Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan standar akan menuju sekolah SMA Pelita. Mobil Raja, akhirnya setelah rindu beberapa hari yang tertahan bisa di obati dengan sebuah pertemuan.
Raja juga berangkat dengan Ares, tapi cowok itu memilih duduk di belakang. Lebih nyaman dan enak untuk menyendiri.
"Ratu kelas apa? Biar nanti bisa satu kelas sama dia. Pingin jagain dari deket," Raja membuka obrolan, beberapa menit terdiam karena Ares tak menggubrisnya.
"Res? Lo tidur? Kok gak jawab?" tanya Raja heran, gumaman malas dari Ares membuatnya tau bahwa temannya itu masih mengantuk.
"Jojo bilang Ratu kelas sebelas Ips satu. Emang lo mau masuk sosial? Biasanya juga males karena ada sejarah," Ares berujar dengan lesu, matanya sayu ingin terpejam tapi di tahan karena mau ke sekolah.
Raja mengangguk. Ia hampir saja lupa. "Oh, gak apa-apa asalkan tiap hari bisa liat bidadari cantik turun dari mata ke hati," gombal Raja. Kalau saja Ratu ada di sisinya mungkin cewek itu malu-malu dan salah tingkah.
***
Di sekolah SMA Pelita, mobil mewah hitam mengkilat memasuki gerbang dan parkir dengan sederet mobil guru itu menjadi pusat perhatian siswa yang berseliweran.
"Mobil siapa? Bagus banget. Pasti holang kaya!"
Raja dan Ares keluar dari mobil, Raja dengan kacamata hitamnya sedangkan Ares seragam yang rapi dan rambut basah karena keramas. Para siswi perempuan yang melihat itu pun memekik histeris melihat kegantengan nyata di depan mata.
"Ayo res, ke ruang kepsek dulu," ajak Raja menyampirkan tas-nya di bahu. Dengan gaya jalan yang pelan dan terlihat cool, ia menjadi pusat pandangan para siswi yang tak bisa berkedip dan bergerak.
Ares mengangguk. Rasanya tidak sabar bertemu sang adik setelah berpisah beberapa hari karena memang harus pindah dengan masalah biaya.
Ratu yang baru sampai pun segera berlari kecil, hari Rabu ini adalah jadwal piketnya.
"Jangan lari nak! Awas jatuh!" teriak Dirga khawatir, setiap Ratu berlari pasti berakhir dengan jatuh lalu sakit tapi tidak menangis, luka biasa saja dapat sembuh dengan sendirinya daripada luka hati yang lama tak bisa di sembuhkan.
Tak mendengar nasehat Dirga, akhirnya Ratu terjatuh.
"Aww, luka lagi," Ratu menatap lututnya yang berdarah.
Mendengar suara Ratu saja membuat Raja tambah bersemangat. Raja menoleh, Ratu-nya terjatuh.
"Kamu gak apa-apa? Sakit? Sini aku obatin ke UKS," Raja mengulurkan tangannya, Ratu mendongak dan diam.
'Raja? Kok dia sekolah disini? Bagaiamana bisa tau kalau aku pindah?' batin Ratu bertanya-tanya. Padahal rencana pindahnya itu di sembunyikan dengan rapi dari pihak sekolahnya.
"Dek? Ayo ke UKS aja. Lutut kamu berdarah gitu nanti infeksi," suara Ares membuat Ratu mengalihkan tatapan-nya. Kakak-nya juga ikut pindah?
Ratu berusaha berdiri. Ia mengabaikan Raja dan Ares. Jalannya terseok sedikit, ringisan dan rasa perih itu Ratu tahan. Masa bodoh dengan kehadiran Raja dan Ares, mereka hanya ingin tau keberadaannya selain itu tidak ada.
Di kelas, Ratu piket dengan Jenny dan Lisa. Tapi menyapu lebih lama karena Lisa mengajaknya bicara daripada Jenny yang selesai lebih dulu.
"Gue denger ada dua cowok yang pindah sekolah kesini. Dia ganteng banget, yang satunya kaya tapi temennya biasa aja. Kalau gak salah hm namanya Raja dan Ares. Eh-tapi kok namanya cocok ya sama lo? Raja dan Ratu," Lisa memandangi Ratu curiga, di tatap seperti itu membuat Ratu gugup. Jangan sampai Lisa tau bahwa Raja masih pacarnya karena belum ada kata putus.
Ratu memilih melanjutkan piketnya, Lisa terus saja membicarakan tentang siapa itu Raja dan Ares. Lisa juga mendukungnya agar berpacaran dengan Raja karena namanya sama-sama cocok.
Di ruangan kepsek, Raja dan Ares selesai berbincang dengan pak Galuh. Raja meminta kelas sebelas Ips satu dan sang kepala sekolah menyetujuinya karena Raja akan menjadi donatur besar di SMA Pelita setelah menggeser posisi Andy.
"Kita permisi dulu ya pak mau masuk kelas daripada terlambat sedikit kan gak baik," pamit Raja, pak Galuh mengangguk. Beliau memuji Raja yang sangat disiplin waktu.
Kesan pertama masuk sekolah Pelita bagi Raja adalah lancar dan baik.
Selama berjalan menuju kelas, para cewek-cewek pun mengikuti langkah Raja dan Ares. Menarik tangan keduanya, mengajak foto, atau berusaha memeluknya karena dua siswa baru yang sama-sama gantengnya subhanallah.
Raja menyingkirkan tangan nakal itu dengan halus, ia harus tetap baik agar di kenal semua cewek sebagai predikat cowok baik. Demi Ratu, semuanya pasti akan kembali sesuai keinginannya.
Ares, betapa merindukannya dengan sang adik. Memang tempat tinggalnya terpisah karena ini permintaannya sendiri yang ingin hidup mandiri tanpa harus menyusahkan kedua orang tuanya dan juga Ratu. Adiknya itu pekerja keras, tak pernah menyerah atau mengeluh capek sedikit pun. Rasanya Ares merasa gak enak selama ini dirinya jarang membantu Ratu berdagang.
Pak Alex yang melihat kerumunan cewek ramai dan sok baper itu heran. Ada siapa memangnya? Pasti cowok, tidak mungkin cewek dan cewek.
Langkah pak Alex membelah kerumunan. Benar saja dugaannya ada dua siswa baru dengan seragam putih abu-abu yang masih baru? Aduh mbulet. Pak Alex menyapanya.
"Siswa baru? Kelas apa ya kalau boleh saya tau?" tanya pak Alex penasaran, biasanya selalu berada di kelas unggulan Sains satu karena jumlah siswa yang sedikit, persaingan prestasi memang kuat.
Raja mengangguk. "Iya pak, kita mau nyari kelas sebelas Ips satu dimana ya?"
"Oalah, kalau iku gampang. Karena saya sendiri wali kelasnya. Ayo melu bapak biar tau kelasnya ndek endi," aksen campuran Jawa-Indonesia, pak Alex ramah dengan semua murid. Terkadang ia istirahat di kantin daripada ruang guru yang hening, mengobrol dengan murid-muridnya.
Saat sampai di kelas, suasana yang tadinya ramai karena Lisa memberikan gosip cowok ganteng pindahan itu terdiam dan kaget. Ternyata yang di gosipin satu kelas.
"Silahkan perkenalkan diri kalian."
Lisa menyikut Ratu yang masih sibuk mengerjakan tugas Ips dari pak Alex, meskipun berstatus siswi baru tapi yang namanya PR harus di selesaikan meskipun tidak tau daripada nanti di berikan hukuman.
"Ratu, udah dong nulisnya. Tuh liat, gue gak tau mana yang namanya Raja. Kalau tebakan gue sih, yang pakai kacamata hitam. Soalnya cool, tinggi, dan mirip badboy gitu," Lisa mengamati cowok berkaca mata hitam, Raja. Memang cocok sesuai penilaiannya, ia juga tertarik.
Ratu tak menggubrisnya. Ia tetap fokus menyalin tugas PR milik Lisa. Yang terpenting selesai saat ini juga.
Tak ada tanggapan, Lisa menyembunyikan buku tulis Ips-nya dari Ratu. Seketika cewek itu berdecak kesal karena gagal menyalin tugas. Lisa menahan tawanya.
"Lis, aku belum selesai. Cuman satu jawaban lagi. Nanti kalau pak Alex tau aku gak ngerjain PR gimana? Nanti di hukum Lis," pinta Ratu memelas, tapi reaksi Lisa malah terkekeh.
"Halo, perkenalkan nama saya Raja Rajendra panggil aja Raja. Dan di sebelah saya Ares Wiguna, Ares. Kami pindahan dari SMA Permata. Saya harap bisa berteman baik dengan kalian," senyuman Raja tak bisa luntur, bagaimana tidak? Ia sudah menemukan objek yang di carinya yaitu Ratu yang kini menatapnya bingung. Ah, pasti pacarnya itu masih kaget.
"Bentar, Wiguna? Kok namanya sama kayak Ratu?"
"Kalian itu siapa?"
Pertanyaan mengherankan dari beberapa cewek cowok itu berpikiran nama Ratu dan Ares sama.
"Oh ya, satu hal lagi. Kalau Ares adalah kakak dari Ratu. Makannya nama Wiguna sama," Raja menjawab pertanyaan itu dengan jujur, biarlah semuanya tau. Karena di sekolah yang dulu, Ratu dan Ares saling tidak mengenal bahkan dekat sekali pun. Mereka tak menunjukkan identitas sebagai kakak-adik saat itu.
Ratu menghela nafasnya, kalau sudah di ketahui pasti nantinya ia akan menjadi korban lagi. Ares, kakak-nya itu memiliki pesona menarik, pastinya kaum hawa manapun akan tertarik.
Lisa terkejut. "Jadi-Ares itu kakak lo? Kenapa gak bilang daritadi! Kalau kayak gini kan enak bisa ngomong langsung sama adik ipar," goda Lisa, akhirnya mempunyai lampu hijau.
Rose yang mengagumi Ares pun tersenyum. Ia tertarik, karena Ares cuek sama seperti dirinya. Tapi ia tidak sadar kalau ternyata Lisa juga saingannya.
"Silahkan duduk di bangku belakang yang masih kosong itu ya," ucap pak Alex mempersilahkan Raja dan Ares duduk.
Tempat duduknya pun tepat di belakang Ratu dan Lisa. Hati Raja senang? Iya, selain ada di hadapannya ia bisa mengganggu Ratu.
"Ternyata dunia itu sempit ya? Bisa ketemu lagi sama pacar," Raja angkat bicara, matanya menatap Ratu yang ada di hadapannya.
Merasa tersindir, Ratu mengabaikannya. Entah sampai kapan Raja itu mencintainya, padahal perasaannya dengan Raja sudah hilang setelah tau sisi gelap dan menyeramkan seorang Raja Rajendra. Memikirkan itu saja membuat Ratu bergidik ngeri.
Raja tersenyum, ia tau apa yang harus di lakukan agar kekasihnya itu tau kerinduannya.
"Res, gue pinjem kertas lo ya?" pinta Raja dengan santainya dan mendapatkan tatapan tajam dari Ares. Enak aja pinjam kertas, kalau pinjam perasaan terus gak di balikin? Sakit.
"Maksud lo minta kertas? Masa pinjem kertas, kalau udah lo pake ada coretannya gue gak mau. Yang bener mana?" tanya Ares kesal, Raja selalu saja membingungkan pikirannya. Untung saja masih teman sejak masa SMP, kalau bukan teman sudah Ares hajar karena Raja mengusiknya.
Raja terkekeh. "Minta, sorry salah ngomong. Sini, gue mau mengungkapkan kerinduan ini sama pacar gue yang ada di depan tuh," tunjuk Raja dengan dagunya, suaranya pun terdengar karena suasana kelas yang sepi. Tapi pak Alex tak menegurnya karena sebelumnya sudah tau siapa sebenarnya Raja Rajendra.
Raja mulai menulis sajak puisi, Ratu menyukai puisi.
Saat waktu mengizinkan berjumpa
Aku senang bisa memandangnyaMeskipun kamu pura-pura lupaTapi cintanya masih adaHai bidadari yang cantik
Senyumu masih melekat di hatiMata indah yang lentikKamu milikku sampai matiDari Rajamu untuk Ratuku
"Sstt, lo yang di sebelah Ratu. Ini buat dia," Raja memanggil Lisa dengan lirih, cewek itu menoleh.
Lisa mengangguk. "Tapi, harus ada imbalannya dong," tangan Lisa masih belum mau menerima kertas yang di sodorkan oleh Raja. Cowok itu berdecak, sedang kesal.
"Imbalan apa? Uang? Mau berapa gue transfer sekarang. Nomor rekening lo?"
Lisa menggeleng. "Bukan itu ganteng, tapi-" matanya melirik Ares yang fokus memperhatikan penjelasan materi Ips pak Alex. Aduh alamak! Di lihat dari dekat saja Ares gantengnya berkali-kali lipat. Inikah yang di namakan pandangan pertama?
Raja mengikuti arah pandangan Lisa, ternyata Ares. Jadi cewek itu menyukai Ares?
"Res, lo di sukai sama nih cewek. Dia cinta sama lo," tunjuk Raja pada Lisa langsung to the point saja daripada mencintai dalam diam itu menyakitkan.
Ares melirik sekilas. "Oh," sahutnya datar.
'Cuek banget sih, adiknya aja gak. Kalau kayak gini jadi susah meluluhkan hati Ares,' batin Lisa kesal, sekali menaklukan hati yang membeku akan cair dengan orang tepat.
"Imbalan macam apa itu? Gue gak mau gitu. Sini dulu," Lisa mengajak Raja agar mendekat, membisikkan sesuatu. Raja malah senyum dan mengatakan gampang. Lisa menghela nafasnya, gampang tapi Ares-nya cuek.
"Nih, kasihkan ke Ratu. Jangan di baca karena itu bukan hak lo!" tegas Raja menasehati Lisa.
Ratu menerima kertas itu, Lisa menunjuk Raja agar tau darimana asal-muasal kertasnya.
Ratu membacanya dengan serius, setelah selesai di bait terakhir, hatinya cemas, khawatir dan takut. Raja itu berlebihan. Tangannya menyobek kertas itu menjadi potongan kecil-kecil, tidak ada perasaan lega setelah Raja menyampaikan pernyataan rindunya. Sampai mati. Dua kata itu membangkitkan ketakutan-nya. Haruskah ia mengatakan hal ini pada kakak-nya?
Ratu menggeleng, tidak itu bukan cara yang benar. Pasti Ares akan bertanya lebih.
Melihat Ratu yang gelisah, Lisa pun tau dan peka. "Lo kenapa? Wajahnya pucet banget. Emang itu isinya apaan sih?" tanya Lisa kepo, ingin sekali ia baca tulisannya tapi Ratu merobeknya.
"Jangan di robek dulu. Padahal tadi mau gue baca," ujar Lisa sedih, siapa tau tulisan itu gombalan. Kalau ia baca mungkin akan baper sendiri tanpa ada yang mau bertanggung jawab atas perasaan yang tidak ada kepastian-nya.
"Gak penting," Ratu kembali fokus menulis poin penting dari materi yang di sampaikan oleh pak Alex. Ia harus siap selama dua tahun ke depan harus berurusan dengan Raja, lagi.
***
Ratu keluar lebih dulu, di susul Lisa, Jenny, Jisoo dan Rose. Dan Ratu lupa tidak membawa dagangannya.
Raja yang melihat itu memiliki ide cemerlang. Dengan membantu Ratu berdagang, cewek itu akan berterima kasih padanya dan merasa berhutang budi. Benar, Raja akan melakukannya.
"Res, kita dagang di kantin. Adik lo lupa gak bawa ini," Raja mengambil wadah yang berisi pisang goreng, aromanya saja wangi jadi pingin makan.
"Sampai habis dagangannya. Kasihan adik gue tiap hari melakukan ini sendirian," Ares merasa simpati, Ratu berkerja keras sendirian tanpa dirinya yang seharusnya membantu.
Di kantin, Ratu panik karena dagangannya tertinggal di kelas.
"Ya udah ambil aja sana. Kita sediakan tempat duduk spesial buat lo disini," ujar Lisa senang, tangannya menggenggam uang hijau. Siap memesan makanan.
Ratu mengangguk. "Makasih banyak ya Lis? Habis dagang, aku gabung makan sama kalian."
Langkah Ratu kembali ke kelas, tapi di ambang pintu bertemu dengan Raja dan Ares. Mengejutkan lagi kalau Raja lah yang membawa dagangan-nya.
***
Ngantuk banget nulis siang-siang gini ya. Mau makan tapi mau tidur ribet jadinya hehe.
Updatenya lambat, karena aku nyobain nulis 2rb kata sebelumnya cuman mampu 1rb kata aja. Menantang sih.
12:09 siang.
See you-,
"Itu dagangan aku kenapa sama kamu? Sini gak!" Ratu berusaha meraihnya namun Raja malah bermain-main dengan meninggikan sedikit wadah dagangan-nya itu. Dasar Raja! Mentang-mentang tinggi ia tak bisa mencapainya. Ares hanya diam. Tidak mau ikut campur. Selagi Raja tidak menyakiti hati Ratu itu tak masalah. Raja terkekeh, matanya mengamati setiap inchi wajah Ratu yang kini kesal dengan bibir mengerucutnya. Raja merekam setiap bentuk wajah Ratu untuk di ingat dalam pikirannya, bisa di ulang saat rindu. "Aku bantuin kamu dagang boleh?" tanya Raja, selain itu ia ingin lebih dekat dengan Ratu, kekasihnya. Ingat, belum ada kata putus. Ratu menggeleng, ia masih waras agar tidak berurusan dengan Raja. Puisi itu sudah membuktikan bahwa Raja menang gila! Bahkan mirip seperti psikopat. Dengan sedikit berjinjit, Ratu berhasil mengambil alih wadah dagangan-nya. Lalu melangkah pergi meninggalkan Raja dan Ares. Mereka berdua haru
"Fafa! Kamu jangan kasar sama Ratu. Udahlah, aku gak mau satu payung sama kamu," Andy menjauhkan dirinya dari Fafa, tangannya menarik Ratu agar ikut masuk ke dalam mobilnya.Fafa pun membuka pintu mobil bagian belakang, ini memang hak-nya karena kedua orang tuanya pun sudah mengenal Andy bertahun-tahun. Terserah mau berbuat apa."Temen aku gimana? Aku gak enak kalau pulang duluan. Mereka berteduh disana," Ratu menunjuk supermarket IndoJaya, Jenny dan yang lainnya menatap pandang ke arahnya. Berharap bisa pulang secepatnya."Sebentar, aku keluar dulu. Kamu disini aja ya?" Andy keluar dari mobil, langkahnya menghampiri Jenny dan yang lainnya.Di dalam mobil, Fafa menarik rambut Ratu dari belakang. Sontak membuat Ratu kaget dan menjerit kesakitan."Sakitt! Lepaskan! Jangan begini! Nanti rambutku-arghh," Ratu berusaha menyingkirkan tangan Fafa yang begitu kuat menarik rambutnya."Gue akan lepasin rambut lo tap
Kedatangan Andy dengan wajah datarnya membuat Gerald dan Paijo heran."Lo kenapa kok wajah di tekuk gitu? Ada masalah?" tanya Gerald hati-hati, ia tau ketika marah Andy sedikit sensitif dan mudah emosi.Andy menghela nafasnya. "Gue putusin Fafa," jawabnya tegas. Sama sekali tidak ada penyesalan, ini adalah keinginannya sejak dulu namun tak bisa memutuskan tanpa ada alasan tapi sekarang sudah ada bukti kuatnya.Paijo terkejut. Sejenak ia menghentikan kunyahan permen karetnya."Kenapa di putusin? Udah gak cinta lagi sama Fafa? Mending buat gue aja daridulu. Pasti dia sekarang lagi nangis," Paijo juga tertarik dengan Fafa, tapi dengan kata lain tak berani menikung Andy yang masih berpacaran dengan cewek itu, dan dulu.Tak ada jawaban, Gerald mencubit lengan Paijo agar tidak membahas Fafa. Pasti Andy menahan amarahnya."Sakitt tau! Merah nih," Paijo menunjuk bekas cubitan Gerald di tangannya.Di k
Di kantin, semangat Ratu untuk berjualan pisang goreng seperti biasanya pudar. Pikirannya melayang masih ingat kata-kata Raja yang membuat hatinya tidak tenang."Gue pisang gorengnya empat. Gue harus paling pertama," ujar salah satu pembeli, memang datang pertama kalinya.Ratu melamun, tidak menanggapi pembelinya.Lisa yang menyadari itu pun menepuk bahu Ratu dan bertanya 'kenapa?' hanya jawaban menggeleng tanpa berkata apa-apa. Lisa semakin heran, tidak seperti biasanya Ratu lebih banyak diam.Ratu tersadar. "Aku capek. Kalian aja ya yang melayani pembelinya? Aku juga laper pingin makan."Lisa mengangguk. "Oh, ok. Tenang aja, pasti semuanya bakalan habis. Karena gue jagonya!" seru Lisa bangga, Ratu hanya menggeleng heran. Lisa sangat bersemangat.Ratu bergabung dengan Jisoo dan Rose."Tumben mau makan? Biasanya juga gak mau," ceketuk Jisoo sambil menikmati es teh-nya.Raja dan Ares dat
Ratu tersenyum remeh. "Apa? Sayang? Kamu itu gak menghargai perasaan aku. Sadar Raja! Selama ini aku selalu sabar dengan sikap kamu yang gila itu. Sampai Fafa jadi sasarannya. Aku kecewa sama kamu. Aku benci kamu Raja!" teriak Ratu frustasi, hatinya lelah menghadapi sifat Raja. Cowok itu selalu bermain-main.Raja menggeleng. Tangannya meraih jemari Ratu yang bebas. "Aku gak sengaja. Maafin aku ya? Aku kira Fafa bakalan nolak, tapi dia mau."Ratu menghempaskan tangan Raja. "Dan kamu juga mau.""Sayang maafin aku ya? Kamu jangan-""PERGI KAMU! AKU BENCI KAMU RAJA! ANGGAP KITA GAK PERNAH KENAL!" Ratu mendorong Raja agar menjauh, namun dorongan kuatnya itu membuat Raja terduduk di lantai."Ratu, kamu ingat baik-baik. Aku mencintaimu itu dengan caraku sendiri. Suatu saat nanti, dia-" Raja menunjuk Andy. "Pasti akan ada berbagai masalah. Aku bisa jamin itu. Kisah cinta gak akan selalu manis Ratu," Raja menasehati, kata-katanya tulus.
Di sebuah kafe, Fafa mengajak Moza untuk merencanakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan Moza sampai rela kehujanan sedikit dan rambutnya setengah basah, lalu Fafa dengan entengnya mengatakan nanti akan kering dengan sendirinya."Kipasin dong, atau bawain hair dryer dari rumah lo. Tega sama gue lo Fa," Moza cemberut, badannya sedikit menggigil karena hawa hujan yang dingin menusuk permukaan kulitnya.Fafa menahan senyumannya. "Gue mau ngomong penting. Ini soal Ratu yang jadian sama Andy," nadanya terdengar serius bahkan kedua alisnya menyatu memikirkan sesuatu.Moza mengernyit. "Rencana apa? Lo masih cinta sama Andy?" tanya Moza hati-hati takutnya Fafa marah.Fafa mengangguk. Tentu saja masih mencintainya."Gue gak nyangka kenapa Ratu anak baru yang jualan pisang goreng malah jadi pacarnya Andy sih? Gue gak terima za, masa iya di putusin gara-gara ciuman doang. Itu kan Raja gak sengaja," jelas Fafa tak ada yang di tutupi, sesuai fakta dan kejadian
Selama jam pelajaran berlangsung, Ratu sama sekali tak bisa berkosentrasi. Lisa yang selalu mengajaknya berbicara pun ia abaikan."Ratu, lo sakit hati ya sama kejadian tadi?" tanya Lisa setengah berbisik takut terdengar oleh guru.Ratu menghela nafasnya. Ia mengangguk pelan."Dari sekolah yang dulu dan sekarang sama aja. Mereka selalu merendahkan aku Lis. Gak panteslah, ini itu. Aku capek Lis," Ratu mulai berkeluh kesah, hatinya benar-benar berada di titik terlelah.Lisa mengusap bahu Ratu. "Sabar, Fafa emang sok drama dari dulu. Dia itu caper cuman pingin dapat perhatian doang. Gak usah di masukkin ke hati."Raja dan Ares yang mendengar itu pun heran. Sepertinya tertinggal berita baru nih."Adik gue kenapa? Kok galau?" tanya Ares menoleh menatap Raja."Kayaknya ada kejadian tadi pagi. Sayangnya gue dan lo gak datang tepat waktu jadi gak tau apa," Raja mengedikkan bahunya. Pasti ini menyangkut Andy
Malam ini Ratu tak berkosentrasi belajar. "Arghh," ia mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya masih terbayang bagaimana Andy kembali lagi dengan Fafa. "Ini namanya cinta satu detik. Ck, sudahlah buat apa aku mengingatnya? Mereka sama saja selalu ada maunya dan ingin menang sendiri," tangannya kembali mengerjakan tugas PR Sejarah hingga selesai. Jam 12 malam, Ratu menguap. Sangat melelahkan belajar semalaman. Tapi setidaknya mengenyahkan pikirannya dari rumitnya cinta. *** Ratu yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya saat keluar dari kamar dan berbalik di kejutkan oleh kehadiran Raja, jangan lupakan senyuman jahilnya. Ratu berdecak kesal. "Kamu ngapain kesini? Kenapa bisa tau alamat rumahku?" tanya Ratu panik, bagaimana kalau bapak dan ibunya tau? Bisa gawat! Dan berpikir Raja ini pacarnya. Raja terkekeh. "Karena aku tau semuanya tentang kamu. Bahkan kedua orang tua kamu tadi menyapaku dan mengajak sarapan bareng. Gak ap
Fafa menatap seseorang yang dulunya spesial kini tidak apa-apanya. Tatapannya dingin kehangatan itu seolah sirna di terpa oleh debu bersama anginnya. Fafa merasa kehilangan orang yang sangat di cintainya.Bahkan sekarang Fafa berani pindah tempat duduk dan bertukar posisi dengan Gerald meskipun negoisasinya itu di tolak mentah-mentah kalau Fafa tidak menyodorkan beberapa lembar uang merah."Tinggalin dia. Kamu balik lagi sama aku ya?" Fafa sedikit memohon, sama saja meminta lagi apa yang telah di buang dan merasa sia-sia padahal kehadiran Gio terasa kurang cukup baginya. Terlalu berlebihan dalam sebuah pilihan memang.Andy menoleh. "Gak, lagipula dia itu selalu ada. Pasti sebelumnya masih sama dia kan?" hanya ingin meminta kejujuran dari mulut Fafa langsung daripada orang lain yang akan menimbulkan rasa sakit hati begitu hebat.Fafa menggeleng lemah meskipun itu benar dan tak bisa di tutupi dengan kebohongan, namun sudah terlanjur
"Lo tau gak sih kalau Andy balikan lagi sama Ratu?" tanya Moza sambil memakan mie ayamnya yang sudah dingin itu. Gosip sekecil ini tentu mudah ia ketahui. Karena ia juga punya orang dalam yang memantau Ratu dan Andy.Fafa mengernyit, sedikit tertarik dengan apa yang Moza katakan. Balikan? Cepat sekali cowok itu melupakannya setelah kemarin masih mencintainya berbalik membencinya?"Emang lo punya bukti?" Fafa tidak percaya begitu mudahnya. Karena ia pikir Andy pasti masih mencintainya meskipun terbalut rasa benci yang mendominasi sekaligus amarah dan tatapan sinis setiap kali Fafa menatap mata berhazel coklat terang itu."Nanti lo bakalan liat sendiri. Tapi, pakai cara ini. Sini biar gue bisikin," Moza terbesit ide cemerlang untuk memaksa Ratu agar mengakui statusnya saat ini. Gadis polos itu pasti tak akan angkat bicara dengan mudahnya kalau bukan dengan paksaan.Fafa tersenyum senang. "Bagus juga rencana lo. Jangan sampai ada yang tau."
Setelah sampai di rumah, Ratu memandangi ponselnya. Apakah ada notifikasi dari kekasihnya itu?"Apa aku chat duluan aja ya?" pikirnya, tapi hatinya gengsi. Ratu menggeleng, ia tidak tau harus mengatakan apa.Ting!Satu notifikasi pop-up membuat jantung Ratu berdegup kencang. Hanya satu kata saja sangat bermakna bagi perasaannya yang masih ada meskipun pernah di sia-siakan sebentar lalu kembali lagi.He is mineKangen19:00AndaTadi kan udah ketemu sama kamu. Besok juga sekolah kan? Jadi bisa ketemu lagi19:01"Makannya daritadi ibu panggil di suruh makan malah senyum liatin hp. Chat sama siapa ya?" Kartika tiba-tiba datang, ia mengintip tampilan chat Ratu tapi anaknya itu mematikan ponselnya."Apa? Oh tadi aku gak kedengeran bu. Lagian kan diluar lagi hujan deras banget," kilahnya. Hujan deras memang pas buat alasan.Kartika mengangguk, faham saja lah. Ia tau Ratu berbohong
Di kantin, bukannya makan tapi fokus Raja menatap Andy yang selisih beberapa tempat duduk itu. Apalagi nama Ratu yang disebut-sebut serta dukungan dari Gerald dan Paijo."Pokoknya lo semangat aja deh perjuangin Ratu lagi," Paijo menyemangati, kali ini ia tidak mengunyah makanan karena pesanan-nya belum datang.Ares menyodorkan es teh dingin untuk Raja. "Minum dulu yang seger. Jangan emosi terus," ujarnya menasehati.Raja menoleh. "Gue gak suka Ratu balik lagi sama dia res. Ratu masih pacar gue," bantah Raja tak terima, bahkan dirinya belum memutuslan sendiri hubungannya dengan Ratu. Dan Ratu masih berstatus sebagai kekasihnya begitu pikir Raja."Gak suka lo bilang?" tanya Ares membeo. Telinganya salah dengar dengan apa yang Raja katakan. Cinta darimana kalau Raja menerima Fafa dengan mudahnya?"Terus Fafa siapa lo? Cewek mainan? Atau simpenan doang?" tanya Ares menusuk, tidak suka rasanya adiknya sendiri di permainkan
Tepat hari ini, SMA Pelita mengikuti olimpiade tingkat provinsi yang setiap tahunnya di laksanakan satu tahun sekali. Ada beberapa dari SMA lain yang sebagai pesaing.Seperti Raja saat ini di temani oleh Ares saja."Lo gak belajar dulu?" tanya Ares mengernyit, Raja sangat santai bahkan cowok itu sedari tadi hanya bermain games.Raja menggeleng. "Gak ah, nih mumpung ada wifi gratis sikat aja lah. Lagian gue pasti menang kok," Raja sangat percaya diri bisa mengalahkan Andy dengan mudahnya."Yakin?" Ares ragu, meskipun Raja sangat pintar dan tak perlu di ragukan lagi kecerdasannya dalam bidang akademik.Raja mengangguk mantap. "Yakin. Dan lo jangan nonjok gue lagi. Udah bikin taruhan sama Andy kalau yang menang bakalan dapetin Ratu," matanya sama sekali tak bisa beralih dari game favoritnya, meskipun begitu ia tetap berkosentrasi walaupun Ares mengajaknya berbicara.Ares sebenarnya tidak terima jika adiknya d
Tapi reaksi Ratu sangat berbeda ketika Raja dengan mudahnya membalikkan hati dan berpindah ke yang lain.Lisa yang melihat kesedihan di wajah Ratu pun menawarinya degan. "Panas banget kan? Nah, lo minum yang seger-seger. Biar hatinya adem," Lisa menggeser segelas es degan yang ia beli masih utuh dan aman itu kepada Ratu di sebelah kanan-nya.Tapi tatapan nanar Jisoo karena sangat doyan makan san minum pun juga mau. "Gue mana Lis? Kok gak di kasih es degan juga?" nada Jisoo sangat putus asa seolah es degan itulah yang melepas dahaganya sekarang di cuaca siang hari yang sangat terik.Lisa menghela nafasnya, kalau sudah ada Jisoo pasti minta di traktir. "Gak ada, beli aja sana sendiri," jawab Lisa dengan malas.'Dua-duanya sama. Mudah membalikkan hati dan memilih wanita lain. Jadi, begini ya di sakiti dua kali secara bersamaan? Aku kira Raja bakalan jadi orang yang lebih baik, dan buat Andy dia udah bener melepas Fafa yang gak pantes sama sekali dan terlalu
Pagi sekali Andy sudah sampai di rumah Fafa, ia menjemput gadisnya untuk berangkat bersama. Saat menunggu di depan gerbang, tawa renyah Fafa dengan suara berat laki-laki itu mengalihkan Andy dari ponselnya yang tadinya ingin mengirimkan pesan kepada Fafa."Kamu hari ini cantik banget sayang. Aku tambah cinta sama-""Oh jadi ini ya chat aku seharian gak di bales dan nomor kamu gak aktif," sela Andy cepat, langkahnya menghadang Fafa dan laki-laki di sebelahnya yang memakai seragam berbeda."Dia siapa?" tanya Andy dengan nada dingin. Rasa tidak suka sekaligus cemburu menjadi satu. Pikirannya berkelana kemana-mana tentang laki-laki di hadapannya saat ini."Pacar aku. Iya kan sayang?" Gio menjawabnya dengan jujur, berbeda dengan Fafa yang terdiam dan gugup. "Emangnya lo siapa? Ngapain kesini?" Gio balik bertanya, karena selama ini hanya dirinyalah yang selalu datang ke rumah Fafa tidak ada laki-laki lain.Andy mengepalkan tangannya. Pacar? Jadi selama i
Saking senangnya, Andy mengajak Fafa ke sebuah kafe. Makan bersama atau kencan lagi. Disini Fafa paling bahagia, senyuman manis dari bibir pink merona itu tidak pernah luntur. Fafa begitu bahagia karena akhirnya bisa mengambil alih lagi, Andy dari Ratu yang hanpir berhasil memiliki Andy sebagai kekasih. Namun tidak untuk sekarang, status itu berubah menjadi mantan."Enak banget nih sayang. Kamu cobain deh spagheti punyaku," tangan Fafa siap menyuapkan spaghetinya. Tapi Andy menggeleng. "Gak usah, aku udah punya sendiri. Kamu makan aja," tolaknya halus, tapi kali ini tidak ada nada dingin dan wajah datar seperti berpacaran dulu, senyumannya membuat hati Fafa menghangat dan berdebar.Senyuman Fafa pudar. 'Kenapa gak mau? Padahal aku pingin romantisan,' batinnya sedikit kecewa.Selesai makan, Fafa sibuk membalas pesan dari rekan kerjanya sebagai model.Andy memperhatikan Fafa. "Sibuk banget ngetiknya. Serius gitu, penting ya?" tanyany
Malam ini Ratu tak berkosentrasi belajar. "Arghh," ia mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya masih terbayang bagaimana Andy kembali lagi dengan Fafa. "Ini namanya cinta satu detik. Ck, sudahlah buat apa aku mengingatnya? Mereka sama saja selalu ada maunya dan ingin menang sendiri," tangannya kembali mengerjakan tugas PR Sejarah hingga selesai. Jam 12 malam, Ratu menguap. Sangat melelahkan belajar semalaman. Tapi setidaknya mengenyahkan pikirannya dari rumitnya cinta. *** Ratu yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya saat keluar dari kamar dan berbalik di kejutkan oleh kehadiran Raja, jangan lupakan senyuman jahilnya. Ratu berdecak kesal. "Kamu ngapain kesini? Kenapa bisa tau alamat rumahku?" tanya Ratu panik, bagaimana kalau bapak dan ibunya tau? Bisa gawat! Dan berpikir Raja ini pacarnya. Raja terkekeh. "Karena aku tau semuanya tentang kamu. Bahkan kedua orang tua kamu tadi menyapaku dan mengajak sarapan bareng. Gak ap