Kartika selesai menyiapkan sarapan di meja makan. Dirga sudah anteng dan duduk manis siap menyantap makanan. Tapi kurang lengkap tanpa adanya Ratu.
"Dia udah bangun? Gak sekolah?" Dirga mulai mencolek tempe dengan sambal terasi, sangat cocok memang.
Kartika berdecak. "Aku lupa gak bangunin dia. Awas aja ya kalau nego tambah jam tidur," Kartika melangkah menuju kamar putri semata wayangnya.
"Jam segini masih tidur. Ratu! Bangun! Udah jam enam! Kalau gak niat sekolah sekalian aja jualan sama bapak!" suara Kartika menggema sampai Ratu berdiri tegap, matanya terbuka secara paksa.
"Ibu, aku masih ngantuk. Lima menit deh," Ratu bernegoisasi. Rambutnya berantakan, wajah bantalnya mungkin membuat para cowok som gombal klepek-klepek.
"Gak seneng bisa pindah ke sekolah baru? Itu sekolah gede banget, luas, cuman orang-orang kaya yang sanggup sekolah disana. Kamu masih beruntung bisa dapat beasiswa. Jangan males-malesan, cepet cuci muka doang. Ibu siapin bekal aja terus capcus berangkat," omel Kartika panjang lebar seperti tak ada jeda dan titik koma.
Selesai berganti dengan seragam putih abu-abunya, Ratu siap berangkat ke sekolah. Tapi ia juga harus membawa dagangannya. Menjual pisang goreng sudah kesehariannya.
"Tuh, jangan lupa dagangannya di bawa. Masih anget, di jamin gurih deh. Bakalan laris disana, ibu doain. Nih bekalnya," Kartika mengulurkan kotak bekal biasa tanpa ada gambar atau motif itu pada Ratu, hanya nasi dengan lauk udang goreng dan tempe.
Ratu salim pada Kartika. "Bu, aku berangkat dulu sama bapak," pamitnya.
Kartika mengangguk. "Iya hati-hati di jalan ya."
Berangkat sekolah selalu bersama dengan Dirga, hanya menaiki sepeda motor.
"Bisa ngebut dikit gak pak? Aku takut telat, kan hari ini lagi upacara," Ratu tak sabaran, ia tak mau di hukum.
Dirga mengangguk. "Tapi gak terlalu ngebut. Yang penting kamu sampai," mau bagaimana pun juga jalanan sudah ramai, mengebut sama saja menghilangkan nyawa.
Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit akhirnya sampai juga di sekolah SMA Pelita. Sekolah elite yang hanya di huni oleh holang kaya.
Dirga yang melihat sekolah baru anaknya itu kagum. "Wah gede banget ya sekolahannya. Pasti jualannya bakalan habis, laris manis deh. Eh? Oalah udah pergi toh," Dirga tak mendapati Ratu, anaknya itu sudah berlari memasuki gerbang sekolah dengan terburu-buru.
Ratu mencari kelasnya, 11 Ips 1. Untung saja ia tidak terlambat, tapi semua siswa sudah bersiap akan mengikuti upacara.
"Akhirnya ketemu juga, ini kelasnya," langkahnya memasuki kelas, matanya mencari bangku yang masih kosong. Ah, paling belakang di pojok kanan dekat jendela. Kalau begini ia bisa mengantuk.
Ratu meletakkan tas dan dagangannya di meja.
"Eh, lo anak baru?" tanya seorang cewek berambut pirang dengan dandanan menornya. Namanya Jenny.
Ratu menoleh. "Iya. Aku pindahan," bingung mau bicara apalagi, karena sebelumnya ia tak pernah akrab dengan siapapun kecuali sahabatnya, Cica.
"Pantesan bajunya kok putih banget. Berarti baru nih," ucap Lisa sangat tau perbedaan baru dengan yang lama.
"Itu bawa apa?" tanya Jisoo penasaran. "Kok baunya enak banget, pasti makanan kan bukan mantan?" matanya menyipit, menggoda anak baru itu. Karena baunya makanan siapa tau ia di kasih duluan.
"Nanti aja ya, sekarang ayo upacara. Daripada nanti di hukum," jawab Ratu dengan logat Jawanya. Entah bagaimana ia bisa akrab secepat ini.
"Oh, yaudah. Ayo deh bareng sama kita," ajak Rose yang paling kalem. Banyak cowok yang suka dengannya.
Di halaman sekolah, semuanya sudah berkumpul dengan barisan yang rapi. Tak ada yang berusaha ingin meneduh di bawah pohon karena OSIS sendiri yang turun tangan mengarahkan barisannya.
"Kalian disini aja," salah satu OSIS menunjuk barisan di depannya yang masih kosong.
"Gue baru inget! Lo kenapa gak pakai topi?" tanya Jenny lirih, kalau keceplosan mungkin OSIS itu akan menghukumnya.
Ratu terkejut. "Aku lupa. Terus gimana dong? Kalau ada guru yang liat aku gak pakai topi, pasti di hukum terus di panggil ke depan," pikiran negatifnya tentang bayangan bagaimana di hukum dan di lihat oleh semua siswa.
"Pakai topi ku aja. Biar aku yang di hukum," sahut seorang laki-laki di sebelah kirinya. Ratu sempat terpana tapi ia menerima topi itu.
"Kalau kamu di hukum? Aku gak mau, mending kita di hukum bareng-bareng aja," tukasnya merasa tak enak, cowok itu sudah mau berkorban seharusnya di hargai bukan mencuekinya, hm.
"Gak apa-apa. Jangan berisik, nanti ketauan OSIS," telunjuknya mengarah ke bibir menyuruh diam.
"Baguslah kalau ada yang ngasih-eh lo beruntung banget bisa dapet topinya Andy," Lisa yang suka gosip pun mendekat berbisik pada Ratu.
"Nanti, kita kenalan ya? Belum tau nih namanya," ujar Jenny di sebelah Ratu.
Upacara berjalan dengan khidmat, tibalah saatnya sang kepala sekolah menyampaikan hal penting yang sangat lama.
"Setiap harinya, selalu saja ada yang tak memakai atribut lengkap. Di gerbang satu dan dua, banyak sekali yang tak memasukkan seragamnya bagi laki-laki. Dasi lupa, topi lupa, hasduk lupa, sabuk juga lupa. Apa kalian tidak takut? Di buku ketertiban atribut tidak lengkap dengan poin 1,5 meskipun sedikit kalau kalian mengumpulkannya terus akan jadi banyak. Kalau-" matanya menyipit, melihat satu siswa laki-laki yang tidak memakai topi. "Itu yang di bekakang gak pakai topi, silahkan maju ke depan."
Sontak perhatian semua siswa beralih menoleh ke belakang, ingin tau siapakah itu.
Andy melangkahkan kakinya maju ke depan, saatnya di berikan hukuman dan menjadi pusat perhatian siswa SMA Pelita.
Sang kepala sekola hanya geleng-geleng. "Kamu itu beprestasi, selalu juara di bidang olahraga. Tapi baru kali ini saya lihat kamu gak memakai topi. Apa alasannya lupa?"
Andy menggeleng. "Hilang pak, saya akan beli lagi di koperasi nanti."
"Berdiri disini sampai upacara selesai. Jangan di ulangi lagi, ini adalah peringatan pertama," tegas sang kepala sekolah, tidak di hukum karena Andy siswa berprestasi baru melanggar satu tata tertib dan masih bisa di maafkan.
"Eh, lo tau gak? Kalau-" ucapan Lisa terhenti ketika Jenny menarik rambutnya dan ber-sstt untuk diam.
"Ck, gak asik banget lo Jen," gerutu Lisa kesal, ia kembali mendengarkan wejangan panjang dari kepala sekolah.
***
Di kelas, Jisoo sangat kepo dengan apa yang di bawa Ratu. Dengan sedikit paksaan dan memohon, akhirnya di bukalah wadah itu yang ternyata berisi pisang goreng yang masih gurih dan hangat. Yang jago goreng siapa? Yo Kartika.
"Lo jualan?" tanya Jenny masih heran, karena baru kali ini ada yang mau berjualan di sekolah. Semua warga SMA Pelita itu kalangan holang kaya, parkiran terdapat mobil yang apik dan mengkilat.
Ratu mengangguk. "Oh ya, namaku Ratu Wiguna. Ratu," ia mengulurkan tangannya.
"Jenny, kalau yang gosip daritadi itu Lisa. Doyan makan Jisoo, kalau yang kalem Rose," ucap Jenny menjelaskan identitas ketiga temannya.
"Kok kayak personel BlackPink ya?" Ratu menggaruk kepalanya yang asli gatal beneran.
"Karena orang tua kita itu sahabatan, jadi pas kita lahir sekalian pakai nama BlackPink," sahut Lisa menjawab pertanyaan Ratu dengan ceria.
Ratu hanya mengangguk, unik juga. "Tadi, kamu mau ngomong apa Lisa? Kan Jenny marahin kamu gak boleh ngobrol pas upacara."
Lisa menarik tangan Ratu, memilih berbicara di pojok kelas karena ini rahasia daripada Jenny nanti cemburu, cewek itu juga menyukai Andy.
"Yang tadi ngasih lo topi, itu namanya Andy Prayoga, panggil Andy. Dia kapten futsal, keren banget deh pas lagi main. Tapi, sayangnya dia udah punya pawang. Lo jangan deket dia dulu, karena ceweknya itu tukang ngadu plus cengengnya ampun bang jago," Lisa menceritakan panjang lebar, menggebu dan sangat serius. Soal gosip ia akan paling bersemangat.
"Tapi, dia juga ketos. Selama ini dia gak pernah melanggar aturan sekolah. Kenapa rela ngasih topinya ke lo ya?" Lisa tampak berpikir, kenapa tidak di kasih ke dirinya saja ya?
"Kalau boleh tau nama pacarnya siapa?" tanya Ratu mulai kepo, pasti ketularan keponya Lisa.
Lisa berbisik. "Aswdfgkmneop. Nah, itu namanya."
Ratu mengangguk. "Kamu mau beli? Masih anget sih hehe kalau dingin kan gak enak," ujung-ujungnya juga menawarkan dagangan.
"Boleh, gue beli limaribu deh. Gak ada gorengan lain?"
"Selamat pagi," seorang guru memasuki kelas. Saatnya pelajaran pertama di mulai.
"Nanti aja ya kalau istirahat," Ratu kembali menutup wadahnya, meletakkannya di bawah.
Lisa berdecak, padahal perutnya lapar. "Iya deh," ujarnya lesu tak bersemangat, lupa sarapan.
"Eh? Ada anak baru ya? Ayo perkenalkan dirimu dulu. Tak kenal gak mau sayang, kalau udah kenal sayangnya nambah. Hehe jago banget kan gombalan bapak?" tanya pak Tampan percaya diri, seisi kelas tak ada yang menjawabnya biarkan saja berkarya dengan rayuannya.
Ratu maju ke depan, kalau semuanya tau ia siapa mungkin akan menjauh dan tak ingin berteman.
"Halo, namaku Ratu Wiguna. Ratu, pindahan dari SMA Bangsa," dengan senyuman singkat, lagipula buat apa menjelaskan secara detail siapa dirinya?
"SMA Bangsa? Itu kan sekolah buat orang gak punya. Kok lo bisa masuk kesini, punya uang?"
"Pasti anak beasiswa."
"Gak peduli, mau anak beasiswa atau gak dia tetap teman kita," sahut Lisa, sebutlah dia cantik dan pemberani.
"Beneran lo Lis? Mending gue daripada dia," sahut yang lain tidak suka.
"Sudah, silahkan duduk. Kita mulai pelajarannya, buka halaman 35."
Di halaman sekolah, Andy menyapu dedauan yang jatuh berserakan. Sendirian? Tidak, ada Fafa yang menemaninya bahkan cewek itu sudah beli minuman dingin di kantin tadi.
"Cepetan dong nyapunya, panas banget nih. Aku gak mau gosong sayang," rengek Fafa, ia meneduh di bawah pohon mangga, jadi pingin makan mangga aku.
"Kalau kamu gak ikhlas nungguin aku, balik aja ke kelas sana. Daritadi ngomel terus, telingaku bisa budeg tau!" sahut Andy marah, sudah berapa kali Fafa mengucapkan takut gosong, panaslah itu ini, ia capek mendengarnya.
"Aku ikhlas kok nungguin kamu," elak Fafa, ia mau menemani suka duka canda tawa sedih seneng bete marah. Asalkan selalu berada di sisi kekasihnya itu.
Akhirnya selesai juga, hukuman ringannya hanya menyapu halaman. Selesai, bisa mengikuti pelajaran.
"Ayo balik ke kelas, gak usah bolos atau cari alesan," ajak Andy, sebagai ketos tentu memberikan contoh yang baik kan?
"Beibs! Minum dulu! Kamu gak haus?" Fafa menyamai langkah Andy yang terburu-buru. "Itu di lap dulu keringetnya. Berhenti dong beb, sini."
Andy menghentikan langkahnya. "Cepetan, gak usah lama-lama," ketusnya, tangannya meraih botol dingin dari Fafa meneguknya habis. Panas-panas memang minum yang dingin itu seger.
"Nih, buang ke tempat sampah," Andy memberikan botol kosong itu kepada Fafa, ia melangkah pergi. Mungkin sedikit terlambat 15 menit karena hukuman tadi.
"Sayang! Ihh kok aku di tinggal sih?" tapi Fafa juga menurut membuang botol itu ke tempat sampah yang memang seharusnya.
***
Kriingg..kriingg.
Bel istirahat berbunyi, kantin atau perpustakaan. Tapi Ratu tentu memilih kantin karena ia juga harus jualan.
Di bantu dengan Lisa dan Jenny, sedangkan Jisoo dan Rose makan bakso pedas.
Lisa tugasnya berteriak sana-sini, Jenny melayani pembeli membungkuskan pisang gorengnya, dan Ratu menghitung uangnya.
"Ayo! Ayo! Pisang goreng seribuan! Nanti di kasih permen sama Jenny deh bonusnya!" teriak Lisa lantang, seisi kantin menatapnya heran tapi ada beberapa juga yang mau beli, permen manis lumayanlah menghilangkan rasa pahit yang pernah ada.
"Serius lo Lis? Permen apa? Gue minta paling banyak deh. Pisang gorengnya lima ya!"
"Jenny! Mana permennya? Gue udah beli nih," tagih salah satu cowok, tangannya menengadah.
Jenny berdecak. "Nih! Bacot lo. Makannya beli sendiri!" ketus Jenny, ia sama judesnya dengan Rose sekali di ganggu siap-siap sakit hati, sabar ya tenang sama kok.
"Gak nyampe lima menit pisang goreng lo habis!" pekik Lisa bangga. Akhirnya skill dagangnya sudah pro, tak perlu di ragukan.
"Itu ada apa sih rame banget?" tanya Gerald memakan siomay-nya yang sudah dingin, makan yang panas itu kurang enak bikin lidah sakit sama seperti hati.
"Katanywa adwa ywang jwal piswang gorweng," jawab Paijo masih mengunyah mie ayam-nya, sangat kesulitan untuk bicara apalagi jujur dan apa adanya. Asek ya gak?
"Siapa?" tanya Andy penasaran.
Fafa menyuapkan lagi cilok kepada Andy. Biarlah semuanya tau kalau ketos tampan di sampingnya ini adalah kekasihnya diriku dan simpanan dirinya, judul film apa sih?
"Sayang, aaaa aku cuapiin sini. Buka mulutnya dong," nadanya di buat-buat manja. Tapi Andy menerimanya.
"Jo, beliin pisang gorengnya ya? Tiga aja. Cepetan! Nanti keburu habis!" sudah lama ia tak mencicipi gorengan, kantin hanya menjual makanan enak dan sedikit berkelas.
"Ywang juwalan itwu anwak barwu," tambah Paijo sebelum pergi beli pisang goreng. Masih sempat-sempatnya makan.
"Anak baru?" Andy berpikir sejenak, ia jadi ingat dengan cewek yang di sebelahnya saat upacata tadi. Tidak memakai topi.
"Jo! Sekalian tanya namanya siapa!" teriaknya lagi sebelum Pajio jauh dan pendengarannya budeg.
Paijo hanya mengacungkan jempolnya. Bagus, harus tau namanya siapa.
"Sayang, kenapa beli pisang goreng sih? Kan kamu bisa habisin ini dulu. Inget, kamu itu orang kaya. Jangan makan-" ucapan Fafa tersela oleh Gerald malah menceramahinya.
"Emang kenapa kalau Andy makan itu? Lagian juga gak mati, masih sehat. Selagi itu makanan halal kenapa gak? Kalau haram, baru gak boleh karena darisitu semua doa-doa gak di Ijabah sama Allah," tutur Gerald memberikan wejangan pada Fafa, kasih faham bos!
Fafa berdecak kesal. "Nyaut aja lo! Makan ya makan aja, gak usah ngomong!" Fafa emosi memang Gerald tidak menyukainya, sedangkan Paijo hanya bodoamat-an.
"Jangan ribut, bikin gue bete aja. Kamu gitu Fa, jangan menilai makanan dengan gampang. Terserah aku mau makan apa. Kamu itu masih pacar, bukan istri," kata-katanya itu sangat pedas, Fafa pun menunduk, tau kan? Sedih dan akhirnya nanges.
Karena tak kuat di marahi, Fafa menangis. Tapi mau bagaimana pun juga, Fafa itu pacar. Andy menenangkannya.
"Udah, jangan nangis. Gak usah cengeng. Nih, lap sendiri," Andy mengulurkan tisu pada Fafa. Jangan harapkan seperti adegan romantis dimana sang cowok mengusap air mata cewek dengan tangan atau sapu tangan, kok ruwet ya? Pokoknya begitu, ini beda!
Fafa meraih tisu itu kasar. 'Gak pernah bisa romantis! Tapi aku tambah cinta,' batinnya tak bisa mengelak, sudah terlanjur cinta monyet-monyetan.
Gerald hanya tersenyum melihat itu. 'Kalau pun nanti putus sama Fafa. Siapa ya yang bakal bisa ngeluluhin sifat cueknya?' batinnya kepo banget, siapa tau kan bisa putus? Ayo doain biar Fafa cepet minggat dari Andy.
***
Author Hikmdr nulis scene ini be like: Tangan gatel, teriak kesel, bete akut, gigit roti, ngetiknya ngebut kayak gak ada beban pas buat curhat.
7:05 pagi.
See you readers-,
Paijo memberikan uang lima ribu. "Tiga ya. Nama kamu siapa?" tanya Paijo lembut dan tenang, sifat playboy-nya kumat lagi.Ratu menoleh. "Ratu. Lis, ini pisang gorengnya tiga. Nih kembaliannya," seperti biasa Ratu memang ramah pada semua pelanggan entah cogan atau cecan.Lisa mengambilkan tiga pisang goreng. "Salam ke Gerald ya. Pingin minta nomornya, boleh gak? Gue kasih bonus satu pisang goreng deh," Lisa membujuk Paijo dengan siasat negoisasi, karena sifat Gerald yang sebelas duabelas tigabelas sama dengan Andy sangat cuek dan irit bicara.Paijo tampak berpikir. "Tapi tambahin dua. Gue juga mau dong pisang goreng. Huh lo tau kan kalau Andy gak akan ngasih satu biji pun ke gue malah di suruh beli sendiri," curhatnya pada Lisa, setidaknya lega daripada diam dan nanges di pendam sendiri.Lisa mengangguk. "Iya deh. Cepet nomernya," Lisa langsung siap-siap mengetik nomor Gerald di hp canggihnya dengan apel tergigit setengah.
"Namaku pak Dirga. Kalau kamu nak?"Andy tersenyum. "Andy. Senang bisa berkenalan dengan bapak," kalau sudah mengenal orang tuanya, ia bisa leluasa mendekati Ratu.Fafa yang melihat keduanya berinteraksi mendengus kesal. 'Ngapain juga harus kenalan sama bapaknya? Ih, bisa gak sih tadi Ratu gak usah bareng aja? Bikin kesel! Gara-gara dia jadinya aku duduk di belakang yang panas dan gerah,' batinnya melirik Dirga tak minat, kehadiran pria itu membuatnya sumpek.Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya sampai juga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Ratu, Dirga Andy dan keluar saling mengobrol sedangkan Fafa tetap stay safe di dalam mobil tak mau turun."Mari mampir nak. Ngeteh sebentar, di rumah lagi sepi. Ibu di kebun ambil pisang," ujar Dirga menawari Andy mampir, cowok itu menolaknya ya mengantarkan Fafa pulang daripada gadis itu rewel."Tidak perlu pak. Saya ingin mengantarkan Fafa pulang. Lain waktu saja. P
Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan standar akan menuju sekolah SMA Pelita. Mobil Raja, akhirnya setelah rindu beberapa hari yang tertahan bisa di obati dengan sebuah pertemuan.Raja juga berangkat dengan Ares, tapi cowok itu memilih duduk di belakang. Lebih nyaman dan enak untuk menyendiri."Ratu kelas apa? Biar nanti bisa satu kelas sama dia. Pingin jagain dari deket," Raja membuka obrolan, beberapa menit terdiam karena Ares tak menggubrisnya."Res? Lo tidur? Kok gak jawab?" tanya Raja heran, gumaman malas dari Ares membuatnya tau bahwa temannya itu masih mengantuk."Jojo bilang Ratu kelas sebelas Ips satu. Emang lo mau masuk sosial? Biasanya juga males karena ada sejarah," Ares berujar dengan lesu, matanya sayu ingin terpejam tapi di tahan karena mau ke sekolah.Raja mengangguk. Ia hampir saja lupa. "Oh, gak apa-apa asalkan tiap hari bisa liat bidadari cantik turun dari mata ke hati," gombal Raja. Kalau
"Itu dagangan aku kenapa sama kamu? Sini gak!" Ratu berusaha meraihnya namun Raja malah bermain-main dengan meninggikan sedikit wadah dagangan-nya itu. Dasar Raja! Mentang-mentang tinggi ia tak bisa mencapainya. Ares hanya diam. Tidak mau ikut campur. Selagi Raja tidak menyakiti hati Ratu itu tak masalah. Raja terkekeh, matanya mengamati setiap inchi wajah Ratu yang kini kesal dengan bibir mengerucutnya. Raja merekam setiap bentuk wajah Ratu untuk di ingat dalam pikirannya, bisa di ulang saat rindu. "Aku bantuin kamu dagang boleh?" tanya Raja, selain itu ia ingin lebih dekat dengan Ratu, kekasihnya. Ingat, belum ada kata putus. Ratu menggeleng, ia masih waras agar tidak berurusan dengan Raja. Puisi itu sudah membuktikan bahwa Raja menang gila! Bahkan mirip seperti psikopat. Dengan sedikit berjinjit, Ratu berhasil mengambil alih wadah dagangan-nya. Lalu melangkah pergi meninggalkan Raja dan Ares. Mereka berdua haru
"Fafa! Kamu jangan kasar sama Ratu. Udahlah, aku gak mau satu payung sama kamu," Andy menjauhkan dirinya dari Fafa, tangannya menarik Ratu agar ikut masuk ke dalam mobilnya.Fafa pun membuka pintu mobil bagian belakang, ini memang hak-nya karena kedua orang tuanya pun sudah mengenal Andy bertahun-tahun. Terserah mau berbuat apa."Temen aku gimana? Aku gak enak kalau pulang duluan. Mereka berteduh disana," Ratu menunjuk supermarket IndoJaya, Jenny dan yang lainnya menatap pandang ke arahnya. Berharap bisa pulang secepatnya."Sebentar, aku keluar dulu. Kamu disini aja ya?" Andy keluar dari mobil, langkahnya menghampiri Jenny dan yang lainnya.Di dalam mobil, Fafa menarik rambut Ratu dari belakang. Sontak membuat Ratu kaget dan menjerit kesakitan."Sakitt! Lepaskan! Jangan begini! Nanti rambutku-arghh," Ratu berusaha menyingkirkan tangan Fafa yang begitu kuat menarik rambutnya."Gue akan lepasin rambut lo tap
Kedatangan Andy dengan wajah datarnya membuat Gerald dan Paijo heran."Lo kenapa kok wajah di tekuk gitu? Ada masalah?" tanya Gerald hati-hati, ia tau ketika marah Andy sedikit sensitif dan mudah emosi.Andy menghela nafasnya. "Gue putusin Fafa," jawabnya tegas. Sama sekali tidak ada penyesalan, ini adalah keinginannya sejak dulu namun tak bisa memutuskan tanpa ada alasan tapi sekarang sudah ada bukti kuatnya.Paijo terkejut. Sejenak ia menghentikan kunyahan permen karetnya."Kenapa di putusin? Udah gak cinta lagi sama Fafa? Mending buat gue aja daridulu. Pasti dia sekarang lagi nangis," Paijo juga tertarik dengan Fafa, tapi dengan kata lain tak berani menikung Andy yang masih berpacaran dengan cewek itu, dan dulu.Tak ada jawaban, Gerald mencubit lengan Paijo agar tidak membahas Fafa. Pasti Andy menahan amarahnya."Sakitt tau! Merah nih," Paijo menunjuk bekas cubitan Gerald di tangannya.Di k
Di kantin, semangat Ratu untuk berjualan pisang goreng seperti biasanya pudar. Pikirannya melayang masih ingat kata-kata Raja yang membuat hatinya tidak tenang."Gue pisang gorengnya empat. Gue harus paling pertama," ujar salah satu pembeli, memang datang pertama kalinya.Ratu melamun, tidak menanggapi pembelinya.Lisa yang menyadari itu pun menepuk bahu Ratu dan bertanya 'kenapa?' hanya jawaban menggeleng tanpa berkata apa-apa. Lisa semakin heran, tidak seperti biasanya Ratu lebih banyak diam.Ratu tersadar. "Aku capek. Kalian aja ya yang melayani pembelinya? Aku juga laper pingin makan."Lisa mengangguk. "Oh, ok. Tenang aja, pasti semuanya bakalan habis. Karena gue jagonya!" seru Lisa bangga, Ratu hanya menggeleng heran. Lisa sangat bersemangat.Ratu bergabung dengan Jisoo dan Rose."Tumben mau makan? Biasanya juga gak mau," ceketuk Jisoo sambil menikmati es teh-nya.Raja dan Ares dat
Ratu tersenyum remeh. "Apa? Sayang? Kamu itu gak menghargai perasaan aku. Sadar Raja! Selama ini aku selalu sabar dengan sikap kamu yang gila itu. Sampai Fafa jadi sasarannya. Aku kecewa sama kamu. Aku benci kamu Raja!" teriak Ratu frustasi, hatinya lelah menghadapi sifat Raja. Cowok itu selalu bermain-main.Raja menggeleng. Tangannya meraih jemari Ratu yang bebas. "Aku gak sengaja. Maafin aku ya? Aku kira Fafa bakalan nolak, tapi dia mau."Ratu menghempaskan tangan Raja. "Dan kamu juga mau.""Sayang maafin aku ya? Kamu jangan-""PERGI KAMU! AKU BENCI KAMU RAJA! ANGGAP KITA GAK PERNAH KENAL!" Ratu mendorong Raja agar menjauh, namun dorongan kuatnya itu membuat Raja terduduk di lantai."Ratu, kamu ingat baik-baik. Aku mencintaimu itu dengan caraku sendiri. Suatu saat nanti, dia-" Raja menunjuk Andy. "Pasti akan ada berbagai masalah. Aku bisa jamin itu. Kisah cinta gak akan selalu manis Ratu," Raja menasehati, kata-katanya tulus.
Fafa menatap seseorang yang dulunya spesial kini tidak apa-apanya. Tatapannya dingin kehangatan itu seolah sirna di terpa oleh debu bersama anginnya. Fafa merasa kehilangan orang yang sangat di cintainya.Bahkan sekarang Fafa berani pindah tempat duduk dan bertukar posisi dengan Gerald meskipun negoisasinya itu di tolak mentah-mentah kalau Fafa tidak menyodorkan beberapa lembar uang merah."Tinggalin dia. Kamu balik lagi sama aku ya?" Fafa sedikit memohon, sama saja meminta lagi apa yang telah di buang dan merasa sia-sia padahal kehadiran Gio terasa kurang cukup baginya. Terlalu berlebihan dalam sebuah pilihan memang.Andy menoleh. "Gak, lagipula dia itu selalu ada. Pasti sebelumnya masih sama dia kan?" hanya ingin meminta kejujuran dari mulut Fafa langsung daripada orang lain yang akan menimbulkan rasa sakit hati begitu hebat.Fafa menggeleng lemah meskipun itu benar dan tak bisa di tutupi dengan kebohongan, namun sudah terlanjur
"Lo tau gak sih kalau Andy balikan lagi sama Ratu?" tanya Moza sambil memakan mie ayamnya yang sudah dingin itu. Gosip sekecil ini tentu mudah ia ketahui. Karena ia juga punya orang dalam yang memantau Ratu dan Andy.Fafa mengernyit, sedikit tertarik dengan apa yang Moza katakan. Balikan? Cepat sekali cowok itu melupakannya setelah kemarin masih mencintainya berbalik membencinya?"Emang lo punya bukti?" Fafa tidak percaya begitu mudahnya. Karena ia pikir Andy pasti masih mencintainya meskipun terbalut rasa benci yang mendominasi sekaligus amarah dan tatapan sinis setiap kali Fafa menatap mata berhazel coklat terang itu."Nanti lo bakalan liat sendiri. Tapi, pakai cara ini. Sini biar gue bisikin," Moza terbesit ide cemerlang untuk memaksa Ratu agar mengakui statusnya saat ini. Gadis polos itu pasti tak akan angkat bicara dengan mudahnya kalau bukan dengan paksaan.Fafa tersenyum senang. "Bagus juga rencana lo. Jangan sampai ada yang tau."
Setelah sampai di rumah, Ratu memandangi ponselnya. Apakah ada notifikasi dari kekasihnya itu?"Apa aku chat duluan aja ya?" pikirnya, tapi hatinya gengsi. Ratu menggeleng, ia tidak tau harus mengatakan apa.Ting!Satu notifikasi pop-up membuat jantung Ratu berdegup kencang. Hanya satu kata saja sangat bermakna bagi perasaannya yang masih ada meskipun pernah di sia-siakan sebentar lalu kembali lagi.He is mineKangen19:00AndaTadi kan udah ketemu sama kamu. Besok juga sekolah kan? Jadi bisa ketemu lagi19:01"Makannya daritadi ibu panggil di suruh makan malah senyum liatin hp. Chat sama siapa ya?" Kartika tiba-tiba datang, ia mengintip tampilan chat Ratu tapi anaknya itu mematikan ponselnya."Apa? Oh tadi aku gak kedengeran bu. Lagian kan diluar lagi hujan deras banget," kilahnya. Hujan deras memang pas buat alasan.Kartika mengangguk, faham saja lah. Ia tau Ratu berbohong
Di kantin, bukannya makan tapi fokus Raja menatap Andy yang selisih beberapa tempat duduk itu. Apalagi nama Ratu yang disebut-sebut serta dukungan dari Gerald dan Paijo."Pokoknya lo semangat aja deh perjuangin Ratu lagi," Paijo menyemangati, kali ini ia tidak mengunyah makanan karena pesanan-nya belum datang.Ares menyodorkan es teh dingin untuk Raja. "Minum dulu yang seger. Jangan emosi terus," ujarnya menasehati.Raja menoleh. "Gue gak suka Ratu balik lagi sama dia res. Ratu masih pacar gue," bantah Raja tak terima, bahkan dirinya belum memutuslan sendiri hubungannya dengan Ratu. Dan Ratu masih berstatus sebagai kekasihnya begitu pikir Raja."Gak suka lo bilang?" tanya Ares membeo. Telinganya salah dengar dengan apa yang Raja katakan. Cinta darimana kalau Raja menerima Fafa dengan mudahnya?"Terus Fafa siapa lo? Cewek mainan? Atau simpenan doang?" tanya Ares menusuk, tidak suka rasanya adiknya sendiri di permainkan
Tepat hari ini, SMA Pelita mengikuti olimpiade tingkat provinsi yang setiap tahunnya di laksanakan satu tahun sekali. Ada beberapa dari SMA lain yang sebagai pesaing.Seperti Raja saat ini di temani oleh Ares saja."Lo gak belajar dulu?" tanya Ares mengernyit, Raja sangat santai bahkan cowok itu sedari tadi hanya bermain games.Raja menggeleng. "Gak ah, nih mumpung ada wifi gratis sikat aja lah. Lagian gue pasti menang kok," Raja sangat percaya diri bisa mengalahkan Andy dengan mudahnya."Yakin?" Ares ragu, meskipun Raja sangat pintar dan tak perlu di ragukan lagi kecerdasannya dalam bidang akademik.Raja mengangguk mantap. "Yakin. Dan lo jangan nonjok gue lagi. Udah bikin taruhan sama Andy kalau yang menang bakalan dapetin Ratu," matanya sama sekali tak bisa beralih dari game favoritnya, meskipun begitu ia tetap berkosentrasi walaupun Ares mengajaknya berbicara.Ares sebenarnya tidak terima jika adiknya d
Tapi reaksi Ratu sangat berbeda ketika Raja dengan mudahnya membalikkan hati dan berpindah ke yang lain.Lisa yang melihat kesedihan di wajah Ratu pun menawarinya degan. "Panas banget kan? Nah, lo minum yang seger-seger. Biar hatinya adem," Lisa menggeser segelas es degan yang ia beli masih utuh dan aman itu kepada Ratu di sebelah kanan-nya.Tapi tatapan nanar Jisoo karena sangat doyan makan san minum pun juga mau. "Gue mana Lis? Kok gak di kasih es degan juga?" nada Jisoo sangat putus asa seolah es degan itulah yang melepas dahaganya sekarang di cuaca siang hari yang sangat terik.Lisa menghela nafasnya, kalau sudah ada Jisoo pasti minta di traktir. "Gak ada, beli aja sana sendiri," jawab Lisa dengan malas.'Dua-duanya sama. Mudah membalikkan hati dan memilih wanita lain. Jadi, begini ya di sakiti dua kali secara bersamaan? Aku kira Raja bakalan jadi orang yang lebih baik, dan buat Andy dia udah bener melepas Fafa yang gak pantes sama sekali dan terlalu
Pagi sekali Andy sudah sampai di rumah Fafa, ia menjemput gadisnya untuk berangkat bersama. Saat menunggu di depan gerbang, tawa renyah Fafa dengan suara berat laki-laki itu mengalihkan Andy dari ponselnya yang tadinya ingin mengirimkan pesan kepada Fafa."Kamu hari ini cantik banget sayang. Aku tambah cinta sama-""Oh jadi ini ya chat aku seharian gak di bales dan nomor kamu gak aktif," sela Andy cepat, langkahnya menghadang Fafa dan laki-laki di sebelahnya yang memakai seragam berbeda."Dia siapa?" tanya Andy dengan nada dingin. Rasa tidak suka sekaligus cemburu menjadi satu. Pikirannya berkelana kemana-mana tentang laki-laki di hadapannya saat ini."Pacar aku. Iya kan sayang?" Gio menjawabnya dengan jujur, berbeda dengan Fafa yang terdiam dan gugup. "Emangnya lo siapa? Ngapain kesini?" Gio balik bertanya, karena selama ini hanya dirinyalah yang selalu datang ke rumah Fafa tidak ada laki-laki lain.Andy mengepalkan tangannya. Pacar? Jadi selama i
Saking senangnya, Andy mengajak Fafa ke sebuah kafe. Makan bersama atau kencan lagi. Disini Fafa paling bahagia, senyuman manis dari bibir pink merona itu tidak pernah luntur. Fafa begitu bahagia karena akhirnya bisa mengambil alih lagi, Andy dari Ratu yang hanpir berhasil memiliki Andy sebagai kekasih. Namun tidak untuk sekarang, status itu berubah menjadi mantan."Enak banget nih sayang. Kamu cobain deh spagheti punyaku," tangan Fafa siap menyuapkan spaghetinya. Tapi Andy menggeleng. "Gak usah, aku udah punya sendiri. Kamu makan aja," tolaknya halus, tapi kali ini tidak ada nada dingin dan wajah datar seperti berpacaran dulu, senyumannya membuat hati Fafa menghangat dan berdebar.Senyuman Fafa pudar. 'Kenapa gak mau? Padahal aku pingin romantisan,' batinnya sedikit kecewa.Selesai makan, Fafa sibuk membalas pesan dari rekan kerjanya sebagai model.Andy memperhatikan Fafa. "Sibuk banget ngetiknya. Serius gitu, penting ya?" tanyany
Malam ini Ratu tak berkosentrasi belajar. "Arghh," ia mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya masih terbayang bagaimana Andy kembali lagi dengan Fafa. "Ini namanya cinta satu detik. Ck, sudahlah buat apa aku mengingatnya? Mereka sama saja selalu ada maunya dan ingin menang sendiri," tangannya kembali mengerjakan tugas PR Sejarah hingga selesai. Jam 12 malam, Ratu menguap. Sangat melelahkan belajar semalaman. Tapi setidaknya mengenyahkan pikirannya dari rumitnya cinta. *** Ratu yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya saat keluar dari kamar dan berbalik di kejutkan oleh kehadiran Raja, jangan lupakan senyuman jahilnya. Ratu berdecak kesal. "Kamu ngapain kesini? Kenapa bisa tau alamat rumahku?" tanya Ratu panik, bagaimana kalau bapak dan ibunya tau? Bisa gawat! Dan berpikir Raja ini pacarnya. Raja terkekeh. "Karena aku tau semuanya tentang kamu. Bahkan kedua orang tua kamu tadi menyapaku dan mengajak sarapan bareng. Gak ap