Laki-laki yang dulu bersedia membuat satu kebun bunga mawar selama setengah tahun lamanya hanya karena satu kata dari Selena, kini malah sama sekali tidak mau meluangkan waktu untuk dirinya meski hanya beberapa hari.Saat Harvey mencintai Selena, laki-laki itu mencintainya dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, saat sudah tidak cinta lagi, laki-laki itu terasa seperti tidak punya perasaan.Selena menarik ujung bajunya dengan lembut sambil memohon, "Waktuku sudah nggak banyak lagi, turuti saja permintaanku, ya?""Selena, jangan keterlaluan!" Harvey menatap Selena dengan dingin dan langsung menolak dengan tanpa belas kasihan saat dia berbicara tentang sisa waktunya yang hanya satu bulan."Memangnya ini keterlaluan?" Selena tersenyum kecut. "Kamu merasa menemaniku itu buang-buang waktu dan kamu ingin mempersiapkan pertunanganmu, iya, 'kan?"Harvey mengetuk meja dengan ujung jarinya yang ramping dan menatap Selena dengan acuh. "Aku 'kan sudah bilang padamu dari awal kalau aku akan tunangan."
Selena meletakkan keranjang bunga dan menjelaskan, "Aku temannya, aku cuma mau menjenguknya, setelah itu pergi.""Sungguh nggak perlu, orang asing cuma akan merangsang kondisinya. Nona Selena, mari."Jane mendorong bantal itu ke pelukan Selena dengan kesedihan dan kemarahan. "Kamu bawalah anakku, cepat pergi. Pastikan kamu membesarkannya, aku akan menahan orang-orang ini untukmu. Cepat larilah!"Dengan itu, dia mengambil keranjang buah yang diantar Selena dan menghantamkannya dengan keras ke tubuh dokter yang merawatnya. "Aku akan membunuh iblis sepertimu! Kamulah yang ingin mengambil anakku, aku akan membunuhmu!"Petugas keamanan dengan helm dan perisai pelindung bergegas keluar dari pintu dan menjatuhkannya dengan tongkat listrik, diikuti oleh empat orang yang melemparkannya ke tempat tidur dan dengan cepat mengikatnya.Jane masih berteriak, "Kembalikan bayiku!"Saat obat penenang mulai bekerja, dia perlahan-lahan perlawanannya menurun, tidak lama kemudian dia tertidur.Selena merasa
Selena bertanya tentang situasi baru-baru ini dari beberapa orang lagi dan tidak berbeda dengan informasi dari Harvey. Dia awalnya ingin menebus gadis-gadis itu, tetapi hasilnya adalah mereka telah pindah atau kembali ke kampung halaman. Sekarang, dia tidak dapat menemukan siapa pun.Selena hanya bisa berhenti untuk sementara waktu. Dia berniat untuk pergi ke rumah sakit jiwa lagi, ketika Jane sudah selesai beristirahat nanti.Dia mengobrol dengan Wilson sebelum berpisah. Pandangan Selena tertuju pada langit di luar, kemudian pulang dengan naik taksi.Pada saat ini adalah jam sibuk malam hari. Selena bersandar di jendela sembari memejamkan mata untuk beristirahat. Saluran lokal taksi menyiarkan berita tentang "Insiden Lompat dari Gedung Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa" seketika terdengar masuk ke telinganya.Selena yang membuka mata pun meminta pengemudi untuk mengeraskan suaranya, bukankah ini rumah sakit jiwa yang telah dia kunjungi hari ini?Dia sibuk mengeluarkan ponselnya untuk menc
Harvey tidak mengatakan apa-apa dan hanya berdiri di sana dengan wajah kesal, sambil membawa suasana tegang ke arah Selena.Pita suara di tenggorokannya kembali bergerak. "Kuharap ini juga nggak ada hubungannya denganmu. Hari pada saat kamu pergi dan tinggal di pemakaman selama tiga jam, ceritakan padaku apa yang kamu lakukan?"Selena hanya merasa itu sangatlah konyol. "Aku bilang, aku mengunjungi Nenek. Nggak ada lagi yang aku ajak bicara, memangnya salah kalau aku lebih banyak bicara dengan Nenek? Lagi pula, ini adalah batu nisan, bukan roti kukus yang bisa pecah begitu saja kalau aku memecahkannya! Meski kau mau menuduhku, tolong berikan buktinya.""Perhatikanlah baik-baik, apa ini?!"Harvey mengeluarkan beberapa foto lagi, tampak Selena memegang palu di tangannya, bahkan Selena sendiri membeku sejenak.“Ada seorang pria tua sedang memperbaiki makam yang menjatuhkan peralatannya. Aku melihat dia sungguh kasihan, jadi aku mengambilkannya untuknya.”Selena juga tidak tahu bagaimana s
"Selena, saat kamu hidup layaknya seorang putri, tahukah kamu betapa menyedihkannya Lanny? Aku pribadi pernah ke desa pegunungan tempat dia dulu tinggal, sunyi dan tandus, kebanyakan orang belum tentu bisa makan selama tiga hari. Aku dengar dia awalnya dibeli untuk dinikahkan dengan seseorang. Sejak kecil dia tumbuh seperti anjing yang terkunci di gudang kayu, dia hanya seorang putri kecil yang tak berdaya di Keluarga Irwin, tapi dia harus menjadi sapi di tempat seperti itu untuk dipekerjakan habis-habisan bagai kuda, bertahun-tahun menelan pahitnya hidup, dan tidak mudah baginya untuk datang ke kota besar. Padahal jika dia bertahan beberapa saat lagi, aku pasti akan dapat menemukannya!"Selena dicekik olehnya hingga tidak bisa berbicara. Rasa sakit tercekik perlahan mulai datang, dia kemudian mendorong Harvey dengan tangannya. Tak kuasa air matanya telah jatuh, mencoba untuk membangunkan kewarasannya.Harvey malah tenggelam dalam kenangan kesedihannya. "Dia dilecehkan oleh Arya si man
Selena dapat memastikan bahwa Harvey sangat terguncang setelah kematian adik perempuannya. Dua tahun ini telah membuatnya kehilangan kesadaran psikologisnya. Tadi, Harvey benar-benar berpikiran untuk membunuhnya dan kemudian mati bersamanya, demi menemani adik perempuannya!Olga masih belum datang. Tampak cahaya lain menerangi pemandangan di kejauhan dan mobil berhenti tidak jauh darinya.Dengan kecerdasan Harvey, dia pasti segera menyadari bahwa dirinya belum pergi jauh, jadi dia berbalik. Terlihat pintu mobil terbuka dan pria itu buru-buru keluar dari mobil untuk melihat sekeliling seolah-olah sedang mencari sesuatu.Segera dia berjalan ke arahnya, Selena meringkuk tercengang di tempat tanpa berani bergerak sedikit pun, jari-jarinya menegang memegangi sudut mantelnya.Mendengar langkah kakinya makin dekat, Selena menahan napas karena takut, sambil memejamkan matanya.Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Harvey. Jika Harvey menemukannya, apakah akan memintanya untuk mengganti nyawa
Olga bergumam pelan, "Kamu tahu, aku ini begitu payah. Masih muda begini tapi sudah punya masalah pendengaran, hahaha. Aku barusan dengar, kamu bilang menderita kanker perut? Sepertinya, telingaku ini pasti bermasalah ... "Selena menahan tangan Olga dengan lembut dan berkata, "Olga, kamu harus bisa menghadapi kenyataan."Olga terdiam dan mengangkat matanya yang buram. "Kamu bercanda, 'kan?"Namun, mata Selena terlihat sangat serius. "Kamu tahu aku nggak pernah bercanda, alasan aku memotong rambutku menjadi pendek terakhir kali, itu karena aku harus menjalani kemoterapi."Air mata seketika mengalir di mata Olga. Dia meraih tangan Selena dengan erat dengan masih tidak percaya. "Itu pasti salah diagnosis! Kamu masih sangat muda dan sekuat sapi. Bagaimana mungkin kamu bisa kena penyakit ini?!"Selena membantunya duduk dan menceritakan apa yang terjadi.Olga sudah berlinang air mata, dia selalu merasa bahwa penyakit kanker adalah hal jauh dari mereka. Ketika itu terjadi di sekitarnya, itu
Karena Olga adalah seorang mahasiswi kedokteran, otomatis dia sangat mengerti efek samping dari kemoterapi. Dia juga mengerti keputusan yang diambil Selena. Kebanyakan orang meninggal akibat efek samping kemoterapi yang sangat menyiksa, bukan karena kanker itu sendiri.Olga tidak mau bersikap egois, membiarkan Selena mengangkat beban itu sendiri. Mungkin saja keputusannya hanya akan membuat Selena pergi lebih cepat.Saat ini Olga memeluk Selena dari belakang sambil menangis tanpa suara."Baiklah, aku akan menemanimu."Air matanya membasahi baju tidur Selena sedikit demi sedikit. Dia berkata, "Kamu pasti kesakitan, ya? Maaf, ternyata aku sama sekali tidak tahu apa-apa.""Aku sudah jauh lebih baik. Olga, terima kasih ya. Aku gak mau pergi sendiri. Awalnya aku ingin Harvey menemaniku, tapi karena semua jadi seperti ini, kita mungkin tidak akan bisa menjalin hubungan lagi."Ketika menyinggung nama Harvey, emosi Olga langsung meledak. "Selena, kamu bilang kuburan adiknya Harvey dirusak, lal