Lian Galendra menceritakan kejadian sebelumnya, "Ekspresi Tuan Arya saat itu seperti berpura-pura tenang, lalu dia sepertinya merobek sesuatu sebelum aku datang."Lian pun membalikkan tong sampah yang belum sempat dibersihkan itu ke lantai tanpa merasa jijik. Lalu dia menemukan undangan berwarna merah mencolok."Apa ini?"Lian langsung mengambil undangannya , "Oh tidak, Tuan Arya sudah melihat undangan ini. Dia juga meminjam ponselku. Lalu, dia bilang mau kembali ke kamar. Apa Tuan Arya pergi ke acara itu?"Wajah Selena Bennett langsung pucat, "Kapan itu terjadi?""Setengah jam lalu.""Bisa ada masalah besar. Siapkan mobil, aku harus segera berangkat. Aku harus menghentikan ayah!"Arya Bennett tidak berhubungan dengan orang-orang dan dunia luar selama lebih dari dua tahun. Dia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.Jika Arya tahu kematian Maisha, pengkhianatan Harvey Irwin, dan masalah lainnya. Dia pasti tidak mampu menerima kenyataannya.Selena menghubungi Harvey sesegera mungkin, t
Meskipun Arya sudah mengelilingi tempat itu beberapa kali, dia tidak melihat batang hidung Harvey sama sekali. Bahkan, Calvin dan Maisha pun tidak terlihat.Sepengetahuannya, Calvin hanya memiliki seorang anak perempuan. Mengapa mereka tidak hadir di acara pernikahan putrinya sendiri?Di sana hanya ada Antono yang terlihat sangat tua dan suram, tidak ada sedikit pun kebahagiaan di wajahnya.Dia merasa lelah setelah berkeliling beberapa kali. Ketika ingin istirahat sejenak, tiba-tiba dia mendengar suara seorang wanita dari tempat istirahat di sebelahnya.Menurutmu, Selena bakal datang, nggak?Perkataan tentang Selena langsung menarik perhatiannya. Dia melihat seorang wanita yang mengenakan gaun pengantin duduk di kursi roda, persis seperti perempuan yang ada di foto besar di pintu masuk.Apakah wanita itu adalah orang yang akan dinikahi oleh Harvey?Arya merasa terkejut saat melihat bahwa calon pengantin wanita tersebut duduk kursi roda.Awalnya, dia memiliki prasangka buruk tentang ada
Kata-kata 'meninggal' meledak seperti kembang api di pikiran Arya, berhasil membuatnya sulit bernapas, dan darahnya seolah-olah membeku.Wajahnya terlihat pucat pasi, tubuhnya gemetar tak terkendali. Dia meraih tangan Agatha dengan sangat emosional, "Ibumu meninggal gara-gara apa?"Agatha sangat benci ketika ada orang yang membahas kematian Maisha di depannya karena dialah penyebabnya. Sampai saat ini, dia tidak bisa menghadapi kenyataan itu."Apa urusannya sama kamu? Dasar orang udik! Kalau kamu nggak pergi dari sini, kupanggil petugas keamanan, ya!"Agatha melihat ekspresi wajah Arya yang terlihat sangat terpukul, sedih, dan tidak percaya.Apakah pria itu teman lama Maisha?Melihat hal itu, Agatha tidak bersikap keras terhadap Arya seperti sebelumnya. "Oke, karena hari ini pernikahanku, aku maafin. Kamu boleh tetap di sini dan minum segelas anggur."Alana melirik Arya, "Jangan keluar dari sini, malu kamu berpakaian begitu. Kamu tahu kalau kamu tidak cocok di sini. Jangan kotori gaun
Kalimat ini seperti pukulan telak, tubuh Arya yang sudah goyah seakan ditendang dengan keras dari belakang.Dia merasa darahnya berdesir, dan tidak lama kemudian, dia memuntahkan darah segar dari mulutnya.Alana sontak terkejut, dia pun berteriak. "Paman ini kenapa, sih? Jangan pikir Paman bisa pura-pura, ya! Mana satpam? Cepat usir orang ini!Agatha menatap Alana dengan tajam, dia merasa sangat marah. Namun, belum sempat dia bicara, tiba-tiba Harvey datang dan menopang tubuh Arya dengan cepat. "Ayah kenapa? Chandra, cepat bawa Ayah ke rumah sakit!"Arya memalingkan wajahnya ke arah Harvey, pria itu mengenakan pakaian pengantin baru, membuatnya semakin marah sampai-sampai matanya memerah.Saat ini, dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, bibirnya gemetar karena marah. "Jadi, keluarga Bennett bangkrut gara-gara kamu?"Dia tidak pernah membayangkan bahwa menantu yang selama ini dia percayai akan menjadi eksekutor yang membuat keluarga Bennett bangkrut.Meskipun kejadian ini dulu ter
Melihat tangan Arya jatuh, Selena panik dan histeris, seketika dia kehilangan kesadarannya."Seli!"Harvey segera membopong Selena, sementara Chandra menggendong Arya di punggungnya, mereka pun bergegas pergi ke rumah sakit.Agatha bingung melihat kejadian yang terlalu tiba-tiba ini, bagaimana bisa semuanya menjadi kacau begini?Melihat Harvey membawa Selena pergi, dia berteriak dengan suara putus asa, "Harvey! Upacara pernikahan sebentar lagi mulai!"Dia sontak bangkit dengan tergesa-gesa, ingin menahan Harvey agar tidak pergi dari tempat itu. Namun, karena kakinya tidak dapat digunakan, dia akhirnya terjatuh dengan keras ke lantai.Gaun pengantinnya yang mahal itu tidak dapat menyembunyikan kekacauan yang ada di dalam dirinya, dan bahkan tidak mampu menahan gosip dan desas-desus yang beredar.Alana baru menyadari bahwa dia telah membuat masalah besar, dia segera membantu Agatha yang terduduk di lantai."Kak Agatha, kamu nggak apa-apa?"Namun, niat baiknya itu justru disambut dengan t
"Ayah, kamu nggak boleh pergi! Kalau Ayah pergi, siapa yang bakal lindungin aku lagi? Aku takut mereka nyakitin aku lagi kayak dulu pas aku masih kecil.""Anakku yang malang."Selena berusaha keras membujuk Arya, "Ayah, 'kan, belum sempat lihat anakku lahir, gimana bisa ninggalin aku kayak gini? Ayah tega ngebiarin aku menderita sendirian di dunia ini? Anakku ini sudah nggak punya ayah, masa dia harus kehilangan kakeknya juga?"Ekspresi Arya sedikit berubah, matanya menatap Selena dengan lembut dan berkata, "Nak, orang yang paling bikin aku khawatir itu kamu."Selena mengepalkan tangannya dengan erat, "Ayah pokoknya harus bertahan, anak ini nggak boleh kehilangan kakeknya. Aku tahu Ayah pasti sudah capek banget, tapi tolong bertahan sedikit lagi demi aku sama anakku. Kalau Ayah pergi, aku nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini."Arya tidak menjawab, entah apa yang dipikirkannya. Air mata Selena mengalir deras, dia berlutut di depan Arya."Aku sudah nggak punya ibu, jadi aku nggak ma
Harvey menuruti permintaan Selena dengan cepat dan segera mencarikan makanan untuknya. Setelah meminum air hangat dan makan sedikit dengan perlahan, rasa sakitnya mulai mereda.Melihat bahwa Selena sudah merasa lebih baik, Harvey akhirnya berbicara, "Perutmu nggak enak? Ayo kita periksa saja, kandunganmu masih belum sampai tiga bulan. Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan sampai bahayain nyawa anak kita."Selena tidak menggubrisnya, tetapi kata-kata itu terdengar oleh Agatha yang datang dari belakang."Apa yang kalian lakuin di belakangku!" suara Agatha yang melengking terdengar di lorong itu.Selena sudah merasa sangat lelah, dan ketika Agatha mengganggunya seperti ini, dia mengernyitkan keningnya dengan tidak senang."Ini rumah sakit, kecilin suaramu.""Dasar murahan, berani-beraninya kamu godain suamiku! Awas saja, aku bakal membunuhmu."Agatha marah besar. Awalnya dia datang untuk menjenguk Arya, tetapi dia tidak menyangka akan mendengar berita mengejutkan seperti ini.Dia bangkit
"Kamu anaknya Arya, ya? Terus Seli anaknya siapa dong?"Harvey bertanya dengan serius. Agatha tampak jengah saat Harvey menyebut nama Selena. "Kok tanya aku? Aku saja baru tahu semuanya setelah ibu meninggal."Tentu saja sekarang bukan saatnya untuk menyelidiki asal-usul Selena, entah Arya adalah ayahnya atau bukan, Selena selalu menganggap Arya sebagai orang yang paling dekat dengannya."Kamu 'kan sudah tahu dia itu ayahmu, kok kamu masih bersikap seperti ini sih ke dia? Dari dulu, dia juga menderita."Agatha tampak sedih. "Mana aku tahu? Selama ini kami nggak pernah ketemu, aku baru tahu semuanya akhir-akhir ini. Waktu aku dengar dia kritis, aku sudah berusaha mencarinya, tapi nggak ketemu. Selama ini aku cuma bisa lihat mukanya dari foto lama, pastinya mukanya sudah sangat beda sekarang, makanya aku nggak bisa langsung mengenalinya. Harvey, aku juga nggak mau begini kok! Aku sudah menyakiti ibuku, aku nggak akan menyakiti ayah kandungku juga."Harvey melihat keputusasaan di mata Aga