Sebenarnya, semuanya sudah terlihat sejak awal. Misalnya, saat Isaac secara sukarela mengusulkan untuk menjenguk Arya dan tidak hanya melihat data-data kesehatannya, tetapi juga melakukan pemeriksaan langsung pada Arya.Pada saat itu, wajah Isaac menunjukkan ekspresi serius yang belum pernah terlihat sebelumnya.Melihat raut Selena begitu kelam, Harvey segera mendekat dan memeluknya. "Seli, bukan gitu maksudku. Aku pengin melindungimu. Aku cuma nggak mau kamu terluka lagi."Selena menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Tapi ... kamu orang yang paling membuatku terluka. Kamu nggak merasa lucu bilang gitu?""Isaac mungkin telah menipuku, tapi kamu juga bukan orang baik. Apa hakmu bilang kalau kamu nggak mau aku terluka lagi?"Selena melepaskan diri dari pelukannya. "Makasih sudah kasih tahu aku.""Seli, jangan marah, Meski kita sudah hancurin sarang Poison Bug, orang di balik semua ini berhasil kabur. Di luar masih bahaya banget."Selena menatap lekat mata Harvey, sambil menyeka air mata
"Sederhana saja, buat menguji coba obat."Harvey merasa agak tidak tenang dan secara refleks ingin mengambil rokok. Namun, saat menyadari Selena bersamanya, tangannya berhenti dan malu-malu menggaruk hidung sebelum lanjut bicara."Setiap negara, termasuk WHO, melarang keras beberapa penelitian tertentu yang bertentangan dengan etika kemanusiaan. Beberapa ilmuwan ekstrem yang ditolak pun berkumpul bersama.""Mereka seperti berada di surga. Bebas meneliti apa pun tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan pada orang lain. Tujuan mereka adalah agar penelitian mereka berhasil."Selena menyela. "Meski hasil penelitiannya akan berdampak buruk bagi manusia, mereka tetap nggak peduli?""Benar. Karena nggak ada yang bisa dijadikan objek uji coba, mereka langsung mengujinya pada manusia. Mereka dijadikan kelinci percobaan, sedangkan para ilmuwan ekstrem itu hanya diam mengamati tanpa rasa bersalah sambil mencatat data, lalu melakukan perbaikan. Nyawa manusia hanya seperti tikus percobaan dan data
Selena untuk sementara tinggal bersama Harvey agar Harvey bisa melindunginya.Selain itu, Lanny sangat membenci Selena. Jika Selena pergi, Lanny justru akan senang. Maka, Selena berniat menggunakan Harvey untuk memancing Lanny keluar.Selena belum memberi tahu Harvey bahwa Isaac adalah Leo. Situasinya masih belum jelas, jadi dia menyimpan informasinya sebagai senjata rahasia.Setidaknya, ayahnya aman di tangannya. Dia juga masih menunggu untuk menjalani operasi sehingga Selena tidak ingin membuatnya marah.Setelah tidur sepanjang hari, Selena tidak merasa mengantuk malamnya.Isaac masih tidak bisa dihubungi. Selena pura-pura belum tahu identitasnya dan mengiriminya beberapa pesan.Di samping itu, keberadaan George Lane hingga saat ini juga masih belum diketahui.Pukul dua dini hari, Selena keluar kamar untuk minum. Dia mendapati lampu ruang kerja Harvey masih menyala, sepertinya Harvey juga tidak mengantuk.Sebelumnya Selena pasti akan menyiapkan makanan agar dia tidak lapar.Sekarang
Orang yang membanting pintu ternyata adalah Agatha. Begitu masuk, dia langsung menghampiri Selena dengan geram. Tangannya terangkat hendak menampar Selena."Dasar jalang, lagi-lagi ke sini!"Calvin meraih tangan Agatha, kecewa pada putrinya.Agatha tidak harus bersikap baik dan ramah, tetapi setidaknya juga jangan bersikap kurang ajar.Saat ini Maisha sedang sekarat, tetapi dia tidak cemas, bahkan masih main tangan dengan orang.Dia ingin menampar Selena tanpa keraguan. Calvin heran bagaimana bisa putrinya berubah menjadi kasar seperti sekarang?"Agatha, sudah cukup. Bukannya aku sudah menyuruhmu jangan datang ke rumah sakit?"Masih lebih baik dia tidak bicara. Begitu bicara, Agatha seketika makin kesal."Sebelumnya karena wanita tua itu. Sekarang karena jalang ini. Jangan lupa, anakmu itu aku!""Plak!" Calvin menampar pipi Agatha lagi.Agatha sama sekali tidak menyangka. Hari ini dia belum bicara banyak."Selama ini Maisha mengabaikan putrinya dan merawatmu dengan penuh perhatian tanp
Agatha sangat sedih. Dalam beberapa hari ini dia juga merenung bahwa tidak seharusnya dia melakukan hal itu. Nyaris saja dia membunuh Maisha.Dia sengaja membawa parsel buah hanya untuk meminta maaf pada Maisha. Namun, siapa sangka saat baru membuka pintu, dia langsung mendengar perkataan macam itu dari mulut Calvin.Bukannya minta maaf, dia malah berseteru lagi dengan Calvin.Agatha tidak bisa menerimanya. Air mata membasahi pipi sampai punggung tangannya.Harvey sudah muak dengan Agatha. Dapat dikatakan, dia telah memeras habis semua nilai Kavin. Harvey sekarang bahkan merasa jijik melihatnya.Dia berjanji akan menikahi Agatha, tetapi belum juga mengurus surat nikah.Agatha tahu bahwa beberapa hal telah sirna dan tidak akan kembali seperti sedia kala. Harvey tidak akan mencintainya lagi seumur hidupnya.Ayahnya pun tidak memercayainya seperti sebelumnya. Pandangan matanya hanya penuh dengan kekecewaan.Bukankah dulu Agatha selalu dapat mengendalikan situasi? Mengapa sekarang malah se
Setelah mendengar perkataan kakeknya, entah kenapa tubuh Agatha gemetaran. Kakeknya pun mengelus bahunya. "Jangan takut. Waktu masih muda dulu di medan perang, nggak terhitung berapa banyak orang yang sudah kubunuh. Jika bukan karena ayahmu yang berontak, nggak mau meninggalkan keturunan bagi keluarga Wilson dan terlalu terobsesi sama wanita itu, mana mungkin aku bakal gunain cara seperti ini?""Jadi, Maisha sakit leukimia bukan kebetulan?" Agatha terkejut saat menatap kakeknya.Mata Antono dipenuhi nafsu membunuh. Sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum dingin. "Tentu saja. Dulu, setelah ibumu meninggal tak terduga, aku bermaksud menikahkan ayahmu sama wanita yang setara dengan keluarga Wilson. Tapi siapa sangka, dia malah menikahi Maisha. Setelah keguguran dan nggak bisa hamil lagi, aku sudah saranin agar cari wanita yang sehat buat melahirkan anaknya, tapi dia menolak. Jadi, aku nggak punya pilihan lain."Jari-jari Agatha tanpa sadar mencengkeram erat pegangan kursi. Pada s
Saat Antono muncul, Agatha sembunyi di balik pohon sambil menahan napas dan menutupi tubuhnya dengan dedaunan.Meskipun wanita itu sangat memesona, tubuhnya memancarkan aura kuat yang berbahaya.Seperti bunga yang mekar di hutan belantara, cantik, tetapi beracun. Orang yang melihat tidak berani menyentuhnya sembarangan."Tuan, lama nggak bertemu." Nada suara wanita itu tidak dapat terdeteksi, seperti diubah dengan sengaja.Kakek Agatha agak waspada menghadapinya. Meski pakaiannya ketat dan tidak bisa menyembunyikan apa-apa pada tubuhnya, kakeknya tidak berani mendekat begitu saja."Kalian bikin masalah besar buatku kali ini!" Kakek itu mengentakkan tongkatnya keras-keras ke lantai. Wajahnya terlihat berang."Memang benar yang membocorkan keberadaan kami adalah bawahanku. Jadi, sebagai rasa terima kasih pada Tuan yang sudah melindungi kami, aku sendiri yang mengantar obat ini untukmu."Setelah mendengar tentang obat, ekspresi Antono agak melunak.Saat wanita itu membuka telapak tangan,
Selena langsung membawa Calvin ke unit gawat darurat. "Gimana keadaannya, Dok?""Jangan khawatir, sepertinya cuma pingsan karena kelelahan. Biar saya periksa sedikit lagi untuk memastikan kondisi akhir."Akhirnya, Selena merasa lega. Dia tetap tinggal di sana sementara untuk menunggu Calvin bangun sambil menuangkan segelas air hangat."Paman Calvin, bukannya sudah kubilang, kondisimu sekarang buruk. Paman harus banyak-banyak istirahat, deh."Calvin menggeleng. "Aku nggak apa-apa, kok. Kondisiku juga sehat-sehat aja.""Mau sesehat apa tubuh seseorang, tetap nggak bakal tahan kalau terus-terusan dipaksa. Kalau gini terus, Paman duluan yang bakal ambruk sebelum Bibi Maisha. Biar kupanggilin Agatha untuk datang merawat Paman."Calvin segera menahan tangan Selena dengan ekspresi gelisah. "Jangan, Nak! Kumohon, jangan telepon dia. Kalau sampai dia datang, aku bisa mati lebih cepat!""Sebenarnya, cerita ini benar-benar memalukan. Selama ini Maisha merasa kehilangan ibunya yang meninggal lebih