Harvey memeluk Selena dan membenamkan kepalanya di leher Selena. "Seli, aku sudah bilang kalau kekayaan yang dimiliki Keluarga Irwin nggak akan habis dalam beberapa generasi. Mengenai kekuasaan, kecuali Tuhan, aku nggak takut pada yang lain. Aku nggak peduli dengan apa yang diinginkan oleh Hayden. Bagiku, kekuasaan hanya berfungsi untuk melindungi Keluarga Irwin dan dirimu. Sekalipun nggak ada Michelle, aku masih punya cara lain. Bagiku, orang yang paling penting adalah dirimu."Harvey berulang kali berbisik di telinga Selena, "Seli, jangan mengusirku lagi. Kamu adalah segalanya bagiku."Selena mengangkat tangannya dan menjentik dahi Harvey. "Kak, tolong kendalikan dirimu sedikit. Ini adalah rumah Keluarga Farrell. Bagaimana kamu akan menjelaskan kalau kamu ketahuan berbaring di kamarku?""Kalau kamu mengusirku sekarang, bukankah itu sama artinya dengan memberi tahu semua orang kalau aku sama sekali nggak meninggalkan kediaman Keluarga Farrell sejak semalam?""Jadi menurutmu, apa yang
Hayden mengacaukan semua rencananya. Mira begitu membenci Hayden. Sekarang, dia harus ikut bermain sandiwara bersama mereka. Hal tersebut membuat Mira merasa sangat muak."Nyonya Katarina, kamu terlalu berlebihan. Masalah ini nggak ada hubungannya denganmu. Ini adalah masalah anak-anak muda. Mari kita duduk dan membahas bagaimana cara menyelesaikannya.""Apa yang Nyonya katakan memang benar. Gideon, berhentilah memukuli Hayden." Nyonya Katarina menghentikan tindakan tersebut. Sambil mengusap air matanya, dia berkata, "Ayah, menurut Ayah, bagaimana kita harus menyelesaikan masalah ini?"Selanjutnya.Tuan Harold menatap Hayden yang berlutut di lantai dan berkata dengan suara yang dingin, "Bajingan ini sudah melakukan kesalahan besar. Nona Michelle masih merupakan seorang gadis muda yang polos. Setelah dia melakukan hal seperti itu, aku khawatir satu-satunya jalan yang bisa diambil adalah dia harus menikahi Nona Michelle. Pak Rudy, meski cucuku ini nggak berguna, dia sudah dewasa dan bija
Keluarga Aswin datang dengan penuh semangat hari ini. Hal tersebut jelas menunjukkan jika mereka tidak akan menyerah sampai tujuan mereka tercapai. Meskipun Tuan Harold tidak mengancam secara langsung, Rudy tahu betul apa yang ada di pikiran Tuan Harold.Begitu mereka menolak pernikahan ini, nama baik Michelle dan Keluarga Farrell akan hancur.Namun, menerima pinangan Keluarga Aswin juga bukan sesuatu yang diinginkan oleh Rudy. Setelah memikirkannya, Rudy pun merasa lelah secara emosional.Michelle tidak bisa mendapatkan orang yang dicintainya. Sementara itu, orang yang tidak dicintainya berusaha sekuat tenaga untuk menikahinya.Bagaimanapun, ini adalah takdir yang buruk."Tuan Harold, tentu saja aku memahami ketulusan Keluarga Aswin. Sama seperti istriku, aku sendiri juga nggak ada masalah dengan Hayden. Tapi, putriku adalah hartaku yang paling berharga, terutama dalam urusan pernikahan. Keluarga kami selalu mengikuti prinsip sukarela. Tapi, karena situasinya sudah seperti ini, aku me
Akhirnya, masalah ini bisa diselesaikan secara memuaskan. Diam-diam, Mira menarik Michelle ke tempat yang sepi dan berbisik kepadanya, "Aku peringatkan padamu, ayahmu sudah memperjuangkan kesempatan ini untukmu dengan susah payah. Jangan sampai kamu mengacaukannya lagi! Selama tiga bulan, kamu harus bersikap wajar padanya. Setelah tiga bulan, putuskan hubungan dengan alasan nggak cocok. Ingat, jangan biarkan Keluarga Aswin menemukan kesalahanmu!"Michelle mengangguk. "Aku mengerti, Bu.""Yang paling kukhawatirkan adalah sifat burukmu itu. Ingat baik-baik. Apakah kamu berpura-pura atau menahan diri selama tiga bulan ini, kamu harus menyelesaikan sandiwara ini demi reputasi Keluarga Farrell dan dirimu sendiri!""Aku akan menahan diri." Michelle mencengkram telapak tangannya dengan kukunya.Mira merasa tertekan dan membelai kepala putrinya dengan penuh kasih sayang. "Nak, umurmu masih panjang. Lupakan Harvey. Jangan terus menggantungkan harapanmu kepadanya. Kamu harus membuka hati untuk m
Mereka sedang di rumah keluarga Farrell, tetapi dia melepaskan keliarannya tanpa peduli apa pun sampai Selena kelelahan setengah mati.Jangankan bangun dari tempat tidur. Mengangkat tangan saja hampir membuat Selena merasa seakan tulangnya mau patah."Guru harus menemani keluarga Aswin hari ini. Pas sekali, kamu bisa menemaniku."Selena berbaring di pangkuannya sambil terengah-engah, belum sepenuhnya pulih dari gelombang emosi beberapa saat yang lalu."Aku ingat dulu kamu orang yang nggak pernah lepas kendali dalam hal apa pun. Kenapa bisa berubah jadi mudah terbawa nafsu seperti sekarang?"Dulu, Harvey terkesan seperti seorang bos yang tidak peduli akan nafsu duniawi. Tatapannya kepada Selena saat di rumah bahkan sangat dingin.Tidak seperti sekarang. Sekali dilirik Selena, pria itu akan berlari ke arahnya penuh semangat seperti seekor anjing yang sudah berhari-hari tidak bertemu pemiliknya. Antusiasmenya begitu meluap-luap sampai Selena kewalahan.“Aku dulu masih terlalu muda, belum
Selena berkata dengan suara datar, "Benar, aku meminumnya."Jasper menatapnya lekat-lekat. "Bagaimana caramu mengatasinya?""Tuan Jasper lupa? Aku dokter. Ini juga bukan semacam penyakit yang serius," jawab Selena dengan sempurna tanpa memberi celah sedikit pun.Selena menatap langit di luar dan mendesah. "Beberapa hari ke depan mungkin akan turun hujan besar. Tuan Jasper, jangan lupa ingatkan Pak Rudy untuk selalu menjaga tubuhnya agar tetap hangat. Jangan sampai kedinginan. Aku nggak bisa ke sana dua hari ini. Resepnya sudah kuberikan ke Nyonya.""Oke.""Selain itu, Pak Rudy sebaiknya jangan sampai terpancing emosi. Dia baru saja operasi jantung, jadi nggak boleh kelelahan atau emosi berlebihan. Jaga sebisa mungkin agar suasana hatinya tetap bahagia." Selena mengingatkan."Mengerti. Akan kuperhatikan."Mobil berhenti di depan rumah keluarga Wilson. Selena menganggukkan kepalanya padanya. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Cuaca sedang dingin dan jalannya licin, Tuan Jasper hati-hati di j
Gerakan tangan Selena tidak berhenti dan dia tetap meletakkan setiap jarum dengan sesuai.Dia hanya merasa sedikit kagum akan daya tarik Harvey yang begitu besar. Michelle tidak bisa melupakannya, Agatha juga sangat ingin menikah dengannya.Antono mengelus Agatha. "Keluarga Wilson masih harus bergantung kepada keluarga Irwin. Agatha, tolong jangan buat Harvey marah lagi. Sekarang sudah nggak seperti dulu."Ada sedikit kesedihan di mata Agatha, tetapi di wajahnya jelas ada rasa tidak terima.Sebagai seseorang yang hampir saja menikah dengan Harvey, mana bisa dia menerima perbedaan yang begitu besar?Selena menusukkan semua jarum dan duduk di samping, mengambil sebuah buku dengan santai sambil menunggu. Pelayan membawakan makanan ringan dan kue-kue. Bryan berdiri di samping Agatha dengan wajah yang muram. Perkataan Agatha tadi sepertinya membuat dia marah.Setelah mengalami begitu banyak hal, Agatha masih belum belajar juga. Orang tuanya diusir karena sikap keras kepala dan sembrono wani
Selena membuat janji bertemu dengan Zane di sebuah konser. Dengan usaha cukup keras, dia akhirnya mengetahui bahwa musisi inilah yang disukai Zane. Jadi dia meminta Harvey untuk membelikan tiketnya sangat awal.Dia sengaja berdandan setelah pulang. Ketika Zane melihatnya, Selena sedang berdiri di bawah pohon cemara. Dia pasti sudah berdiri beberapa cukup lama sehingga wajahnya agak memerah karena dingin. Wanita itu mengangkat kepalanya, dengan mata jernih menerawang, dia bahkan tidak menyadari ada seseorang di sampingnya."Kamu sedang lihat apa?"Selena terkejut seperti kelinci kecil yang ketakutan. "Zaine, aku lihat ada tupai tadi."Zane belum pernah melihat wanita dengan mata yang begitu jernih.Kadang polos, kadang menggoda."Karena tupai, kamu berdiri kedinginan lama-lama di sini?"Selena tersenyum. "Kapan lagi bisa lihat tupai di kota seperti ini?""Benar juga, memang jarang. Ayo masuk, konsernya mau mulai.""Ayo."Selena tersenyum sembari berjalan ke depan, menjaga jarak darinya.