Selena terus menghitung sampai Harvey masuk ke mobil, tetapi Harvey tidak pernah menoleh ke belakang.Selena yang dilupakan saat ini mempertahankan posisinya dan berbaring di bawah. Meskipun efek kemoterapi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang pertama kali, tubuhnya masih sangat lemah. Kejadian barusan seperti mematahkan tulangnya.Chandra dan yang lainnya pergi mengantar Harvey. Dulu masih ada Benita, tetapi setelah Benita pergi, vila besar itu tampak kosong.Salju tipis turun dari langit, hawa di sekitar sedingin es membuat tangan dan kaki Selena membeku.Selena ingin seseorang menolongnya, siapa pun juga boleh.Tasnya berada tidak jauh dari posisinya, tetapi dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bergerak.Selena hanya bisa melihat kepingan salju yang beterbangan. Air mata mengalir pelan di pipinya sembari terus menghitung dengan lembut, "885, 886 ... "Tepat ketika hitungannya mencapai 1038, Selena sudah merasa jauh lebih baik, jadi dia menggunakan tangan satu lagi untu
Lewis tidak tahu apa yang terjadi pada Selena selama beberapa hari ini. Padahal, dulu Selena memiliki semangat bertahan hidup yang tinggi, tetapi sekarang sorot matanya seperti hidup segan mati tak mau.Bagaikan air danau yang tenang, sama sekali tak beriak."Apa gara-gara dia tanganmu jadi luka begini?"Selena menggelengkan kepalanya. "Bukan.""Tapi tetap ada hubungannya dengan dia, 'kan? Adik kelas genius yang kukenal selama ini nggak seharusnya jadi kayak gini."Sepintas, terlihat ekspresi tidak tahan di wajah Lewis. Dia menghela napas sambil melihat ke arah salju yang sedang turun di luar jendela. "Mungkin, dia memang benar-benar mencintaimu saat itu, tapi sekarang dia sudah bersama dengan orang lain. Kamu nggak bisa terus-terusan sedih kayak gini."Di mata orang lain, Selena sudah kehilangan dirinya sendiri karena dibutakan oleh cinta. Padahal, mereka tidak tahu kalau rasa benci di antara mereka berdua tidak akan pernah berakhir.Selena tahu kalau cinta Harvey padanya sudah berlal
Bahkan, Selena pun berdiri dengan gontai dan tersenyum lemah. "Aku sudah menyukainya sejak pertama kali melihatnya, aku sudah mencintainya dari dulu dan aku ... nggak bisa melepaskannya."Melihat jejak air mata di wajah Selena, membuat Lewis ingin membantu Selena menghapusnya. Namun, saat menyadari bahwa Lewis tidak berhak, dia hanya bisa menahan diri sambil menatap Selena.Selena tersenyum getir dengan air mata menggantung di dagunya yang lancip. "Aku tahu kalau sekarang aku terlihat memalukan, tapi begitu aku membayangkan kalau dia akan menikah dengan wanita lain, hidupku pasti akan lebih menyedihkan dibandingkan sekarang. Kalau memang hidupku sudah nggak ada artinya lagi, lebih baik aku mati saja.""Baru-baru ini aku sempat membaca sepatah kalimat, kalau memang kamu tidak ditakdirkan bersama orang ini, tapi kamu malah sangat mencintainya, apalagi yang kamu mau? Sebuah proses, sebuah hasil, atau melangkah pergi?"Selena menertawakan dirinya sendiri. "Kalau aku nggak bertemu dengannya
Harvey tidak mengungkap kebohongan yang Selena katakan barusan. Dia berdiri di samping meja makan dan berkata, "Cuci tanganmu, terus kita makan."Sorot lampu jatuh tepat mengenai tubuh Harvey yang tidak mengenakan satu set jas lengkap dengan sepatu kulitnya. Gumpalan-gumpalan bulu yang ada pada sweaternya membuat Harvey terlihat sedikit lebih hangat, begitu juga dengan garis wajahnya yang tajam jadi tidak terlihat begitu dingin.Bahkan, tubuhnya juga dibalut oleh celemek yang Selena berikan kepada Lewis 3 tahun yang lalu. Seolah-olah semuanya tidak mengalami perubahan.Selena tersenyum dan berjalan ke arah Lewis dan melihat meja makan yang penuh dengan makanan pedas yang dia suka. Jika saja Benita memperhatikan masakan yang dia buat akhir-akhir ini untuk Lewis, dia pasti tahu kalau selera Lewis telah berubah.Lewis tidak lagi memperhatikan Selena seperti dulu. Mereka berpura-pura tetap hidup seperti dulu, meski sebenarnya hubungan mereka berdua sudah sangat rapuh dan tidak mungkin kemb
Laki-laki yang dulu bersedia membuat satu kebun bunga mawar selama setengah tahun lamanya hanya karena satu kata dari Selena, kini malah sama sekali tidak mau meluangkan waktu untuk dirinya meski hanya beberapa hari.Saat Harvey mencintai Selena, laki-laki itu mencintainya dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, saat sudah tidak cinta lagi, laki-laki itu terasa seperti tidak punya perasaan.Selena menarik ujung bajunya dengan lembut sambil memohon, "Waktuku sudah nggak banyak lagi, turuti saja permintaanku, ya?""Selena, jangan keterlaluan!" Harvey menatap Selena dengan dingin dan langsung menolak dengan tanpa belas kasihan saat dia berbicara tentang sisa waktunya yang hanya satu bulan."Memangnya ini keterlaluan?" Selena tersenyum kecut. "Kamu merasa menemaniku itu buang-buang waktu dan kamu ingin mempersiapkan pertunanganmu, iya, 'kan?"Harvey mengetuk meja dengan ujung jarinya yang ramping dan menatap Selena dengan acuh. "Aku 'kan sudah bilang padamu dari awal kalau aku akan tunangan."
Selena meletakkan keranjang bunga dan menjelaskan, "Aku temannya, aku cuma mau menjenguknya, setelah itu pergi.""Sungguh nggak perlu, orang asing cuma akan merangsang kondisinya. Nona Selena, mari."Jane mendorong bantal itu ke pelukan Selena dengan kesedihan dan kemarahan. "Kamu bawalah anakku, cepat pergi. Pastikan kamu membesarkannya, aku akan menahan orang-orang ini untukmu. Cepat larilah!"Dengan itu, dia mengambil keranjang buah yang diantar Selena dan menghantamkannya dengan keras ke tubuh dokter yang merawatnya. "Aku akan membunuh iblis sepertimu! Kamulah yang ingin mengambil anakku, aku akan membunuhmu!"Petugas keamanan dengan helm dan perisai pelindung bergegas keluar dari pintu dan menjatuhkannya dengan tongkat listrik, diikuti oleh empat orang yang melemparkannya ke tempat tidur dan dengan cepat mengikatnya.Jane masih berteriak, "Kembalikan bayiku!"Saat obat penenang mulai bekerja, dia perlahan-lahan perlawanannya menurun, tidak lama kemudian dia tertidur.Selena merasa
Selena bertanya tentang situasi baru-baru ini dari beberapa orang lagi dan tidak berbeda dengan informasi dari Harvey. Dia awalnya ingin menebus gadis-gadis itu, tetapi hasilnya adalah mereka telah pindah atau kembali ke kampung halaman. Sekarang, dia tidak dapat menemukan siapa pun.Selena hanya bisa berhenti untuk sementara waktu. Dia berniat untuk pergi ke rumah sakit jiwa lagi, ketika Jane sudah selesai beristirahat nanti.Dia mengobrol dengan Wilson sebelum berpisah. Pandangan Selena tertuju pada langit di luar, kemudian pulang dengan naik taksi.Pada saat ini adalah jam sibuk malam hari. Selena bersandar di jendela sembari memejamkan mata untuk beristirahat. Saluran lokal taksi menyiarkan berita tentang "Insiden Lompat dari Gedung Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa" seketika terdengar masuk ke telinganya.Selena yang membuka mata pun meminta pengemudi untuk mengeraskan suaranya, bukankah ini rumah sakit jiwa yang telah dia kunjungi hari ini?Dia sibuk mengeluarkan ponselnya untuk menc
Harvey tidak mengatakan apa-apa dan hanya berdiri di sana dengan wajah kesal, sambil membawa suasana tegang ke arah Selena.Pita suara di tenggorokannya kembali bergerak. "Kuharap ini juga nggak ada hubungannya denganmu. Hari pada saat kamu pergi dan tinggal di pemakaman selama tiga jam, ceritakan padaku apa yang kamu lakukan?"Selena hanya merasa itu sangatlah konyol. "Aku bilang, aku mengunjungi Nenek. Nggak ada lagi yang aku ajak bicara, memangnya salah kalau aku lebih banyak bicara dengan Nenek? Lagi pula, ini adalah batu nisan, bukan roti kukus yang bisa pecah begitu saja kalau aku memecahkannya! Meski kau mau menuduhku, tolong berikan buktinya.""Perhatikanlah baik-baik, apa ini?!"Harvey mengeluarkan beberapa foto lagi, tampak Selena memegang palu di tangannya, bahkan Selena sendiri membeku sejenak.“Ada seorang pria tua sedang memperbaiki makam yang menjatuhkan peralatannya. Aku melihat dia sungguh kasihan, jadi aku mengambilkannya untuknya.”Selena juga tidak tahu bagaimana s