Dorny mengeratkan pelukannya meski seluruh tenaga yang tersisa Rafaela gunakan untuk berontak. Sebagai seorang kakak, sedih mendengar penuturan adiknya jika ingin mengakhiri hidup. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Rafaela. Yang ia tahu, Rafaela gadis yang kuat. Meski orang selalu menghina keadaan mereka berdua, Rafaela tetap tidak pernah menyerah dan membuktikan dia bisa meski materi tidak mencukupi. Saat dia berhasil membuktikan pada orang-orang yang selalu menghinanya, Rafaela justru begini.
Seluruh tenaga Rafaela terkuras habis, tidak hanya lelah terus meronta, dia juga kelelahan karena terlalu banyak menangis. Kini Rafaela sudah sedikit lebih tenang, saat Dorny melepaskan pelukannya gadis itu tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya. “Dimana Rafaela yang kuat seperti biasanya, hm ...?” Menangkup kedua pipinya dengan lembut.Rafaela yang sejak semalam selalu enggan menatap kakaknya, kini terlihat sorot kesedihan yang mendalam.“Apa Kakak mau memaafkanku kalau aku punya salah?” Suaranya terdengar parau.“Memangnya kapan aku tidak memaafkan kamu kalau punya salah. Yang penting jangan mengulangi kesalahan yang sama.”Rafaela terdiam, ia tidak tahu bagaimana caranya mengatakan hal ini. Hawa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Tapi jika menyembunyikannya sendiri, bagaimana jika Wilson datang ke sini dan membocorkan semuanya. Setelah menyebut ibunya waktu itu, ia yakin Wilson akan menemuinya.“Rafaela!” panggilnya melihat Rafaela malah melamun. “Ceritakan! Kakak akan membantumu.”Rafaela tertunduk, namun dia mulai menceritakan semua dari awal. Terutama dari pertama dia berangkat kerja hingga diterima kerja. Lalu malam harinya Wilson meminta membantunya memeriksa berkas dan berakhir menjadi kejadian yang sangat pilu.Rahang Dorny mengeras, tangannya mengepal begitu erat. “Kak, aku ingin kita pergi dari sini! Aku tidak mau tinggal di sini. Kita pergi seja-““Dia harus menerima pelajaran! Tidak seorangpun pria yang boleh menyentuh adikku, tapi ini justru ...” Dorny menatap nanar Rafaela. Seorang wanita yang selalu dilindunginya agar tidak dijamah oleh pria manapun. Tapi kini sema berakhir, wanita yang ia lindungi telah kehilangan kegadisannya. Sebagai seorang pria yang menjaganya, tentu tidak ada yang terima. Jangankan orang yang menyayanginya, yang mencintainya sebagai anak kandung pun tidak akan rela.Dorny langsung bangkit dengan gigi bergemeletuk, ingin segera dia mendatangi pria itu untuk meluapkan amarahnya. “Kakak mau kemana?” Perlahan gadis itu bangkit.“Akan kubunuh dia!”Rafaela terkejut, “Jangan, Kak. Dia orang berkuasa. Dia bisa melakukan segala cara untuk menghancurkan Kakak. Kita harus pergi dari sini, Kak!” Rafaela takut sekali bertemu dengan Wilson untuk selanjutnya. Bahkan dia harap tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti itu lagi.“Tapi dia harus-““Kakak ... hiks ... hiks ... aku tidak mau kehilanganmu, Kak ...” tangis Rafaela pecah. Dorny jadi tidak tega membuatnya khawatir berlebihan.Hatinya langsung luluh, dipeluknya kembali Rafaela dengan lembut agar dia lebih tenang. “Maafkan, Kakak.”“Janji jangan pergi, Kak. Aku tidak ingin kehilanganmu.” Rafaela tidak melihat kalau di belakangnya, Dorny menangis.“Kita bereskan barang-barang kita!” Dorny berucap lirih sembari mengendurkan pelukannya.Ia mengangguk kecil, “Maafin aku, Kak.” Ia tertunduk.“Kau adikku. Mana mungkin aku membiarkan kamu sedih. Kita memang harus pergi dari sini. Aku tidak mau adikku kenapa-napa!”Seperti yag diinginkan Rafaela, Dorny memasukan beberapa pakaian dan beberapa barang berharga. Termasuk kartu ATM berisikan tabungan yang sudah lama Dorny kumpulkan dari hasil kerja kerasnya. Mungkin memang saatnya mereka harus pergi dari kota ini.Saat Rafaela ikut membereskan barangnya, Dorny keluar begitu saja.“Kakak? Dimana?” Rafaela langsung panik karena Dorny tidak kunjung masuk.*** Lampu kelap-kelip disertai dentuman musik yang menggema dimana-mana. Alih-alih pendengarannya merasa berisik, mereka justru menikmati alunan musik dengan cara menari dan minum. Tidak perduli bagaimana pakaian para wanita yang tidak tanggung-tanggung sangat terbuka, mereka justru semakin gemar memperlihatkan lengkukan tubuhnya.“Besok malam aku akan membicarakan pertunangan kita. Harus berapa kali aku meyakinkan kamu sih!” ucap Wilson masih ada di luar gedung.“...”“Iya, Sayang. Maaf ya aku tutup dulu. Ada banyak tamu di sini!” Wilson beralasan.“...”“I love you to!” Setelah mematikan sambungan telepon, ia menghubungi seseorang. “Bawa gadis itu padaku! Dia harus membayar dosa-dosa ibunya!”“Dan satu lagi ... jangan sampai lecet sedikit pun.” Pip ... dia langsung mematikan sambungan telpon dengan seringai yang menakutkan, “Tidak ada yang boleh menyakiti dia kecuali aku!” batinnya sambil masuk ke tempat suara musik berisik itu berasal. Semua petugas di sana membungkuk hormat melihat kehadirannya. Dialah Wilson Bahtera yang memiliki bisnis dimana-mana termasuk bisnis ilegal.“Tuan, ada seorang gadis baru. Mungkin anda bisa menjadi yang pertama, malam ini!” Seorang mucikari menghampirinya dengan langkah gemulai, ia tidak memperdulikan dandanannya yang menor tapi tidak luwes seperti wanita pada umumnya.Biasanya Wilson selalu ingin mendapatkan yang pertama, namun kali ini ia seperti kurang tertarik. Dia justru menarik kerah pria tulen itu, “Menjadi yang pertama apa maksudmu? Kamu selalu bilang begitu, tapi apakah aku pernah mendapatkan yang masih perawan?” Tatapnya begitu nyalang.Mucikari itu nampak menyesal, “Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau mereka sudah tidak suci. Lagipula mana ada gadis seperti itu di zaman sekarang. Sudah langka.”Wilson mendorongnya hingga mundur beberapa langkah. Tiba-tiba ia menyeringai. “Kamu tidak akan bisa mendapatkan yang suci begitu mudah.” Ia tiba-tiba saja ia teringat Rafaela. Mucikari itu nampk tersenyum kikuk dengan ekspresi Wilson yang sulit diartikan. Sampai Wilson ingat tujuan utamanya kemari, bukan untuk mencari teman malam, tapi hal lebih penting lainnya.Argh ... suara geraman kesakitan terus menggema di ruangan. Kedatangan Wilson membuat semua aktivitas di ruangan bercahaya minim itu berhenti. “Tuan, itu si kakek yang melaporkan anda ke petugas. Tapi Tuan tenang saja, saya sudah bereskan. Bagaimana menurut Tuan, langkah selanjutnya?”Wilson menatap pria itu tajam. “Tuan Wilson, maafkan aku. Tolong lepaskan cucuku! Dia tidak bersalah.” Sedari tadi dia terus memohon agar cucu kesayangannya dibebaskan, meski tubuhnya sudah penuh dengan luka cambuk.Wilson duduk di tempat yang telah tersedia, “Kamu sadar mengucapkan itu? Setelah kamu berusaha melaporkan orang yang mau membantumu meminjamkan uang!” Suaranya bahkan tegas seperti pancaran dirinya yang penuh kharisma.“Maafkan aku ... huu ...” Dia menangis tersedu-sedu menyesali perbuatannya, “Terpaksa kulakukn demi cucuku bisa bebas. Ampuni aku!”"Itu semua gara-gara kamu tidak bisa mengendalikan nafsu berjudimu!"Pria tua itu merenungi kesalahannya.Wilson nampak senang sekali melihat penderitaan yang terjadi karena kesalahan orang itu sendiri. “Cucumu bisa bebas asalkan kamu membayar semua hutang-hutangmu."“Bagaimana aku bisa membayarnya.” Pria itu sadar kalau hutangnya sudah terlalu banyak. Bekerja seumur hidup sebagai seorang buruh, belum tentu bisa melunasinya. Awalnya ia berjudi berharap bisa kaya, bahkan sampai memakai cara licik yang akhirnya menjadi bumerang buatnya sendiri.“Jadi ikhlaskan cucumu itu. Toh, tidak sampai sepuluh tahun hutangnya lunas,” seloroh salah satu anak buah Wilson.Bukannya menerima, tangisan pria itu justru makin menjadi-jadi, “Huu ... cucuku, maafkan kakek!” Dia diseret paksa pergi dari ruangan itu, lebih tepatnya diusir secara tidak terhormat dengan cara dibiarkan tidak sadarkan oleh obat bius dan ditinggalkan di tumpukan sampah begitu saja.“Bagaimana, Tuan. Apa anda mau menjadi yang pertama untuk malam ini?” Ia tahu yang dimaksud seorang pria yang mengikuti langkahnya meninggalkan ruang pengap itu.“Tidak,” sahutnya singkat. Entah mengapa Wilson tidak menginginkannya sejak bersama Rafaela di lift malam itu.Ini memang mengherankan bagi orang yang biasanya diminta mencarikan teman malam. “Tuan!” Tiba-tiba saja anak buahnya datang terpogoh-pogoh.Wilson menghentikan langkahnya, “Ada pria asing yang berbuat onar di rumah. Katanya minta pertanggungjawaban!”Salah satu alisnya terangkat, “Lalu bagaimana dengan oma?”“Untungnya nyonya sudah tidur setelah minum obat. Sekarang dia kami tahan di tempat biasa.”“Bawa aku ke sana!” Wilson tidak tahu orang yang pria itu maksud.*Rafaela panik karena Dorny tidak kunjung kembali, dia langsung keluar rumah. Ia hampir saja kehilangan separuh nafasnya, tapi melihat Dorny sedang mengobrol di depan rumah Rafaela melega.“Kakak, itu uang apa? Mau dibawa kemana motor Kakak?” tanya Rafaela bingung motornya Dorny dibawa orang.Dorny menghampiri Rafaela, “Motor itu dijual dan kita pergi naik bus. Nanti kita bisa beli lagi. Ayo masuk!” Rafaela tidak bicara lagi, dia hanya menurut saja.“Ayo cepat! Kita tidak boleh terlalu lama di rumah ini.” Dorny seolah takut akan sesuatu. Rafaela rupanya juga mengalami ketakutan yang sama, ia takut Wilson atau orang suruhannya datang. ketakutan itu melanda ketika rasa trauma yang ia dapat.Mereka berdua langsung keluar rumah menuju halte yang jaraknya sekitar 200 meter. “Kakak yakin masih ada mobil yang lewat?” tanya Rafaela memeriksa waktu di layar ponselnya.“Bus terakhir jam 9 tiba. Besok mungkin kita sudah sampai. Di sana Kakak akan bekerja jadi pelayan lestoran. Teman Kakak sudah m
Perlahan-lahan matanya terbuka setelah ia pingsan dengan obat bius. Manik matanya berlarian pada ruangan yang baginya sangat asing.“Dimana aku?” bisiknya dengan kepala berdenyut. Mengingat kejadian yang menimpanya membuat ia bergegas lari dari ranjangnya. Menarik gagang pintu yang terkunci.Suasana jadi gaduh karena dia bangun. “Buka pintunya!” teriak Rafaela tidak ada sahutan. Rasanya tidak mungkin Wilson akan mengeluarkan Rafaela secara cuma-cuma.Ia mencoba cara lain, yaitu membuka tirai yang ternyata jendela itu terdapat teralis yang kuat. Dia akhirnya duduk dengan perasaan buntu.Pintu terbuka ia fikir Wilson. Jika iya, Rafael akan menghujatnya langsung. Seorang wanita paruh baya dengan seragam pelayan.“Ini sarapan anda, Nona.”“Ya ...” sahutnya dengan singkat. Ini menjadi kesempatannya untuk bisa keluar karena pintu terbuka. Wanita itu panik ketika Rafaela berlari secepat mungkin.Rumah itu besar sekali hingga Rafaela tidak tahu harus keluar lewat mana. Sementara semua orang m
Sudah satu bulan sejak kepergian Rafaela dari rumah, temannya berusaha menghubungi bahkan mendatangi rumahnya dan tidak menemukan Rafaela dimanapun.“Kamu kok murung seperti ini? Sahabatmu belum memberi kabar?” tanya Wilson menggenggam lembut tangan calon tunangannya.“Iya ... aku takut terjadi sesuatu padanya.”“Hmm ... begitu.” Wilson juga sedang mencari keberadaan wanita itu dimanapun. Seluruh kota sudah ia telusuri tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya.“Kamu tidak suka ya kalau aku terus memikirkan sahabatku?” Wajah kekasihnya itu semakin masam.“Kata siapa? Aku ikut sedih karena posisi sekretaris kembali kosong dan harus seleksi kembali.”“Lalu aku harus mencari informasi keberadaannya kemana? Nomornya saja sudah tidak aktif.”“Aku akan membantumu mencari keberadaannya. Bagaimana?”Graci megangguk, “Aku hanya ingin nanti saat pesta pertunangan kita dia ada di dekatku. Ah ... aku khawatir dengan keadaannya.”Wilson memeluk Graci, “Dia pasti baik-baik saja, Sayang.” May
“Jangan tinggal di rumah lamamu. Kamu tinggal di rumahku saja ya!”“Karena dia asistenku, aku memberinya tempat tinggal.” Padahal Wilson yang mengurung Rafaela.“Aku tidak menyangka kamu sangat perduli pada sahabatku. Terima kasih buat kebaikanmu, Sayang!” Graci bahagia sekali. Tidak hentinya berterima kasih pada calon tunangannya.“Berarti aku kembali bekerja di kantormu?” Raut Rafaela begitu masam.“Siapa bilang kamu sudah berhenti! Kamu sudah dikontrak 2 tahun, Nona.”Rafaela sampai melupakan ini. “Apa di sana kamu tidak betah? Kalau Rafaela mengundurkan diri apa yang akan terjadi?”Wilson mendelik pada Rafaela yang gugup. “Ehm ... mungkin karena aku baru kerja sehari. Padahal Pak Wilson sangat ramah padaku begitu juga teman-teman yang lain. Aku hanya merasa tidak enak kepada mu dan kepada beliau yang terlampau baik.”“Itu bukan apa-apa. Ini s
“Ini soal kamu dan Wilson. Aku melihat tadi Wilson mengikutimu di toilet,” ucap Graci terus terang. Dia tidak mau hal ini merusak semuanya suatu saat.Deg ...‘Apa Graci melihat aku dan Wilson di sana?’ Rafael tidak siap memberikan penjelasan apapun padanya. Ia bahkan tidak bisa melanjutkan langkah, begitupun Graci yang ingin sahabatnya berterus terang.“Kalian mau sampai kapan ada di situ?” suara khas dari Wilson berteriak di ujung lorong.“Ah ... kami keasyikan mengobrol!” seru Graci pura-pura terlihat bahagia.“Kita bicara setelah acara perjanjian pertunangan selesai! Di parkiran,” bisik Graci sembari berlari ke arah Wilson dan langsung menggenggam tangannya.Acara terakhir yaitu makan-makan. Rafaela lebih banyak diam daripada mengobrol dengan beberapa teman yang juga Graci undang. Bagi mereka sikap Rafaela jadi aneh, bahkan diam-diam ada yang menyebutnya sombong. Teman kerja Wilson jika ada di sana, beberapa teman baru Rafaela lebih tepatnya.Setelah acara makan, semua orang si
Hasrat di Waktu Genting...“Kamu tidak akan bisa lari!” Sayangnya Wilson lebih dulu menarik tubuh Rafaela dan membungkam mulutnya. Lalu memaksanya masuk ke mobil. Wilson langsung meninggalkan tempat itu.Rafaela benar-benar kembali masuk penjara. Gadis itu terus berontak untuk minta dilepaskan ketika memasuki apartemen yang asing baginya, karena Wilson sepertinya berencana akan memindahkannya di sini awalnya sejak bertunangan dengan Graci.Gadis itu terus saja berontak Wilson kehilangan kesabaran. Dia terus memaksa tubuh mungil nya hingga ke kamar dan menghempas tubuhnya kasar di atas ranjang.“Kamu terlalu susah diatur!” Rafaela berusaha bangkit. Tapi sayangnya pandangan Wilson semakin gelap karena sikap Rafaela yang baginya justru membuat perasaannya membara.“Lepaskan!” Tapi Wilson tidak terpengaruh dengan kata-katanya. Percuma saja Rafaela memberontak, tenaganya pun tidak sebesar tenaga Wilson yang perasaannya membara.“Kamu terus saja membuatku marah, dan akan mengatakan tenta
Motif Misterius...“Percuma saja. Kita hanya perlu mengetahui motif Graci sampai bunuh diri ...” Zizara kembali mendekati meja kerja Wilson. “Kamu sudah mengkhianatinya? Berselingkuh?”Jantungnya tiba-tiba saja berpacu kencang dengan wajah yang sangat kaget.Tatapan Zizara yang mengintrogasi benar-benar membuat Wilson berusaha keras mengalihkannya.“Mana mungkin? Jangankan berselingkuh, apakah selama ini aku selalu bermain-main dengan wanita?”Zizara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Benar juga. Meski bisnis gelapmu itu masih jalan tapi kamu masih perjaka.” Dia melihat jam cantik di tangannya. “Ya sudah terserah kamu saja.” Berbalik badan dan pergi.Ruangan senyap setelah Zizara pergi, “Dia memang ayahnya Vanesya, tapi karena kesalahannya dia harus berhadapan langsung denganku.” Diam-diam Wilson tidak rela jika ada pria yang menyakiti saudari satu-satuny
Dia Bukan Mayat Di Pembaringan...“Aku diutus membawa Nona kembali ke mansion.”“Untuk apa memberiku racun kalau aku dibawa kembali ke sana?” Anehnya Rafaela percaya dengan kebohongan Aldrick tadi.Pria itu berusaha menahan tawanya, “Agar Nona bisa mudah dikubur di belakang rumahnya. Nanti orang bisa curiga kalau kami bawa mayat dari sini.”“Oh ... begitu rupanya. Baiklah!”Aldrick mengelus dada melihat tingkah polos gadis itu.“Tapi bisa beri waktu untuk menulis surat? Aku harus pamitan pada Kak Milna ...” pinta Rafaela. “Tenang saja aku tidak akan membocorkan kematianku.”“Di mobil saja. Kita tidak ada waktu.” Dia mendadak gugup.Rafaela menyiapkan selembar kertas dan pena. Kemudian bersama Aldrick menuju tempatnya Wilson. Saat Rafaela mengeluarkan kertas dan pena, Aldrick meminjamkan ponselnya untuk penerangan sewaktu Rafaela menulis.Ia tidak memperhatikan perjalanan ini, ketika mobil terhenti malah di rumah sakit. “Ap terjadi sesuatu dengan Wilson?” tanya Rafaela baru sadar sa
Setelah membuat Yunna hancur, Wilson Pergi dari tempat itu dan acara pernikahan benar-benar bubar."Kasihan juga dia," ucap Chayton mengejar Wilson. "Biarkan dia dimakan anak buahnya sendiri lalu usir dia." Wilson Keluar dari Villa yang ia siap kan pernikahannya dengan Rafaela tapi gagal. "Bagaimana kalau dia nantinya semakin dendam?" tanya Chayton. "Itu tidak akan terjadi saat dia bukan siapa-siapa lagi." Ia menyeringai, "Akan Kubuat dia menjadi gelandangan." Chayton tidak bisa mencegah kepergian Wilson yang masih saja bersikap kejam. Saat kembali ke tempat Yunna keadaannya begitu mengenaskan, belum lagi tubuhnya yang tida berbalut Sehelai benang pun itu turut di foto oleh buahnya Wilson yang tidak ikut bersama dengan anak buahnya Yunna. *** Rafaela belum juga Sadarkan diri. Seketika rasa bersalah membanjiri Perasaan Wilson. Tapi mengingat dendam Yang masih ada membuat rasa benci juga hadir. "Wilson! Lindungilah orang orang yang kamu sayang, Jangan Sampai mereka menderita dan bal
(Tanpa Rasa Tanpa Warna Tanpa Bau).“Sudah bawa obat yang kumaksud?” bisik Wilson ketika Aldrick mendekat. Dia sudah tidak sabar untuk menjalankan pembalasan yang akan membekas di diri Yunna.Aldrcik mengangguk dengan raut bingung sekaligus khawatir.Sementara Yunna tersenyum senang karena Wilson tentu akan memaafkan kesalahannya meski sefatal apapun mengingat persahabatan mereka begitu dekat sejak kecil. Dia berdiri dengan lemah dan wajah yang memelas agar Wilson makin kasihan.Chayton berlari ke atas mengambil yang diminta Wilson di ruang dekorasi.“Paman ... apa yang terjadi sebenarnya?” Zizara tidak berani ke sana karena ada anak-anak yang tidak mau ditinggal meski bersama orang lain.“Entahlah aku tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Kamu temui saja Bibi di rumah sakit!”Zizara mengangguk dan bergegas menemui Ratri di rumah sakit untuk mengetahui apa yang terjadi.Chayton kembali dengan air minum yang dimaksud.“Wilson, apa itu?” tanya Yunna antusias pada sebuah bungkus obat cair
(Mengalami Koma). Mobil yang dinaiki Wilson meski sekencang apapun baginya masih lambat karena tidak kujung sampai. Sesampainya di depan dia langsung lari memastikan apa yang terjadi di rumahnya. Ketika membuka pintu untuk yang pertama kalinya dia dikejutkan dengan pelayan dan dua penjaganya yang terikat dengan mulut terbungkam.Keselamatan Rafaela yang paling penting dia berlari ke atas. Aldrick mengurus tiga orang yang diikat. Pintu kamar Rafaela terkunci dari dalam, dengan penuh tenaga Wilson mendobrak pintu kamar hingga tiga kali baru bisa terbuka.Amarah Wilson memuncak ketika melihat tiga orang tengah melecehkan calon istrinya. “Brengs*ek kalian!”Bugh ... dengan membabi buta Wilson memukul mereka menggunakan benda apapun di sekitarnya. Yang satu kepalanya langsung bocor terpukul dengan vas bunga. Aldrick ikut membantu dengan menarik yang satunya lagi lalu menghantam bertubi-tubi.“Tidak ada siapa pun yang bisa men
(Pembalasan Mantan) .“Tidak sopan sekali masuk di kamar orang sembarangan!” sindir Rafaela dengan geram.Yunna sangat sinis, “Hanya jadi bonekanya Wilson saja belagu. Rumah ini seharusnya milikku.” Di maju dengan tatapan tajamnya.Awalnya Rafaela berani untuk menentang Yunna yang mungkin akan menghina bahkan menyakiti fisiknnya, dia bisa balas. Tapi melihat tiga orang pria di belakangnya yang juga masuk ke kamar membuat rasa takutnya muncul.“Kamu mau apa, Yunna?”Yunna tersenyum miring, “Wilson pasti tidak mau lagi padamu setelah tubuh ...” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Tapi ini sudah bisa membuat Rafaela mengerti, ini adalah bencana baginya.Yunna memberi sebuah kode agar mereka maju. Rafaela mundur beberapa langkah dan mungkin akan mengunci diri di kamar mandi. Tapi mereka lebih cepat dan lbih kuat menarik tubuh Rafaela dan melemparnya kasar di atas ranjang.“L
(Nomorku Masih Yang Lama).Yunna memeluk Wilson tanpa perduli semua orang melihat mereka berdua di dekat pintu. Bahkan tahu kalau Wilson sudah punya kekasih.Rafaela menatap sinis mereka berdua yang seolah berpelukan, “Wilson dan Yunna, mereka cocok menjadi pasangan.” Dengan malas memandang mereka berdua dia berbalik badan. Entah mengapa dadanya merasa kosong setelah melihat mereka berpelukan.“Ah ini tidak mungkin! Mereka cocok bersama agar aku bisa pergi dari kehidupan Wilson. Kalau perlu terlupakan olehnya,” bisiknya tersenyum penuh arti.“Mau berdansa denganku?” Di saat yang bersamaan Chris sudah berjongkok di depannya dan mengulurkan tangan mengajaknya berdansa.Sebenarnya Rafaela enggan, tapi melihat mereka barusan membuat Rafaela menerimanya.***“Kamu tidak berhak mengaturku! Mulai sekarang kamu bukan sahabatku lagi.” Wilson menghempasnya dengan kasar.“Tapi, Wil ...” Yunna tersenyum miring melirik ke arah Rafaela dan Chris sudah ada di bawah lampion mewah untuk berdansa.Wil
“Kamu sudah berhasil mengejarnya?”“Sudah, Pak. Saya akan mengantar Nona ke rumah. Maaf sekali, Pak.” Dia melihat ke arah Rafaela yang masih saja melepas rindunya pada sang kakak dan Aldrick tahu kalau ternyata Dorny memiliki perasaan lebih terhadap adik angkatnya ini.Seperti biasa Wilson akan mematikan telpon begitu saja setelah mendapat jawaban.“Nona, kita harus segera pergi. Nanti Pak Wilson bisa mencurigai kita.” Entah alasan apa Aldrick mengkhianati kepercayaan atasannya sendiri. Tapi yang jelas dia punya tujuan lain.Rafaela tidak boleh egois dengan perasaannya sendiri. Dia memutuskan mengikuti perintah Aldrick demi kebaikan mereka berdua. Dia tidak ingin kehilangan Dorny untuk yang kedua kalinya.Dengan berat hati ia kembali meninggalkan Dorny yang seperti orang mati dengan banyak peralatan di tubuhnya.Rafaela memandang ke arah kaca jendela dengan tatapan sendu, ia menghela nafas dengan panjang. Seseka
“Hah? Bukankah dia asistenmu?” Wilson mendekat ke arah teman-teman bisnisnya yang rata-rata lebih tua umurnya.“Kami akan segera menikah?”“What? Calon istrimu. Bahkan kuburan-“Argh ... Pria itu meringis keskitan ketika temn di sampingnya menginjak sepatunya dengan keras.“Aku memang belum melupakan Graci. Tapi Rafaela adalah sahabat Graci dan bagiku dia bisa menggantikn kesepianku.”“Ternyata Nona Rafaela cocok juga bersanding denganmu, Wilson.”Wilson mengenalkan Rafaela pada teman-temannya dan pada semua orang di pesta itu dimana semua orang mengenal Wilson.“Wuah ... siapa ini Wilson.” Wajah Wilson yang semula santai kini menjadi tegang setelah melihat wanita cantik yang tiba-tiba menyapanya. Dia nampak sangat cantik mengenakan gaun hitam dengan bawahan slim yang panjang. Meski begitu kaki jenjangnya masih terlihat karena belahan pada roknya.“Calon istrik
“Kenapa aku menolongnya? Biarkan dia. Dihina seluruh orang di kantor ini aku tidak keberatan,” batin Wilson. Tapi dia berbalik karena Aldrick cemas. “Pak Sinta kurang ajar sekali itu ...” Berharap Wilson segera melakukan sesuatu. Jika Aldrick yang disuruh turun tangan pun dia mau melakukannya.Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam dia ingin menolongnya dengan memberi pelajaran pada Sinta saat ini juga karena tidak sopan pada atasannya.Tapi tiba-tiba perasaannya tidak lagi bimbang untuk menolongnya, Wilson mengepalkan tangannya dengan erat ketika melihat Sinta menyiramnya dengan kuah bakso yang pedas. Dia melangkah untuk melerai mereka, tapi urung ketika melihat Rafaela membalas serangannya yang tiba-tiba itu.“Ternyata wanitaku tahan banting.” Wilson menyeringai.“Apa, Pak?” Aldrick seperti salah dengar saat Wilson menganggap Rafaela adalah wanitanya.Pria itu hanya melirik Aldrick sekilas dan pergi begitu saja. Sementara Rafaela dengan tubuhnya yang tidak nyaman karena basah berge
(Semua Orang Kantor?)...“Jadi sejak tadi kamu hanya berkutat dengan ini?” Rafaela terkejut saat Wilson sudah membaca beberapa kata. “Maaf ... aku tidak ada kegiatan lain.” Gadis itu merasa bersalah sekali dan menutup Word-nya yang bahkan belum tersimpan.“Kamu suka buat puisi?”“Tidak, Pak. Bukan apa-apa ...” Rafaela enggan jujur.“Kamu tidak mau jujur.” Tiba-tiba Wilson menarik tubuh Rafaela dan memeluknya.“Apa mau kamu la ... hmp ...” Mulutnya sudah dibungkam dengan bibir Wilson. Pria itu tiba-tiba saja membawa Rafaela ke ruangan lain yang ada di sebelah. Sebuah ranjang luas dan tubuh Rafaela dijatuhkan begitu saja. Tanpa jeda Wilson menindihnya dan kembali memainkan bibirnya dengan brutal. Rafaela hanya bisa diam meski perasaannya masih saja sakit.“Mulai besok kamu tidak usah kerja lagi di sini. Aku sudah membeli tubuhmu dengan sangat mahal,” bisi