Dia menegur dengan serius, tetapi sebenarnya dia sedang memikirkan cara untuk mendekati Markus.Bagaimanapun, dia tidak menemukan petunjuk apa pun selama sepuluh hari ini. Kalau dia tidak lebih berinisiatif, waktunya akan terbuang sia-sia."Eh, kalau kamu nggak percaya padaku, kamu bisa meminta orang untuk mengawasiku.""Nggak ada yang perlu diawasi. Kalau kamu ingin membunuhku, kamu hanya perlu menusuk titik vitalku." Markus berkata dengan tenang, "Aku setuju."Dia tersenyum pada Selena. "Kamu benar-benar akan menyeduhkan obat untukku?""Tentu saja, kamu adalah pasienku. Aku harus segera menyembuhkanmu agar kamu membiarkanku pergi."Selena seolah-olah menyiram Markus dengan sebaskom air dingin. Dia mengira kali ini Selena menjadi lebih ramah, tak disangka, Selena hanya ingin segera pergi."Merindukan kekasihmu?"Selena teringat akan momen perpisahannya dengan Harvey. Sebenarnya mereka baru berpisah untuk beberapa saat, tetapi dia sudah agak merindukan Harvey."Ya, aku merindukannya da
Markus menjentikkan jarinya di depan Selena, "Lagi mikir apa sampai bengong begitu?"Selena kembali sadar dan menoleh ke arah Markus sambil beralasan, "Lagi memikirkan status kamu yang ternyata sangat terhormat.""Kamu sudah tahu?""Aku mendengar orang itu memanggilmu sebagai Kepala Negara. Kamu bisa keluar masuk Kota Maleka dengan bebas dan kamu memiliki pesawat pribadi. Aku sudah bisa menebak tempat seperti apa istana ini," Selena mengaku. Terus berpura-pura hanya akan membuat dirinya sendiri terlihat bodoh.Melihat ekspresi Selena yang tetap tenang, Markus berkata, "Setelah tahu siapa aku, kamu tidak takut padaku? Orang lain takut setengah mati padaku.""Sebelumnya aku sangat takut, tetapi jika kamu benar-benar ingin membunuhku, kamu pasti tidak akan menunggu sampai sekarang, jadi sekarang aku tidak takut lagi. Lagi pula, kamu bilang akan memberiku imbalan kalau aku berhasil menyembuhkanmu, 'kan?"Tidak heran Selena memperlakukan dirinya dengan lebih baik, ternyata semuanya demi uan
Baru kemudian Markus tersadar, tapi dia tetap tidak melepaskan genggamannya. Sorot matanya dingin, suaranya rendah, "Apa yang ingin kamu lakukan?"Selena mengangkat jarum perak di tangannya dengan wajah pasrah, "Jarum jatuh di sebelah tanganmu, aku cuma mau mengambilnya."Baru pada saat itulah Markus melepaskan tangannya, "Maaf, aku refleks, apakah kamu baik-baik saja?"Melihat bekas merah yang jelas di leher Selena, tidak mungkin Selena baik-baik saja. Markus semakin merasa bersalah, "Aku tidak benar-benar ingin menyakitimu.""Paham, ke depannya aku akan lebih berhati-hati. Kamu istirahat saja, aku tidak akan mengganggu kamu lagi."Selena memasukkan jarum-jarum perak ke dalam tas akupunkturnya dan kembali ke kamarnya.Saat pintu ditutup, keringatnya mengucur deras seperti hujan. Selena benar-benar hampir mati ketakutan, hampir saja dia mati di tangan pria itu.Markus sangat waspada terhadap cincinnya, tetapi bukan berarti Selena juga tidak punya cara lain. Mulai besok dialah yang akan
"Masih berani lihat!" Selena dengan kuat memukul kepala Markus dengan bantal.Markus sibuk mengalihkan pandangannya, "Maaf, tadi aku masih ngantuk, lupa kalau kamu ada di pelukanku.""Keluar."Markus bangkit, rona merah di wajahnya segera menghilang. Dia berhenti di tepi tempat tidur dan berkata, "Aku tidur dengan nyenyak semalam.""Pergi!"Selena marah sekali sampai-sampai dia ingin sekali memotong jari pria itu dengan pisau dan langsung mengambil cincinnya.Sepanjang pagi Markus terus terdistraksi, kadang-kadang menundukkan kepala dan melihat jari-jarinya sendiri."Bos, ada bunga di tanganmu? Kamu sudah melihatnya ratusan kali," tanya Pasha Lewis dengan bingung.Markus mengibaskan pikiran-pikiran yang tidak realistis dari benaknya, "Tidak apa-apa, pergilah carikan beberapa wanita untukku.""Wanita? Bos, akhirnya kamu menyadari, memang sudah seharusnya pria menikah dan memiliki keluarga terlebih dahulu sebelum membangun karir. Lihatlah usiamu yang sudah tidak muda lagi, lebih baik men
Ekspresi Pedro dingin, "Pokoknya, jangan anggap remeh.""Aku mengerti."Pedro menyalakan sebatang rokok dan menatap bintang di langit, "Bos tidak dalam suasana hati yang baik beberapa hari ini, kamu hibur dia sebentar agar Bos tidak sakit lagi.""Baik."Sebatang rokok bahkan belum habis, wanita terakhir sudah diusir. Pedro mematikan rokok dan bertatap muka dengan Pasha, "Sudah selesai begitu cepat?"Mereka berdua memerintahkan orang untuk membawa pergi wanita-wanita itu. Kemudian mereka membuka pintu dan Markus terlihat dengan kerah bajunya terbuka lebar dan beberapa bekas lipstik yang jelas.Tapi ekspresinya dingin seperti awan hitam yang tebal, "Sampah macam apa yang kalian cari?"Tidak hanya tidak merasakan apa-apa, dia bahkan merasa jijik."Bos, yang kamu suka wanita seperti apa? Bos beritahu kami dengan jelas agar kami bisa mencarikannya untukmu.""Sudah pernah menikah, sudah punya anak!"Pasha terdiam, "Apakah dia juga harus bisa ilmu kedokteran?""Lebih bagus lagi kalau bisa."H
Setelah apa yang terjadi pagi tadi, Selena secara refleks melompat keluar dari pelukan pria itu dan menjaga jarak dengannya."Jangan dekat-dekat."Tindakan Selena ini membuat Markus tidak puas, "Memangnya aku punya penyakit menular?"Selena mencubit hidungnya sambil mencari alasan, "Parfummu yang begitu kuat hampir membuatku pingsan."Markus menundukkan kepala dan melihat bekas lipstik di kemejanya. Dia terburu-buru keluar tadi dan lupa mengganti pakaian.Selena terlihat sangat senang. Kalau pria ini tidak puas dan mencari pelampiasan dengan orang lain, maka Markus pasti tidak akan mengincarnya lagi.Selena mengingatkan dengan tangan terlipat di dada, "Melepaskan ketegangan dengan berhubungan badan itu wajar saja kok, asalkan jangan terlalu berlebihan. Hati-hati dengan nafsu berahi yang berlebihan, bisa menyebabkan kelelahan ginjal dan prostatitis kronis."Markus menggertakkan gigi, "Bagaimana kamu bisa tahu nafsu berahiku berlebihan?""Lihatlah bekas lipstik di tubuhmu, ada tiga warna
Rangkaian tindakan ini dilakukan dalam sekejap, dan ketika Selena menyadarinya, dia sudah berbaring di bawah Markus.Pria itu menatap matanya dalam-dalam, tanpa menyembunyikan hasrat di dalam dirinya.Ada apa dengannya? Bukankah dia sudah melampiaskan nafsunya dengan wanita lain tadi?Selena mencoba menenangkan dirinya dan dengan tenang berkata, "Kamu, ngapain?"Selena menggerakkan tangannya, tetapi tangannya yang dipegang erat oleh Markus tidak mengendur sedikit pun. Markus bahkan mencengkeramnya dengan lebih kuat, tepi cincinnya menekan kulit Selena yang lembut dengan kuat."Kalau aku bilang aku bisa memberimu banyak uang, dan kamu hanya perlu menyetujui satu permintaan dariku, apakah kamu akan bersedia melakukannya?""Permintaan apa?" Selena langsung merasa jawabannya pasti bukanlah sesuatu yang baik.Markus menjilat bibirnya, membungkuk untuk berbisik di telinga Selena, "Temani aku satu malam.""Mimpi kamu!" Selena mengangkat tangannya dan langsung menampar wajah Markus, "Dasar baj
Selena tahu bahwa situasinya telah bergerak ke arah yang tidak terkendali, bagaimana dia bisa mentolerir pria yang begitu gegabah?Pada saat Markus hampir menyentuh kulitnya, dia menekuk lututnya dan menendang keras ke perut pria itu, sambil memanfaatkan kesempatan untuk menendang Markus menjauh.Dia melompat dari tempat tidur dengan panik dan dengan cepat mengambil sebotol anggur merah. Saat ini dia tidak peduli dengan berapa harga anggur ini, dan langsung membanting botol anggur tersebut ke meja. Anggur merah tumpah ke lantai dan dia mengangkat ujung botol yang tajam ke lehernya dan berteriak dengan suara keras untuk menghentikan Markus, "Jangan mendekat!"Semua ini terjadi dalam sekejap. Markus tahu gadis ini memiliki temperamen yang buruk, tapi dia tidak menyangka bahwa Selena akan segarang itu."Jangan impulsif, aku tidak akan menyentuhmu lagi, letakkan botolnya."Selena sama sekali tidak akan percaya pada kata-kata seorang pria yang sedang tidak waras. Suaranya sedingin es, "Aku