Orang ini ...Dulu pria ini biasanya kasar dan mendominasi, selalu langsung meminta apa pun yang diinginkannya. Sekarang, dia tiba-tiba menjadi begitu sopan. Selena agak tidak terbiasa."Aku lapar," ujar Selena menolaknya.Harvey menghela napas ringan. Dia pun tidak memaksa Selena dan menepuk-nepuk kepala wanita itu. "Makanlah yang banyak."Kemudian dia pun kembali merakit tempat tidur gandanya dalam diam.Sambil menggigit daging panggang tersebut, Selena meraba wajahnya yang panas dan merah. Pasti suhu di dalam gua ini terlalu tinggi.Melihat sosok Harvey yang kuat, sebenarnya tidak ada orang yang akan membenci pria itu.Sama seperti kejadian bergairah semalam, Selena juga merasakannya.Di samping kebenciannya, berhubungan dengan pria seperti ini adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa.Namun perbedaan terbesar antara manusia dan hewan adalah emosi. Begitu memikirkan hal-hal itu, Selena merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.Setiap kedekatannya dengan Harvey terasa se
Selena pun membersihkan dirinya, seluruh tubuhnya menjadi lebih rileks dan pikirannya juga makin jernih. Dia sudah membuat keputusan.Ketika berbalik, dia melihat Harvey yang sedang sibuk seperti seorang pria tua.Pria itu sibuk menganyam keranjang ikan. Sebelum pergi, Harvey membawa banyak biskuit ransum, dua botol air, serta buah-buahan..Awalnya dia ingin segera melanjutkan perjalanan, minum sedikit air pegunungan dan cepat-cepat pergi setelah memetik buah liar.Hujan deras dan kehadiran Selena yang tiba-tiba telah mengacaukan semua rencananya. Tampaknya besok juga akan hujan, jadi Harvey pun menganyam keranjang ikan untuk persiapan menangkap ikan.Entah kapan Selena duduk di tempat tidur bambu yang dia bangun, dua kaki putih wanita itu bergoyang dengan lembut."Kamu nggak lelah?" tanya Selena.Bagaimana mungkin dia tidak lelah? Dia tidak tidur semalaman dan hari ini dia juga sibuk sepanjang hari. Di samping api unggun sangat panas, keringat pun mengalir di dahi dan seluruh tubuh Ha
Selena dapat melihat bahwa suasananya tidak beres, dia pun perlahan menarik kedua tangannya kembali ke tempat tidur bambu.Namun Harvey yang licik hanya membuat tempat tidur selebar 1,2 meter, ke mana Selena bisa melarikan diri?Segera, tangan Selena pun sudah mencapai tepi tempat tidur bambu.Semalam hanyalah kata-kata yang diakibatkan amarahnya. Bahkan ketika Harvey menyentuhnya sebagai Gio Martin, dia tidak pernah merasa jijik padanya.Ketika marah, manusia sering menggunakan bahasa paling tajam untuk melukai orang terdekat. Selena tidak akan mengatakan hal seperti itu lagi."Itu hanya kukatakan karena marah."Setelah memahami pikirannya sendiri, Selena pun kehilangan kepercayaan diri yang dimilikinya kemarin.Harvey seperti seekor macan liar. Dia berlutut di atas tempat tidur dan merangkak perlahan ke depan.Tak lama kemudian, Selena sepenuhnya diselimuti oleh bayangan pria itu. Seluruh tubuh Selena hanya ditopang oleh kedua tangannya sendiri.Bibir Harvey pun mendarat di leher Sel
Angin kencang dan hujan deras menyapu segalanya, sementara bunga yang rapuh bergoyang di tengah badai. Beberapa kelopak bunga itu terbawa angin dan jatuh ke tanah.Entah berapa lama waktu telah berlalu, hujan deras pun perlahan berhenti.Selena bersandar di dalam pelukan Harvey.Dia benar-benar curiga bahwa pria ini melakukannya dengan sengaja. Jika Harvey memiliki waktu luang untuk membuat tempat tidur ganda, bisakah pria ini membuat tempat tidur yang lebih lebar?Di atas tempat tidur selebar 1,2 meter, dua orang tidur berdampingan. Salah satunya memiliki tubuh kuat yang tingginya hampir 1,9 meter. Tempat tidur ini cukup sempit bagi Selena.Tidak ada pilihan lain, dia harus berdekatan dengan Harvey. Jika tidak, maka dia harus berdekatan dengan tanah.Kantong tidur pun dibuka menjadi selimut yang menutupi dua orang di bawahnya. Kedua orang di bawah kantong tidur tersebut tidak mengenakan sehelai benang pun, mereka saling merasakan tekstur kulit, suhu, serta bentuk tubuh satu sama lain.
Mata Selena pun terbelalak kaget, entah dia lebih terkejut dengan sebutan pujaan hati atau kalimat pernyataan sterilisasi itu.Jangankan membahas soal sterilisasi, Selena bahkan tidak pernah membicarakan tentang masa depan mereka dengan Harvey."Kamu paham nggak apa arti semua ini?"Harvey mengecup punggung tangan Selena, tetapi perban yang melilit tangan Selena membuat Harvey merasa agak risih. Bibirnya pun berpindah dari punggung tangan ke ujung jari Selena.Cara Harvey mencium tangan Selena seperti seorang pengikut yang bersumpah setia."Artinya, aku selamanya hanya akan mencintaimu, Selena. Sedari dulu, kamulah yang memegang hatiku."Selena sontak tidak bisa berpikir dengan jernih. Betapa dia ingin mengikuti kata hatinya, tetapi sebagai seorang wanita dewasa, dia juga memiliki kebutuhan.Dia memang ingin memperbaiki hubungannya dengan Harvey, tetapi itu tidak semerta-merta berarti mereka harus menikah lagi. Masalahnya, kenapa Harvey harus bicara seperti ini sekarang?"Percuma saja
Pada akhirnya, setelah semalaman menikmati Selena, barulah Harvey bisa tidur dengan nyenyak. Saking nyenyaknya, Harvey dan Selena sama-sama baru bangun saat hari sudah siang.Mereka terbangun dalam posisi yang saling berpelukan dengan erat.Selena pun bangun dengan mata yang masih terasa berat dan lelah, rasanya tubuhnya nyaris patah. Dasar Harvey sialan! Dulu pria itu bilang tidak akan lebih dari tiga kali!Memang saat itu Harvey berusaha mengendalikan dirinya. Bahkan jadwal mereka melakukannya berapa kali dalam sebulan sudah diatur dengan baik.Sekarang, Selena baru tahu seberapa kuat stamina Harvey yang sebenarnya. Akibat dari membiarkan pria itu melakukannya sampai puas adalah Selena yang tidak sanggup bangun dari tempat tidur.Mereka melakukannya dengan begitu lama sampai-sampai tubuh mereka terasa lengket, rasanya sangat tidak nyaman."Siang ... Umph ... "Selena bahkan belum sempat bicara lebih dari satu kata karena Harvey sudah membungkam mulutnya.Harvey mencium Selena selama
Air sungai tampak beriak dengan hebat sebelum akhirnya kembali tenang.Angin berembus meniup bunga yang berada di ujung ranting pohon sehingga terjatuh ke atas permukaan air sungai. Harvey mengambil bunga itu dan menyelipkannya ke rambut Selena.Selena menatap Harvey dengan marah, lalu mengikat rambutnya menggunakan peniti dengan cekatan."Kita pergi setelah selesai istirahat. Mumpung cuaca hari ini lagi bagus, jadi ayo jalan lebih jauh. Kita butuh kurang lebih tujuh hari untuk keluar dari hutan ini," ujar Selena mengingatkan."Iya."Harvey pun membawa ikan yang dia tangkap kemarin malam sebagai perbekalan sebelum mencapai perhentian berikutnya.Harvey dan Selena merapikan barang-barang mereka. Harvey menggendong sebuah ransel gunung yang besar di belakang punggungnya, lalu berdiri di pintu gua dan menoleh menatap ke belakang seperti sedang melamun."Kok diam saja?" tanya Selena sambil menatap ke depan dengan dingin.Harvey pun tersadar dari lamunannya. "Oh ya, ayo pergi."Harvey yakin
Selena menatap Harvey. Dia sudah siap seandainya pria itu jadi marah.Ternyata, Harvey hanya menghela napas. "Iya, ngerti. Jadi, intinya Seli mau jadi wanita yang nggak berperasaan."Karena dulu sudah terbiasa terikat, sekarang Selena tidak mau lagi membatasi dirinya dalam hubungan apa pun dengan cara apa pun.Siapa pun yang menjadi kekasih Selena tidak perlu bertanggung jawab, Selena juga tidak perlu menjelaskan apa-apa. Yang penting adalah Selena selalu memiliki untuk berjalan pergi kapan saja.Jadi, lebih baik tidak usah repot-repot membahas masa lalu ataupun masa depan dengan Harvey.Ternyata selama tidak ada embel-embel "tanggung jawab", setiap hubungan bisa berjalan dengan begitu harmonis.Nasib memang berputar, ya. Harvey masih ingat saat Agatha memaksa Harvey untuk menikahinya, tetapi Harvey yang tidak bisa melupakan Selena malah mengusulkan agar Selena menjadi kekasihnya.Tidak disangka beberapa tahun setelah itu, justru giliran Harvey yang mendesak soal status kepada Selena.