingkan aku, kamu mendapatkan cinta yang seutuhnya darinya, jadi yang paling cocok memakai gelang ini adalah kamu.Selena pun kaget, "Jadi Anda tidak menentang hubungan kami?" tanyanya."Kenapa aku harus menentang hubungan kalian? Kalian berdua itu serasi sekali, tapi aku juga ingin mengingatkanmu ... walaupun Harvey ini adalah anak yang sangat hebat, tapi dia dibesarkan di keluarga seperti ka
Setelah pertemuannya dengan ibu mertuanya berjalan lancar, Selena mengatar Ellia. Dia terus memandangi gelang yang indah itu, yang menjadi semakin indah seiring berjalannya waktu.Dia tidak mengenakannya, tetapi mengamatinya dengan saksama. Di dalam lubuk hatinya, dia samar-samar merasa bahwa gelang itu seharusnya bukan miliknya."Suka nggak?" Tiba-tiba, suara Harvey terdengar dari belakang, sementara Selena kaget karena terlalu serius melihat gelang itu sehingga tidak menyadari kehadirannya."Hmm, cukup indah."Dengan lembut, Harvey mengambil gelang itu, "Sini aku pakaikan," ujarnya.Tanpa sadar, Selena menghindarinya, "Pakainya nanti saja. Barang yang sangat berharga seperti ini biasanya dipakai waktu menghadiri acara-acara penting saja, sehari-hari aku juga nggak terbiasa pakai perhiasan, nggak begitu nyaman," jelasnya.Harvey tertegun sesaat, pada akhirnya tidak mengungkapkan perasaannya."Ya sudah, terserah kamu."Walaupun setiap hari Selena bersamanya, dia tetap hanya menyukainya
Hari baru tiba, suara kicauan burung di luar membuat Selena terbangun.Sinar matahari yang hangat menyinari kasur besar yang empuk, Selena mengucek matanya, sementara beberapa burung berwarna-warni berdiri di pilar batu di balkon luar.Ada yang berkicau, ada juga yang merapikan bulu-bulunya. Pantulan langit biru dan awan putih di kejauhan membuat dunia menjadi sangat lembut.Selena kembali mengucek matanya, pikirannya linglung sesaat sebelum menyadari bahwa dia sudah berada di negara lain.Di sini beriklim sedang, lembap sepanjang tahun dengan vegetasi yang lebat, berbeda dengan Kota Arama yang hampir sepanjang waktu kering dan dingin.Selena sangat suka di sini, dia turun dari kasur, mencuci muka dan menggosok giginya.Setiap kali berhadapan dengan rumah mewah ini, dia selalu berkhayal bahwa dia adalah seorang putri yang tinggal di istana. Keluarga Irwin ini memang sangat kaya rayaBegitu keluar kamar, dia langsung disambut oleh wajah-wajah yang tersenyum, "Selamat pagi, Nyonya muda,"
"Kakek, sadarlah, aku ini Selena, bukan Nona Fanny," jelas Selena dengan segera.Selama beberapa saat, Kakek menatap Selena lekat-lekat, tangannya semakin menggenggam erat tangan Sslena."Nggak mungkin, jelas-jelas kamu itu Fanny. Kamu nggak bisa menipuku semudah itu."Selena hanya terdiam, ada apa dengan keluarga Irwin? Dari yang tua sampai anak-anak, otaknya tidak terlalu pintar.Tepat saat Selena tidak tahu harus berbuat apa, Harvey muncul, menghampiri mereka dan melepaskan genggaman Kakek, "Kakek, ini istriku, Kakek salah orang lagi," jelasnya."Kamu itu sembarangan, mana mungkin Fanny itu istrimu? Dan kamu, dasar anak nakal, kenapa kamu memanggilku Kakek? Seorang putra saja aku nggak punya, apalagi cucu laki-laki!"Harvey agak sakit hati menatap Kakek. Walaupun selama ini Kakek bersikap keras terhadapnya, namun dia tetap memberikan kasih sayang yang cukup untuknya.Baginya, Kakek adalah orang yang paling penting. Melihat orang yang dulunya sangat berkuasa di pusat perbelanjaan, da
Harvey merasa akan sangat bagus jika bisa mengetahui keberadaan Nona Fanny dari kakeknya. Dengan begitu, dia tidak perlu bersusah payah mencari jawaban seperti mencari jarum di tumpukan jerami.Akan tetapi, Kakek malah berkata dengan marah, "Nona Fanny siapa? Aku hanya mengenal nenekmu. Jangan mencemarkan nama baikku, kalau sampai nenekmu tahu aku membicarakan gadis lain, malam ini dia akan bangkit dari peti mati untuk mencari perhitungan denganku.""Kek, aku nggak sedang bercanda. Barusan Kakek benar-benar memegang tangan Seli dan memanggilnya Nona Fanny."Kakek mendengkus dingin dan berkata, "Kenapa sekarang kamu semakin naif? Bisa-bisanya kamu percaya pada pria tua yang sudah nggak waras ini. Kalau aku bilang pernah melihat Ultraman, apa kamu akan percaya?"Harvey tidak bisa berkata-kata.Sikap Kakek sekarang lebih energik daripada saat masih muda dan ini membuat Harvey kewalahan. Selain itu, Kakek sekarang berbicara dan bertindak seperti anak nakal.Segera, Kakek tidak memedulikan
Melihat Selena dan Harvey tidak ada niat untuk memiliki anak, Kakek tidak memaksa mereka meski khawatir karena itu adalah urusan mereka sendiri.Dia yang cerdas pasti akan mencari cara lain, jadi untuk sementara waktu dia tidak akan mengungkit topik tersebut."Baiklah, kalau kalian nggak mau. Omong-omong, sebentar lagi ulang tahun Kakek. Sejak nenekmu meninggal, Kakek nggak pernah merayakan ulang tahun lagi. Tahun ini, kalian berdua ada di sini, jadi bisa merayakannya dengan meriah. Hal ini aku serahkan padamu, Selena."Mendengar itu, Selena segera menggelengkan kepala dan menolak, "Aku nggak bisa melakukannya, Kek. Ada Ibu di sini. Selain nggak boleh mengambil alih tugas nyonya rumah di keluarga ini, aku juga baru datang dan nggak terlalu mengerti. Aku pasti nggak akan bisa melakukannya dengan baik."Kakek ingin merayakan pesta ulang tahun, ini bukanlah hal yang sederhana seperti mencari tempat untuk makan bersama. Dari mengundang tamu hingga mengatur setiap detailnya, semuanya sangat
"Lihatlah kalian berdua, langsung menghilang untuk bermesraan," ujar Kakek yang tiba-tiba tidak tahu dari mana muncul.Selena langsung membuat jarak dengan Hervey dengan wajah memerah. Dia terlihat seperti murid yang ketahuan pacaran."Kalian sudah menikah cukup lama, kenapa kamu masih malu-malu seperti gadis kecil. Kakek nggak akan menggoda kalian lagi. Melihat kalian begitu rukun, nenek di alam sana juga akan tenang. Harvey sini, temani Kakek bermain catur.""Baik, Kek."Kemudian, Harvey mengikuti Kakek pergi. Ketika tidak ada orang di sekitar, Kakek baru berbicara padanya, "Apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Selena?""Nggak ada.""Nggak ada? Otakku bermasalah bukan berarti mataku bermasalah. Kenapa dia nggak bereaksi ketika Kakek menyebut banyak hal? Kenapa sampai sekarang masih belum punya anak? Jelas-jelas tiga tahun lalu dia ingin memiliki anak denganmu. Kenapa sekarang malah nggak mau?"Meskipun terkadang linglung, Kakek masih tetap tajam seperti sebelumnya.Harvey tahu