Home / Romansa / Antara Cinta dan Dendam / Cinta Lebih Kakak Angkat

Share

Cinta Lebih Kakak Angkat

last update Last Updated: 2023-06-02 17:15:37

Rafaela panik karena Dorny tidak kunjung kembali, dia langsung keluar rumah. Ia hampir saja kehilangan separuh nafasnya, tapi melihat Dorny sedang mengobrol di depan rumah Rafaela melega.

“Kakak, itu uang apa? Mau dibawa kemana motor Kakak?” tanya Rafaela bingung motornya Dorny dibawa orang.

Dorny menghampiri Rafaela, “Motor itu dijual dan kita pergi naik bus. Nanti kita bisa beli lagi. Ayo masuk!” Rafaela tidak bicara lagi, dia hanya menurut saja.

“Ayo cepat! Kita tidak boleh terlalu lama di rumah ini.” Dorny seolah takut akan sesuatu. Rafaela rupanya juga mengalami ketakutan yang sama, ia takut Wilson atau orang suruhannya datang. ketakutan itu melanda ketika rasa trauma yang ia dapat.

Mereka berdua langsung keluar rumah menuju halte yang jaraknya sekitar 200 meter. “Kakak yakin masih ada mobil yang lewat?” tanya Rafaela memeriksa waktu di layar ponselnya.

“Bus terakhir jam 9 tiba. Besok mungkin kita sudah sampai. Di sana Kakak akan bekerja jadi pelayan lestoran. Teman Kakak sudah menawarikan pekerjaan di sana.”

Rafaela senang mendengarnya, begitu sampai di sana mereka tidak akan kebingungan lagi.

Ini masih jam 8 malam, jadi satu jam lagi bus tiba. Rafaela memakai penutup kepala pada jaketnya ketika hawa dingin mulai menyusup melalui kulit.

“Kita makan soto di sana dulu!” ajak Dorny agar mereka bisa menghangatkan badan.

"Lho kok Cuma pesan satu, Kak?” tanya Rafaela saat Dorny bilang hanya memesan satu porsi.

“Sebenarnya aku mau ke temanku dulu sebentar.”

Rafaela seperti kaget, “Lho mau ngapain?”

“Temanku itu masih ada hutang, katanya mau lunasi, tapi aku harus ke sana.”

“Kenapa tidak kita berdua saja ke sana.”

Dorny menolaknya, “Tidak usah, deket kok. Takut ketinggalan bus kalau kita berdua ke sana. Kamu tenang saja ya, aku bisa lari.”

Akhirya Rafaela membiarkan kakaknya yang katanya mau menagih hutang pada temannya itu. Sampai soto serta teh hangat miliknya habis, Dorny tidak kunjung datang. Padahal katanya tidak jauh dari sini.

Rafaela jadi cemas karena Dorny belum kembali juga. Sementara sekarang menunjukan pukul 9 kurang lima belas menit, artiya sebentar lagi bus itu datang. Rafaela langsung membayar makanannya dan kembali ke halte, menuju ke barang-barangnya yang ditinggal.

Tidak kunjung datang, Rafaela menghubungi lewat telpon tapi ponselnya tidak aktif. Rupanya sejak tadi sudah muncul notifikasi pesan dari Dorny. ‘Kalau bus datang aku belum ke situ, kamu naiklah dulu! Kamu ingatkan? Christine temanku, datang ke rumahnya nanti kakak menyusul.” Rafaela jadi semakin cemas membaca pesan diikuti dengan sebuah alamat.

‘Kamu harus ikuti kataku kalau mau selamat!’ Perasaan tidak enak menghampirinya. Ia tidak tahu dimana dan ada apa dengan Dorny sekarang.

“Kak Dorny,” lirih Rafaela mengetik sebuah pesan siapa tahu Dorny nanti membalasnya. “Kakak dimana, Kak. Aku maunya bersama Kakak.” Tapi sayangnya tidak ada balasan.

Dari kejauhan, kendaraan yang dimaksud akan segera tiba ke tempatnya. Rafaela sudah bersiap berdiri agar mobil itu berhenti. “Semoga yang dikatakan kakak benar. Jangan membohongi aku, Kak,” batin Rafaela merasa jika tidak ada Dorny dia tidak akan bisa hidup. Selama ini memang Dorny satu-satunya orang yang selalu disusahkan, dan ia tidak terbiasa jika tidak bersamanya.

Saat mobil besar berwarna orange dengan lampu kelap-kelip di badan kendaraan sebagai ciri khasnya terlihat makin jelas, tiba-tiba tubuh Rafaela seperti ada yang menariknya ke belakang. Ia tidak sadar sejak tadi ada mobil parkir di belakangnya.

“Hmp ...”Baru saja Rafaela mau berteriak, mulutnya sudah dibungkam, lalu dia diseret paksa ke dalam mobil.

***

“Maafkan aku, Rafaela. Aku terpaksa bohong,” gumam Dorny meninggalkan Rafaela dengan langkah cepat mencari ojek yang sudah mangkal seperti biasa. Bukannya menagih hutang seperti yang dikatakan Rafaela, justru menuju ke rumah Wilson dengan tangan kosong.

Dengan modal nekat, Dorny meraih segenggam batu dan melemparkannya ke pagar besi hingga menyebabkan bunyi yang keras. Seketika suara anjing menggonggong dari dalam sana. 

“Woy! Brengsek Wilson! Keluar kamu.”

Dia memukul-mukul pagar menggunakan batu begitu keras. “Jangan jadi pengecut yang bisanya hanya menyakiti gadis lemah!” Hawa tubuhnya begitu panas oleh amarah yang meluap dengan dahsyatnya.

Security dengan geram membuka pagar, “Mas sudah gila ya! Teriak malam-malam begini!” Suara anjing di dalam sana juga diam ketika ada yang menghentikannya.

“Mana bedebah sialan itu? Beraninya dia menodai adikku!” Nafasnya begitu memburu. Ingin sekali dia membunuh Wilson apapun resikonya.

“Siapa yang kamu maksud? Tuan Wilson? Jangan mengarang cerita. Sebaiknya kamu pergi dari sini sebelum kamu-“

“Alah ... dia cuma pria pengecut! Pasti dia tidak berani menemuiku langsung, iya kan? Atau mau menyuruh orang untuk ... Argh ...” Tiba-tiba saja tubuh Dorny tumbang. Darah segar ia muntah dari mulutnya hingga memunculkan rasa yang sangat amis.

Rupanya penjaga rumah itu memberi serangan mendadak, “Aku sudah bicara baik-baik tapi kamu malah ngotot. Dengar, ya! Aku memintamu pergi agar kamu selamat.” Security itu masih berbaik hati padanya agar segera pergi, tapi sikap keras kepalanya hingga melakukan hal bodoh ini. 

“Mana dia? Aku sudah janji pada diriku sendiri, paling tidak aku berhasil menghajarnya.”

“Tapi dia orang berkuasa di-“

“Sampai matipun aku tidak peduli!”

Pria paruh baya itu menghela nafas panjang, “Siapa dia, hah? Berisik sekali?” Beberapa penjaga yang semula ada di halaman rumah akhirnya datang memeriksa mengapa keadaan depan berisik, apalagi tadi sempat anjingnya menggonggong.

Dorny bangkit dan menatap mereka semua nyalang, “Dimana dia, hah?” tanya Dorny.

“Siapa maksud kamu?” Mereka bahkan sudah memandang Dorny dengan tatapan tidak suka karena ada yang datang mencari gara-gara.

“Bedebah Wilson!”

Salah satu pimpinan mereka langsung memberi kode agar meringkus Dorny.  Meski sempat terjadi perkelahian, tapi sayangnya Dorny kalah jumlah. Setelah tumbang, tubuhnya diikat dan dibawa keluar dari kawasan.

“Brengsek! Dimana dia?”

“Kamu akan segera bertemu dengan Tuan Wilson,” sahut pimpinan mereka yang ikut bersamanya.

Sementara pria paruh baya yang kembali melanjutkan penjagaan di dekat pintu pagar hanya geleng-geleng kepala. “Anak muda sekarang suka gegabah. Tidak memikirkan baik buruknya nanti.”

***

“Wuah ... wuah ... siapa yang datang ke sini mengantarkan nyawa?” Wilson tidak menyangka jika Dorny datang untuk balas dendam. Dia mendekat dengan senyuman angkuhnya, “Sayang sekali, kamu terlambat mencicipi tubuh Rafaela!”

Dorny langsung meludahi wajahnya dan tubuhnya berontak meski diikat di kursi. “Brengsek! Dia adikku sendiri!”

Bukannya emosi karena wajahnya terkena kotoran, Wilson tertawa penuh kemenangan. Ia mengusap wajahnya dengan tisu. “Jangan munafik! Aku tahu kamu tidak menganggapya sebagai adik. Suatu hari kamu pasti akan menikahinya.”

Tidak percaya kalau Wilson bisa tahu isi hatinya. Sebagai seorang yang mencintai gadisnya, tidak akan ada yang mau berjuang sampai sebesar ini. Tidak akan mau menghantarkan nyawa demi membalas orang yang sudah menodai cintanya.

“Saat aku berhasil mengambil hal berharga darinya apakah kamu tahu bagaimana tanggapan dia?” Lagi-lagi memancing emosi Dorny.

Dorny masih berusaha melepaskan diri agar bisa langsung menghajar Wilson.

“Dia bilang dia sangat menyukainya, katanya nikmat!”

“Brengsek!”

Wilson tertawa keras melihat reaksi Dorny. “Aku harus membunuhmu, Wilson!” Tubuhnya terus saja berusaha melepaskan diri amarahnya memuncak agar ia segera membalaskan kemarahannya.

Seorang anak buah Wilson tiba-tiba saja mendekat dan berbisik. Pria itu kembali menyeringai, “Bawa dia kemari!"

Wilson mendekat ke arah Dorny, “Maksud kamu apa, hah?” Dorny panik. Tanpa Wilson jelaskan pun dia sudah tahu. 

"Sayang sekali. Kalian tidak akan bisa kabur dariku!" seru Wilson tambah puas. Meski cahaya temaram, Dorny masih bisa melihat  dengan jelas adiknya yang diseret paksa oleh dua orang pria bertubuh kekar.

“Kamu bedebah sialan! Lepaskan adikku!” Dorny tidak menyangka mereka berhasil menangkap Rafaela. Bus itu terlambat datang sehingga mereka berhasil menangkap Rafaela lebih dulu.

“Kak Dorny?” Rafaela kesulitan melihat wajah mereka terutama dimana kakaknya berada. Sejak kecil Rafaela memang kesulitan melihat di tempat yang minim cahaya.

“Rafaela ...” lirih Dorny merasa gagal melindungi adiknya sendiri. Ia menyesal sudah meninggalkannya, ia fikir Rafaela bisa pergi secepatnya, tapi dia salah mereka sudah menangkapnya duluan dan justru Dorny tidak bisa melindunginya.

“Hahahaha ... Kamu fikir kamu bisa melindunginya? Tidak, Dorny. Kamu tidak akan pernah bisa melindunginya lagi. Karena dia selamanya telah menjadi budakku sehingga aku bebas memakainya kapan saja.”

“Brengsek. Aku bersumpah aku akan membunuhmu.”

“Coba saja kalau berani!” tantang Wilson.

Sementara Rafaela hanya menangis sembari mendengarkan percakapan mereka. “Ini semua salahku” batin Rafaela yang kini duduk dengan tangan terikat.

“Lepaskan dia!” pinta Wilson melepaskan Dorny. Begitu lepas, Dorny langsung berlari mendekati Wilson kemudian memukulnya hingga sukses.

Nyeri pada bagian rahang tidak Wilson rasakan, dia hanya tersenyum sinis mendapati pukulan hingga di sudut bibirnya keluar cairan merah.

Sementara Dorny begitu puas sekali, ia bersiap kembali memukulnya tapi kali ini Wilson menghalau serangan kemudian membalasnya hingga Dorny terkapar dalam sekali pukulan di bagian pelipisnya.

“Ayo bangun! Bunuh aku kalau bisa!” seru Wilson.

“Hentikan! Kumohon lepaskan kakakku. Aku mohon ... hiks ... hiks ...” Rafaela berteriak pada Wilson.

Justru ini menjadi hiburan tersendiri buatnya, “Hahaha ... dia sudah terlanjur masuk ke kandang serigala, jangan harap bisa kabur dari sini!”

“Aku mohon! Kamu boleh menjadikanku budak seumur hidupmu. Kakakku tidak salah,” lirih Rafaela. Ia tidak mau Dorny menjadi korban karena dirinya.

Saat itu Dorny mengeluarkan senjata yang sudah dia bawa dan siap menghantamkannya ke dada Wilson.

Dor ... sebelum itu terjadi, peluru yang menghantam tidak bisa lagi menahan tubuhnya yang kesakitan.

Suara besi tajam yang jatuh dibarengi tubuh ambruk Dorny. Wilson pun tidak menyangka kalau Dorny menyimpan senjata. Terlambat saja anak buahnya menembak, Wilson pasti binasa.

“Tidak!” Rafaela berteriak histeris. Dia berdiri sekuat tenaga dan berlari tanpa melihat ke sekeliling. Tubuhnya jatuh ketika menabrak tumpukan galon.

Wilson mendekat ke arah Rafaela dan melepaskan ikatan pada tangannya, lalu dia menarik tubuh Rafaela tepat di samping Dorny.

“Ra-Rafaela ...” nafasnya bahkan tersendat-sendat.

Rafaela menyadari Dorny tepat ada di depannya. Dia menyentuh tangan Dorny dengan rasa cemas yang mendalam.

“Maafkan aku, Kak. Maafkan aku. Ini salahku ...” Rafaela menangis tersedu-sedu.

Sementara pria yang berbaring itu terkekeh kecil. “Kakak jangan tertawa ...” Tangisnya justru makin keras.

“Kamu harus hidup, adikku. Ada kesempatan pergilah sejauh mungkin!” bisik Dorny hampir tidak didengar.

Rafaela hanya mengangguk pelan, “Kakak tidak boleh mati. Harusnya Kakak bersamaku.”

Wilson memutar bola matanya malas, “Dasar banyak cingcong!” Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuhnya yaitu sebuah suntikan.

“Kalian berdua tidak akan selamat. Dan kamu Dorny, jangan pernah hidup bersama Rafaela lagi.” Ia menyuntikan sesuatu ke tubuh Dorny hingga mengerang kesakitan.

“Kamu sialan! Tidak!” Rafaela berteriak histeris mengetahui Dorny dibunuh secara keji.

Tawa Wilson menggema ke seluruh ruangan. Ia bahagia sekali mendengar rintihan Rafaela yang berusaha membangunkan Dorny. “Kesedihan itu tidak sebanding dengan yang sudah kurasakan! Hahaha ...”

Malam itu adalah malam yang paling menyedihkan dan panjang bagi Rafaela. Dia terus memeluk jasad Dorny yang sudah pergi untuk selama-lamanya. Kini kebahagiaan kecil bersamanya telah musnah dihancurkan oleh seorang pria yang memiliki amarah pada wajah ini.

“Kak bangun, Kak. Kita kabur dari sini sama-sama dan melanjutkan rencana kita! Aku tidak bisa pergi sendiri, aku butuh Kakak.” Suaranya serak karena terus menangis.

***

“Kita apakan Dorny, Tuan?” 

“Aldrick akan mengurusnya. Hubungi dia. Kemudian bawa gadis itu ke apartemenku!”

“Baik, Tuan.”

“Jangan! Kak Dorny. Jangan bawa dia!” Pelukannya dilepas dengan kasar seolah mereka tidak memiliki hati nurani. Sementara tubuh Rafaela dipaksa pergi dari sana juga, berpisah dengan kakak tercinta.

Rafaela yang terus berontak membuat mereka habis kesadaran dan membuat Rafaela dengan bius.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isni abg
Ketara sekali kalau Dorny suka adiknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Antara Cinta dan Dendam   Kabur yang Sukses

    Perlahan-lahan matanya terbuka setelah ia pingsan dengan obat bius. Manik matanya berlarian pada ruangan yang baginya sangat asing.“Dimana aku?” bisiknya dengan kepala berdenyut. Mengingat kejadian yang menimpanya membuat ia bergegas lari dari ranjangnya. Menarik gagang pintu yang terkunci.Suasana jadi gaduh karena dia bangun. “Buka pintunya!” teriak Rafaela tidak ada sahutan. Rasanya tidak mungkin Wilson akan mengeluarkan Rafaela secara cuma-cuma.Ia mencoba cara lain, yaitu membuka tirai yang ternyata jendela itu terdapat teralis yang kuat. Dia akhirnya duduk dengan perasaan buntu.Pintu terbuka ia fikir Wilson. Jika iya, Rafael akan menghujatnya langsung. Seorang wanita paruh baya dengan seragam pelayan.“Ini sarapan anda, Nona.”“Ya ...” sahutnya dengan singkat. Ini menjadi kesempatannya untuk bisa keluar karena pintu terbuka. Wanita itu panik ketika Rafaela berlari secepat mungkin.Rumah itu besar sekali hingga Rafaela tidak tahu harus keluar lewat mana. Sementara semua orang m

    Last Updated : 2023-09-09
  • Antara Cinta dan Dendam   Menelusuri Jejak

    Sudah satu bulan sejak kepergian Rafaela dari rumah, temannya berusaha menghubungi bahkan mendatangi rumahnya dan tidak menemukan Rafaela dimanapun.“Kamu kok murung seperti ini? Sahabatmu belum memberi kabar?” tanya Wilson menggenggam lembut tangan calon tunangannya.“Iya ... aku takut terjadi sesuatu padanya.”“Hmm ... begitu.” Wilson juga sedang mencari keberadaan wanita itu dimanapun. Seluruh kota sudah ia telusuri tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya.“Kamu tidak suka ya kalau aku terus memikirkan sahabatku?” Wajah kekasihnya itu semakin masam.“Kata siapa? Aku ikut sedih karena posisi sekretaris kembali kosong dan harus seleksi kembali.”“Lalu aku harus mencari informasi keberadaannya kemana? Nomornya saja sudah tidak aktif.”“Aku akan membantumu mencari keberadaannya. Bagaimana?”Graci megangguk, “Aku hanya ingin nanti saat pesta pertunangan kita dia ada di dekatku. Ah ... aku khawatir dengan keadaannya.”Wilson memeluk Graci, “Dia pasti baik-baik saja, Sayang.” May

    Last Updated : 2023-09-09
  • Antara Cinta dan Dendam   Cinta Palsu

    “Jangan tinggal di rumah lamamu. Kamu tinggal di rumahku saja ya!”“Karena dia asistenku, aku memberinya tempat tinggal.” Padahal Wilson yang mengurung Rafaela.“Aku tidak menyangka kamu sangat perduli pada sahabatku. Terima kasih buat kebaikanmu, Sayang!” Graci bahagia sekali. Tidak hentinya berterima kasih pada calon tunangannya.“Berarti aku kembali bekerja di kantormu?” Raut Rafaela begitu masam.“Siapa bilang kamu sudah berhenti! Kamu sudah dikontrak 2 tahun, Nona.”Rafaela sampai melupakan ini. “Apa di sana kamu tidak betah? Kalau Rafaela mengundurkan diri apa yang akan terjadi?”Wilson mendelik pada Rafaela yang gugup. “Ehm ... mungkin karena aku baru kerja sehari. Padahal Pak Wilson sangat ramah padaku begitu juga teman-teman yang lain. Aku hanya merasa tidak enak kepada mu dan kepada beliau yang terlampau baik.”“Itu bukan apa-apa. Ini s

    Last Updated : 2023-09-10
  • Antara Cinta dan Dendam   Tersangka Satu

    “Ini soal kamu dan Wilson. Aku melihat tadi Wilson mengikutimu di toilet,” ucap Graci terus terang. Dia tidak mau hal ini merusak semuanya suatu saat.Deg ...‘Apa Graci melihat aku dan Wilson di sana?’ Rafael tidak siap memberikan penjelasan apapun padanya. Ia bahkan tidak bisa melanjutkan langkah, begitupun Graci yang ingin sahabatnya berterus terang.“Kalian mau sampai kapan ada di situ?” suara khas dari Wilson berteriak di ujung lorong.“Ah ... kami keasyikan mengobrol!” seru Graci pura-pura terlihat bahagia.“Kita bicara setelah acara perjanjian pertunangan selesai! Di parkiran,” bisik Graci sembari berlari ke arah Wilson dan langsung menggenggam tangannya.Acara terakhir yaitu makan-makan. Rafaela lebih banyak diam daripada mengobrol dengan beberapa teman yang juga Graci undang. Bagi mereka sikap Rafaela jadi aneh, bahkan diam-diam ada yang menyebutnya sombong. Teman kerja Wilson jika ada di sana, beberapa teman baru Rafaela lebih tepatnya.Setelah acara makan, semua orang si

    Last Updated : 2023-09-15
  • Antara Cinta dan Dendam   Hasrat di Waktu Genting

    Hasrat di Waktu Genting...“Kamu tidak akan bisa lari!” Sayangnya Wilson lebih dulu menarik tubuh Rafaela dan membungkam mulutnya. Lalu memaksanya masuk ke mobil. Wilson langsung meninggalkan tempat itu.Rafaela benar-benar kembali masuk penjara. Gadis itu terus berontak untuk minta dilepaskan ketika memasuki apartemen yang asing baginya, karena Wilson sepertinya berencana akan memindahkannya di sini awalnya sejak bertunangan dengan Graci.Gadis itu terus saja berontak Wilson kehilangan kesabaran. Dia terus memaksa tubuh mungil nya hingga ke kamar dan menghempas tubuhnya kasar di atas ranjang.“Kamu terlalu susah diatur!” Rafaela berusaha bangkit. Tapi sayangnya pandangan Wilson semakin gelap karena sikap Rafaela yang baginya justru membuat perasaannya membara.“Lepaskan!” Tapi Wilson tidak terpengaruh dengan kata-katanya. Percuma saja Rafaela memberontak, tenaganya pun tidak sebesar tenaga Wilson yang perasaannya membara.“Kamu terus saja membuatku marah, dan akan mengatakan tenta

    Last Updated : 2023-09-15
  • Antara Cinta dan Dendam   Motif Misterius

    Motif Misterius...“Percuma saja. Kita hanya perlu mengetahui motif Graci sampai bunuh diri ...” Zizara kembali mendekati meja kerja Wilson. “Kamu sudah mengkhianatinya? Berselingkuh?”Jantungnya tiba-tiba saja berpacu kencang dengan wajah yang sangat kaget.Tatapan Zizara yang mengintrogasi benar-benar membuat Wilson berusaha keras mengalihkannya.“Mana mungkin? Jangankan berselingkuh, apakah selama ini aku selalu bermain-main dengan wanita?”Zizara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Benar juga. Meski bisnis gelapmu itu masih jalan tapi kamu masih perjaka.” Dia melihat jam cantik di tangannya. “Ya sudah terserah kamu saja.” Berbalik badan dan pergi.Ruangan senyap setelah Zizara pergi, “Dia memang ayahnya Vanesya, tapi karena kesalahannya dia harus berhadapan langsung denganku.” Diam-diam Wilson tidak rela jika ada pria yang menyakiti saudari satu-satuny

    Last Updated : 2023-09-17
  • Antara Cinta dan Dendam   Bukan Mayat

    Dia Bukan Mayat Di Pembaringan...“Aku diutus membawa Nona kembali ke mansion.”“Untuk apa memberiku racun kalau aku dibawa kembali ke sana?” Anehnya Rafaela percaya dengan kebohongan Aldrick tadi.Pria itu berusaha menahan tawanya, “Agar Nona bisa mudah dikubur di belakang rumahnya. Nanti orang bisa curiga kalau kami bawa mayat dari sini.”“Oh ... begitu rupanya. Baiklah!”Aldrick mengelus dada melihat tingkah polos gadis itu.“Tapi bisa beri waktu untuk menulis surat? Aku harus pamitan pada Kak Milna ...” pinta Rafaela. “Tenang saja aku tidak akan membocorkan kematianku.”“Di mobil saja. Kita tidak ada waktu.” Dia mendadak gugup.Rafaela menyiapkan selembar kertas dan pena. Kemudian bersama Aldrick menuju tempatnya Wilson. Saat Rafaela mengeluarkan kertas dan pena, Aldrick meminjamkan ponselnya untuk penerangan sewaktu Rafaela menulis.Ia tidak memperhatikan perjalanan ini, ketika mobil terhenti malah di rumah sakit. “Ap terjadi sesuatu dengan Wilson?” tanya Rafaela baru sadar sa

    Last Updated : 2023-09-27
  • Antara Cinta dan Dendam   Menderita Sepanjang Hidup

    (MENDERITA SEPANJANG HIDUP)...“Tolong! Kak Dorny tolong aku ...” Tiba tiba saja Rafaela berkata dengan lirih. Wilson fikir gadis itu sudah bangun ternyata dia masih terpejam. Saat menyentuh keningnya terasa sangat panas.“Dasar lemah! Begini saja kamu sudah demam!” gumam Wilson meminta pelayan mengambilkan kompres untuk Rafaela. Entah mengapa hatinya bergerak untuk mengurus gadis itu malam ini.***Rafaela membuka matanya perlahan. Ada sesuatu yang berat sedang melingkar di perutnya. Saat dia melirik, sosok besar itu tengah bernafas dengan teratur. Ia juga salah fokus pada kain yang ada di atas keningnya. Refleks ia ambil itu dan menyingkirkannya. Apa aku sakit semalaman? Batin Rafaela.Merasakan ada pergerkan, Wilson membuka matanya. “Bagaimana? Apa semalam kamu bermimpi buruk yang bagiku sangat indah.” Ucapannya menyeramkan sekali. Namun sebisa ungkin Rafaela tidak akan takut.Gadis itu menjauhkan tangan Wilson dari tubuhnya dan beringsut untuk duduk. Tapi dia mengerang kesakita

    Last Updated : 2023-10-14

Latest chapter

  • Antara Cinta dan Dendam   Antara Khawatir dan Benci

    Setelah membuat Yunna hancur, Wilson Pergi dari tempat itu dan acara pernikahan benar-benar bubar."Kasihan juga dia," ucap Chayton mengejar Wilson. "Biarkan dia dimakan anak buahnya sendiri lalu usir dia." Wilson Keluar dari Villa yang ia siap kan pernikahannya dengan Rafaela tapi gagal. "Bagaimana kalau dia nantinya semakin dendam?" tanya Chayton. "Itu tidak akan terjadi saat dia bukan siapa-siapa lagi." Ia menyeringai, "Akan Kubuat dia menjadi gelandangan." Chayton tidak bisa mencegah kepergian Wilson yang masih saja bersikap kejam. Saat kembali ke tempat Yunna keadaannya begitu mengenaskan, belum lagi tubuhnya yang tida berbalut Sehelai benang pun itu turut di foto oleh buahnya Wilson yang tidak ikut bersama dengan anak buahnya Yunna. *** Rafaela belum juga Sadarkan diri. Seketika rasa bersalah membanjiri Perasaan Wilson. Tapi mengingat dendam Yang masih ada membuat rasa benci juga hadir. "Wilson! Lindungilah orang orang yang kamu sayang, Jangan Sampai mereka menderita dan bal

  • Antara Cinta dan Dendam   Tanpa Rasa Tanpa Warna Tanpa Bau

    (Tanpa Rasa Tanpa Warna Tanpa Bau).“Sudah bawa obat yang kumaksud?” bisik Wilson ketika Aldrick mendekat. Dia sudah tidak sabar untuk menjalankan pembalasan yang akan membekas di diri Yunna.Aldrcik mengangguk dengan raut bingung sekaligus khawatir.Sementara Yunna tersenyum senang karena Wilson tentu akan memaafkan kesalahannya meski sefatal apapun mengingat persahabatan mereka begitu dekat sejak kecil. Dia berdiri dengan lemah dan wajah yang memelas agar Wilson makin kasihan.Chayton berlari ke atas mengambil yang diminta Wilson di ruang dekorasi.“Paman ... apa yang terjadi sebenarnya?” Zizara tidak berani ke sana karena ada anak-anak yang tidak mau ditinggal meski bersama orang lain.“Entahlah aku tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Kamu temui saja Bibi di rumah sakit!”Zizara mengangguk dan bergegas menemui Ratri di rumah sakit untuk mengetahui apa yang terjadi.Chayton kembali dengan air minum yang dimaksud.“Wilson, apa itu?” tanya Yunna antusias pada sebuah bungkus obat cair

  • Antara Cinta dan Dendam   Mengalami Koma

    (Mengalami Koma). Mobil yang dinaiki Wilson meski sekencang apapun baginya masih lambat karena tidak kujung sampai. Sesampainya di depan dia langsung lari memastikan apa yang terjadi di rumahnya. Ketika membuka pintu untuk yang pertama kalinya dia dikejutkan dengan pelayan dan dua penjaganya yang terikat dengan mulut terbungkam.Keselamatan Rafaela yang paling penting dia berlari ke atas. Aldrick mengurus tiga orang yang diikat. Pintu kamar Rafaela terkunci dari dalam, dengan penuh tenaga Wilson mendobrak pintu kamar hingga tiga kali baru bisa terbuka.Amarah Wilson memuncak ketika melihat tiga orang tengah melecehkan calon istrinya. “Brengs*ek kalian!”Bugh ... dengan membabi buta Wilson memukul mereka menggunakan benda apapun di sekitarnya. Yang satu kepalanya langsung bocor terpukul dengan vas bunga. Aldrick ikut membantu dengan menarik yang satunya lagi lalu menghantam bertubi-tubi.“Tidak ada siapa pun yang bisa men

  • Antara Cinta dan Dendam   Pembalasan Mantan

    (Pembalasan Mantan) .“Tidak sopan sekali masuk di kamar orang sembarangan!” sindir Rafaela dengan geram.Yunna sangat sinis, “Hanya jadi bonekanya Wilson saja belagu. Rumah ini seharusnya milikku.” Di maju dengan tatapan tajamnya.Awalnya Rafaela berani untuk menentang Yunna yang mungkin akan menghina bahkan menyakiti fisiknnya, dia bisa balas. Tapi melihat tiga orang pria di belakangnya yang juga masuk ke kamar membuat rasa takutnya muncul.“Kamu mau apa, Yunna?”Yunna tersenyum miring, “Wilson pasti tidak mau lagi padamu setelah tubuh ...” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Tapi ini sudah bisa membuat Rafaela mengerti, ini adalah bencana baginya.Yunna memberi sebuah kode agar mereka maju. Rafaela mundur beberapa langkah dan mungkin akan mengunci diri di kamar mandi. Tapi mereka lebih cepat dan lbih kuat menarik tubuh Rafaela dan melemparnya kasar di atas ranjang.“L

  • Antara Cinta dan Dendam   Nomorku Masih yang Lama

    (Nomorku Masih Yang Lama).Yunna memeluk Wilson tanpa perduli semua orang melihat mereka berdua di dekat pintu. Bahkan tahu kalau Wilson sudah punya kekasih.Rafaela menatap sinis mereka berdua yang seolah berpelukan, “Wilson dan Yunna, mereka cocok menjadi pasangan.” Dengan malas memandang mereka berdua dia berbalik badan. Entah mengapa dadanya merasa kosong setelah melihat mereka berpelukan.“Ah ini tidak mungkin! Mereka cocok bersama agar aku bisa pergi dari kehidupan Wilson. Kalau perlu terlupakan olehnya,” bisiknya tersenyum penuh arti.“Mau berdansa denganku?” Di saat yang bersamaan Chris sudah berjongkok di depannya dan mengulurkan tangan mengajaknya berdansa.Sebenarnya Rafaela enggan, tapi melihat mereka barusan membuat Rafaela menerimanya.***“Kamu tidak berhak mengaturku! Mulai sekarang kamu bukan sahabatku lagi.” Wilson menghempasnya dengan kasar.“Tapi, Wil ...” Yunna tersenyum miring melirik ke arah Rafaela dan Chris sudah ada di bawah lampion mewah untuk berdansa.Wil

  • Antara Cinta dan Dendam   Sebuah ujian

    “Kamu sudah berhasil mengejarnya?”“Sudah, Pak. Saya akan mengantar Nona ke rumah. Maaf sekali, Pak.” Dia melihat ke arah Rafaela yang masih saja melepas rindunya pada sang kakak dan Aldrick tahu kalau ternyata Dorny memiliki perasaan lebih terhadap adik angkatnya ini.Seperti biasa Wilson akan mematikan telpon begitu saja setelah mendapat jawaban.“Nona, kita harus segera pergi. Nanti Pak Wilson bisa mencurigai kita.” Entah alasan apa Aldrick mengkhianati kepercayaan atasannya sendiri. Tapi yang jelas dia punya tujuan lain.Rafaela tidak boleh egois dengan perasaannya sendiri. Dia memutuskan mengikuti perintah Aldrick demi kebaikan mereka berdua. Dia tidak ingin kehilangan Dorny untuk yang kedua kalinya.Dengan berat hati ia kembali meninggalkan Dorny yang seperti orang mati dengan banyak peralatan di tubuhnya.Rafaela memandang ke arah kaca jendela dengan tatapan sendu, ia menghela nafas dengan panjang. Seseka

  • Antara Cinta dan Dendam   Mantan atau Sahabat

    “Hah? Bukankah dia asistenmu?” Wilson mendekat ke arah teman-teman bisnisnya yang rata-rata lebih tua umurnya.“Kami akan segera menikah?”“What? Calon istrimu. Bahkan kuburan-“Argh ... Pria itu meringis keskitan ketika temn di sampingnya menginjak sepatunya dengan keras.“Aku memang belum melupakan Graci. Tapi Rafaela adalah sahabat Graci dan bagiku dia bisa menggantikn kesepianku.”“Ternyata Nona Rafaela cocok juga bersanding denganmu, Wilson.”Wilson mengenalkan Rafaela pada teman-temannya dan pada semua orang di pesta itu dimana semua orang mengenal Wilson.“Wuah ... siapa ini Wilson.” Wajah Wilson yang semula santai kini menjadi tegang setelah melihat wanita cantik yang tiba-tiba menyapanya. Dia nampak sangat cantik mengenakan gaun hitam dengan bawahan slim yang panjang. Meski begitu kaki jenjangnya masih terlihat karena belahan pada roknya.“Calon istrik

  • Antara Cinta dan Dendam   Perasaan Lain

    “Kenapa aku menolongnya? Biarkan dia. Dihina seluruh orang di kantor ini aku tidak keberatan,” batin Wilson. Tapi dia berbalik karena Aldrick cemas. “Pak Sinta kurang ajar sekali itu ...” Berharap Wilson segera melakukan sesuatu. Jika Aldrick yang disuruh turun tangan pun dia mau melakukannya.Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam dia ingin menolongnya dengan memberi pelajaran pada Sinta saat ini juga karena tidak sopan pada atasannya.Tapi tiba-tiba perasaannya tidak lagi bimbang untuk menolongnya, Wilson mengepalkan tangannya dengan erat ketika melihat Sinta menyiramnya dengan kuah bakso yang pedas. Dia melangkah untuk melerai mereka, tapi urung ketika melihat Rafaela membalas serangannya yang tiba-tiba itu.“Ternyata wanitaku tahan banting.” Wilson menyeringai.“Apa, Pak?” Aldrick seperti salah dengar saat Wilson menganggap Rafaela adalah wanitanya.Pria itu hanya melirik Aldrick sekilas dan pergi begitu saja. Sementara Rafaela dengan tubuhnya yang tidak nyaman karena basah berge

  • Antara Cinta dan Dendam   Semua Orang Kantor

    (Semua Orang Kantor?)...“Jadi sejak tadi kamu hanya berkutat dengan ini?” Rafaela terkejut saat Wilson sudah membaca beberapa kata. “Maaf ... aku tidak ada kegiatan lain.” Gadis itu merasa bersalah sekali dan menutup Word-nya yang bahkan belum tersimpan.“Kamu suka buat puisi?”“Tidak, Pak. Bukan apa-apa ...” Rafaela enggan jujur.“Kamu tidak mau jujur.” Tiba-tiba Wilson menarik tubuh Rafaela dan memeluknya.“Apa mau kamu la ... hmp ...” Mulutnya sudah dibungkam dengan bibir Wilson. Pria itu tiba-tiba saja membawa Rafaela ke ruangan lain yang ada di sebelah. Sebuah ranjang luas dan tubuh Rafaela dijatuhkan begitu saja. Tanpa jeda Wilson menindihnya dan kembali memainkan bibirnya dengan brutal. Rafaela hanya bisa diam meski perasaannya masih saja sakit.“Mulai besok kamu tidak usah kerja lagi di sini. Aku sudah membeli tubuhmu dengan sangat mahal,” bisi

DMCA.com Protection Status