"Bagaimana jika aku benar-benar mati?"Di dalam kamar mandi itu, terdengar suara bisikan yang samar-samar berpadu dengan suara guyuran air dingin. Harvey pun tersentak, lalu berkata, "Ada aku di sini, kamu tidak akan mati."Ya, Harvey memiliki kekuasaan dan kekayaan yang besar, serta memiliki sumber daya medis terbaik di dunia. Namun, tidak ada dokter di dunia ini yang dapat menjamin penyembuhan kanker stadium lanjut.Meskipun dia seakan memiliki segalanya seperti layaknya Tuhan, dan dia dapat dengan bebas mengatur hidup dan mati banyak orang, tetapi dia bukanlah Tuhan yang sebenarnya. Hanya Selena yang tidak bisa dia hentikan.Suara tawa yang rendah bergema di telinga Harvey. "Harvey, Keluarga Bennett berutang nyawa kepada adikmu, mengapa tidak kamu gunakan nyawaku untuk membalaskan dendam adikmu?" tanya Selena."Seli, aku ingin sekali mengambil nyawamu sejak dua tahun lalu. Meskipun aku membencimu, tapi aku juga mencintaimu. Jadi aku ingin kamu hidup, hidup untuk menerima hukumanmu."
Harvey perlahan melepaskan tubuh Selena. "Seli, ingatlah baik-baik hukumanmu hari ini," ujar Harvey."Harvey, aku mohon, apa pun yang kamu lakukan, jangan sentuh Keluarga Martin.""Harvey, lepaskan aku. Jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut!""Harvey, matikan airnya, aku kedinginan, aku tidak boleh sakit ... "Jawaban untuk Selena hanyalah punggung Harvey yang tak acuh, dan suara pintu yang sudah tertutup."Jangan tinggalkan aku!""Aku bersalah, kamu boleh menyiksaku sesukamu, tetapi kamu tidak boleh meninggalkanku sendirian di sini!""Harvey, aku sangat kedinginan, tolong lepaskan aku. Aku akan menuruti kata-katamu … ""Jangan matikan lampunya, aku takut … "Suaranya yang hampir memohon itu membuat Harvey merasa iba sejenak, tetapi perasaan itu segera menghilang.Harvey dengan santai berganti pakaian, kemudian menuruni tangga dengan langkah anggun.Di aula pertemuan, Agatha mencari-cari ke sana kemari. Dia baru bisa menghela napas lega ketika melihat Selena tidak ada di samping Har
Olga menjadi ciut begitu melihat Harvey. Sebelumnya nyalinya memang tampak begitu besar saat minum-minum di meja tadi, tetapi itu dikarenakan tadi dia sedang mabuk dan ada Selena di sampingnya.Dia telah melihat dengan matanya sendiri seberapa Harvey menyayangi Selena, seberapa Harvey memanjakan Selena, dan seberapa kejamnya Harvey terhadap orang lain.Olga masih ingat bahwa dua tahun lalu, dirinya pernah mengajak Selena ke sebuah bar. Harvey pun secara langsung datang untuk menjemput Selena. Ketika Selena tidak memperhatikan, Harvey pun menatap Olga dengan sorot mata yang dingin, lalu hanya berpesan empat kata, "Tidak ada kali keduanya."Pada saat Harvey pergi, tubuh Olga pun sudah bermandikan keringat dingin. Selama beberapa hari berturut-turut, sepasang mata Harvey selalu menghantui mimpi buruknya."Crak!"Harvey menutup tutup korek api, lalu dengan santai melihat ke arah Olga. Kesan intimidasi yang dahsyat itu kembali melanda jiwa Olga.Olga menelan ludah, lalu berkata dengan suara
Setelah itu, barulah Harvey percaya bahwa Olga tidak berani membohongi dirinya."Dia jatuh sakit beberapa waktu lalu?""Ya, saat itu, aku sedang bertengkar dengan pacar bajinganku itu, jadi aku mengabaikannya. Untungnya ada Kak Lewis yang memasak untuknya setiap hari."Olga ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Harvey. Namun, Olga merasa bahwa Selena sendiri mungkin tidak bisa menjelaskan seperti apa kondisi hubungannya dengan Harvey saat ini. Olga juga tidak tahu, jika dia mengungkapkan hal yang sebenarnya, akan seperti apa pengaruhnya bagi hubungan mereka berdua. Oleh karena itu, Olga pun hanya bisa mengikuti keputusan Selena.Saat terpikir wajah pucat Selena pada waktu itu, Harvey pun mengajukan satu pertanyaan lagi, "Penyakit apa yang dia derita?"Jantung Olga berdegup kencang, wajahnya tidak berani berekspresi sedikit pun di hadapan sorot mata tajam Harvey. "Flu," jawabnya singkat."Hanya flu?""Memangnya apa? Kondisi kesehatan Selena selama ini selalu baik.""Benar juga." Harve
Selena melihat ke arah pintu yang sepertinya tidak akan pernah dibuka. Cahaya di matanya pun pelan-pelan memudar.Tidak peduli berapa kali pun dia mengalami hal seperti ini, hasilnya selalu sama saja.Waktu itu anaknya, apakah kali ini adalah gilirannya?Dia masih ingat, setengah jam setelah dirinya selesai dioperasi, Harvey baru datang menengoknya dari kamar di mana Agatha dirawat. Saat menghadapi kenyataan bahwa dia harus kehilangan anaknya, hatinya pun sudah benar-benar putus asa. Dengan rasa kecewa, dia pun bertanya, "Mengapa yang kamu selamatkan adalah dia?""Karena kamu bisa berenang," jawab Harvey.Saat mendengar jawaban ini, air mata yang tertahan sejak tadi pun perlahan-lahan mengalir.Saat itu, dia sedang hamil enam bulan, dan kakinya terikat oleh jaring ikan di bawah air. Dia hanyalah seorang wanita hamil, bukan dewa.Kali ini pun Harvey berpikir bahwa tubuh Selena masih dalam kondisi yang sama seperti dulu. Memang benar, tubuh Selena yang basah kuyup karena air dingin ini p
Jelas-jelas itu adalah sesosok tubuh yang paling dikenalnya dulu. Namun, sekarang dia melihat bekas luka di perut kecil Selena.Sebenarnya Harvey tahu, Selena alergi terhadap obat bius. Pada saat operasi, dokter pun melakukan sayatan secara langsung terhadap tubuh Selena. Harvey mendengar jeritan memilukan di luar ruang operasi. Harvey tahu betul berapa banyak lapisan luka dan jahitan yang menutupi luka tersebut.Selain luka di perut, ada juga luka baru di bagian dalam lengan kirinya. Harvey tiba-tiba teringat pada hari di mana Agatha datang membuat onar. Hari itu Selena sempat pergi ke rumah sakit.Harvey mengira bahwa Selena paling-paling hanya mengalami luka tergores di kulit. Namun, tidak disangka, ternyata itu adalah bekas luka yang begitu panjang.Selena sangat takut dengan rasa sakit. Bagaimana dia bisa menahan diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun? Selena seakan-akan mampu melewati momen penuh penderitaan itu dengan begitu tenang.Harvey pun mengerucutkan bibirnya. Saat memik
Selena selalu penuh semangat di mata Harvey. Ketika mendengar Chandra mengatakan bahwa nyawanya terancam, Harvey pun merasa agak bingung.Chandra dengan cepat berjalan ke sisinya, lalu mengklik gambar hasil tes darah di ponselnya. Selain sel darah merah dan putih, ada pula berbagai data mengenai limpa dan sel lainnya yang sedikit di bawah normal.Harvey pun teringat suara memilukan Selena ketika dirinya pergi. Apa sebenarnya yang telah dilakukannya?Harvey bagaikan orang yang kehilangan jiwa, reaksinya agak lamban. "Dia demam,” ujarnya."Gawat, situasi ini harus segera ditangani secara medis.""Siapkan mobil!"Harvey teringat, saat sebelumnya dirinya beberapa kali bertemu Selena, Selena selalu membungkus diri dengan jaket bulu yang tebal, benar-benar bertolak belakang dari Selena yang hanya memakai jaket berbahan wol pada tahun-tahun sebelumnya.Jadi ... dia sama sekali bukan berpura-pura.Dia benar-benar sakit.Tangan Harvey segera membungkus tubuh Selena berlapis-lapis, seolah sangat
Harvey melepaskan kerah Hansen, lalu mundur beberapa langkah. Pikirannya terngiang-ngiang dengan perkataan Selena."Harvey, aku bersalah.""Kesalahan terbesarku adalah bertemu denganmu."Selena sangat membenci dirinya, sehingga sampai menyerah untuk bertahan hidup.Setelah melihat ekspresi ketakutan di wajah Harvey, Hansen pun akhirnya baru berbicara setelah entah terdiam berapa lama, "Aku sudah membaca laporan tes darahnya, mengapa lebih rendah daripada orang pada umumnya?""Secara umum, situasi ini sangat mungkin terjadi karena ... " Hansen menghentikan perkataannya.Kemoterapi kanker akan menyebabkan penurunan secara ekstrem. Meskipun Harvey tidak mengaturkan pemeriksaan fisik kepada Selena dalam dua tahun terakhir, tetapi sejak dulu Selena tidak terlihat seperti orang yang akan terkena kanker.Apalagi usianya masih sangat muda, penderita kanker biasanya berusia paruh baya, mayoritas lansia.Suasana hati Harvey saat ini sangat buruk. Sebelum adanya pemeriksaan, Hansen tidak berani m