"Namaku pak Dirga. Kalau kamu nak?"
Andy tersenyum. "Andy. Senang bisa berkenalan dengan bapak," kalau sudah mengenal orang tuanya, ia bisa leluasa mendekati Ratu.
Fafa yang melihat keduanya berinteraksi mendengus kesal. 'Ngapain juga harus kenalan sama bapaknya? Ih, bisa gak sih tadi Ratu gak usah bareng aja? Bikin kesel! Gara-gara dia jadinya aku duduk di belakang yang panas dan gerah,' batinnya melirik Dirga tak minat, kehadiran pria itu membuatnya sumpek.
Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya sampai juga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Ratu, Dirga Andy dan keluar saling mengobrol sedangkan Fafa tetap stay safe di dalam mobil tak mau turun.
"Mari mampir nak. Ngeteh sebentar, di rumah lagi sepi. Ibu di kebun ambil pisang," ujar Dirga menawari Andy mampir, cowok itu menolaknya ya mengantarkan Fafa pulang daripada gadis itu rewel.
"Tidak perlu pak. Saya ingin mengantarkan Fafa pulang. Lain waktu saja. Permisi pak, mari," Andy salim pada Dirga, sebenarnya ia mau tapi ada Fafa yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Selama perjalanan pulang, Fafa memilih duduk di depan karena sangat gerah. Alasan memang, padahal ingin dekat dengan Andy.
"Sayang, besok temenin aku ke mall ya pulang sekolah? Make-up ku habis. Masa gak pakai bedak nanti aku gak-" ucapan Fafa tersela saat Andy memilih meminggirkan mobilnya. Memangnya ada yang salah dengan ucapannya?
"Kamu itu udah cantik karena kamu perempuan Fafa. Apa kurang? Liat Ratu, dia cantik gak pakai make-up. Bisa gak sehari-" Fafa juga menyela kata-kata Andy dengan cepat, hatinya begitu sakit ketika di bandingkan dengan Ratu yang bukan siapa-siapa.
"Kenapa kamu jadi bandingin aku sama Ratu? Dia siapa kamu? Aku ini pacar kamu Andy bukan Ratu!" emosi Fafa menggebu, kedua matanya berkaca-kaca. Perlahan aliran tangis air mata itu lolos dari mata indahnya.
Andy diam. Kalau Fafa sudah menangis, ia tak mau berkomentar apa-apa daripada kekasihnya itu nanti mengadu pada orang tuanya.
'Kalau aja dulu gue gak kenal lo Fa. Gak perlu pacaran kayak gini. Nyesel gue!' batin Andy, ingin ia teriak agar Fafa tau. Tapi hatinya masih tak tega karena bagaimana pun Fafa adalah wanita, mengingatkannya dengan sang mama yang terkadang tak sengaja ia sakiti hatinya sampai menangis.
"Udah jangan nangis gak usah sedih. Siapa juga yang bandingin kamu sama Ratu? Kalau nanti ditanya sama sama mama kamu gimana?" tanya Andy menggoda Fafa, gadisnya itu tak berpaling dari jendela kaca entah menatap apa.
Andy benar, Fafa berhenti menangis. Ia harus terlihat baik-baik saja. Saat sedih begini, perhatian Andy ada sangat berlainan ketika ia bahagia Andy menghindarinya.
Tak lama kemudian, sampai di sebuah rumah bertingkat dua dengan gerbang yang menjulang tinggi. Si satpam membukakannya setelah mengetahui mobil Andy.
"Senyumnya mana? Nanti malem jangan chat atau telepon," raut wajah Andy berubah datar. Kalau Fafa tidak di ingatkan, sudah di pastikan gadisnya itu akan spam chat dan telepon gila-gilaan.
Fafa menodngak, tingginya hanya sebatas dagu Andy. "Kenapa? Biasanya juga kamu gak terganggu aku chat atau telepon. Oh, atau kamu mau ke rumahnya Ratu lagi?" tuduh Fafa curiga, matanya menyipit.
"Aku kerja, bukan ke rumah Ratu. Aku pergi, gak usah nangis," Andy melajukan mobilnya pergi dari halaman rumah Fafa.
"Kamu emang bener-bener gak punya perasaan sama aku," gumam Fafa, kekesalannya tertahan karena satpam rumahnya itu memperhatikan-nya.
***
Raja tak bisa berkosentrasi dengan penjelasan Matematika yang sedang berlangsung. Ares mengajaknya untuk berbincang sedikit tentang basket. Tapi tetap saja pikirannya tak tenang, dimana Ratu sekarang? Ia sangat merindukan kekasihnya itu.
"Lo mikirin apa? Ratu? Ayolah, dia udah pindah. Kita gak tau kemana. Bahkan gue yang kakak-nya aja gak tau. Adik gue ganti nomer, jadi susuah buat di hubungi," ujar Ares menjelaskan alasan-nya mengapa ia tak pernah berkomunikasi lagi dengan sang adik.
"Cari cara apa gitu. Masa lo nyerah? Lo kakak-nya. Dan hati gue disini merasa gak tenang, kemana Ratu pacar gue?" Raja menyerbu banyak pertanyaan pada Ares dengan putus asa. Entah masih ada harapan untuk bertemu atau tidak.
"Lo tenang aja. Ratu pasti ketemu. Dia gak akan jauh-jauh pindah dari daerah sini. Kalau nanti informasinya udah dapet, pindah sekolah aja sekalian daripada lo galau terus," jawab Ares, ia tau harus melakukan apa. Meminta salah satu mata-matanya untuk mencari keberadaan Ratu.
Raja mengangguk. "Thanks ya?"
"Sama-sama. Tapi, jangan bikin adik gue nangis apalagi galau. Gue hajar lo," ucap Ares sedikit mengancam, mau bagaimana pun Ratu adalah adiknya yang tidak pernah menangis karena seorang laki-laki, Ratu selalu terlihat bahagia dengan kehidupan-nya sambil berdagang.
"Kalau gue sih, kangen sama pisang gorengnya. Plus orangnya juga," Raja memikirkan sesuatu, membayangkan saat Ratu memberikan pisang goreng pertama kalinya.
Flashback on
Suasana kantin sangat ramai, selain makan dan sedang antri beli jajan dagangan, Ratu tak kalah ramai. Sampai gadis itu kewalahan, iya sih tangan cuman dua dan tak ada yang membantunya.
"Res, beliin gue itu dong," Raja menunjuk Ratu yang sedang membungkus pisang goreng dengan kertas minyak, gadis itu tampak paling sibuk.
Ares menggeleng. "Beli aja sendiri," lalu ia melanjutkan makan baksonya yang pedas-asin, enak dimakan saat siang begini.
Raja mendengus, tapi ia beranjak bediri. Ares memang tak bisa di andalkan. Langkahnya menuju Ratu, sekedar ingin tau rasa pisang goreng itu bagaimana.
"Gue beli semua," tegas Raja tak mau tau, seketika para pembeli yang dominan cowok-cowok menatapnya heran dan aneh.
"Kok di borong sih? Kita juga pingin nyobain gak lo doang!"
"Main borong-borong aja, emang lo punya duit?"
"Paling cuman goceng."
Raja menyerahkan uang limaratus ribu pada Ratu. "Nih, gak usah ada kembalian. Lo ambil aja, gue ikhlas," ujarnya sedikit sombong.
Ratu masih melongo. "Kamu beli semuanya? Tapi ini kan uangnya banyak banget. Gak usah, nanti aku cariin uang kembaliannya. Kamu tunggu-" ucapannya tersela karena Raja mengambil wadahnya lalu mengatakan sebuah permintaan dimana Ratu antara terpaksa dan harus menurutinya.
"Suapin gue sayang. Oh ya, pisangnya enak kayak lo yang manis bikin hati gue langsung jatuh cinta. Sekarang lo pacar gue. Ayo suapin," Raja membuka mulutnya, ia sangat percaya diri mengklaim Ratu langsung jadi pacar. Tapi, ada alasan tersendiri mengapa ia langsung mengungkapkan hal itu. Ada ketertarikan yang kuat terhadap cewek yang berpenampilan sederhana dan sedikit cupu dengan kacamata bundarnya.
Flashback off
"Tapi sekarang Ratu udah gak cinta lagi sama lo," sahut Ares membuyarkan khayalan Raja di masa lalu. Dasar perusak suasana.
Raja menggeleng. "Gak mungkin. Pasti dia masih cinta sama gue. Res, Ratu adalah cinta pertama gue. Dan seharusnya untuk di perjuangkan bukan di abaikan," tegas Raja sedikit menyindir karena beberapa cewek yang tak jauh duduk di sebelahnya bertepuk tangan, kata-katanya sangat hebat dan luar biasa.
"Kalau di abaikan itu namanya bukan cinta tolol!" seru Ares emosi. "Oh, jadi lo mau main-main sama adik gue? Sini maju lo!" Ares sudah bersiap akan bertarung. Menyakiti hati adiknya hadapilah dirinya dulu.
Raja berdecak kesal. Ares gagal faham. "Bukan gitu res. Gue cinta sama Ratu. Tenang dong, jangan emosi," Raja sangat tau bagaimana karakter Ares yang mudah marah.
Ares menghela nafasnya. "Perjuangkan selama Ratu belum punya pacar. Pertahankan yang ada, harus di jaga. Bukan di lepas hanya karena alasan terus-terusan mengalah dan nyerah," ujar Ares memberikan semangat pada Raja yang kini kembali tersenyum percaya diri, semuanya pasti akan kembali jika berusaha.
***
Jojo, salah satu teman Ares yang bersekolah di SMA Pelita. Tugasnya adalah mencari tau informasi tentang Ratu.
Jojo berangkat pagi, ia duduk di kursi bersama pedagang kaki lima yang berada di depan gerbang sekolah. Memang di perbolehkan jajan tapi saat bel harus masuk.
Jojo menunggu Ratu datang.
"Lama banget ya tuh cewek? Sekarang udah jam enam lebih tiga puluh menit. Aduh kalau bel aku gak bisa ngomong sama Ratu," Jojo menatap arlojinya, waktunya sangat mepet dengan bel masuk.
"Disini aja pak. Sekalian aku mau beli makanan dulu, tadi kan gak sempet sarapan karena bangun kesiangan," Ratu turun dari motor Dirga, ia salim. Tangannya menenteng wadah dagangan-nya seperti biasa sama sekali tak malu, karena ini juga membantu Kartika.
Jojo yang mendengar suara itu pun menoleh ke samping kiri, ternyata yang ia tunggu sudah datang.
Ratu menghampiri stan penjual nasi uduk. Tapi tangannya di cekal oleh seorang cowok yang tak di kenal. Ratu heran.
"Kamu siapa? Kenapa pegang tanganku?" tanya Ratu sedikit risih, Jojo pun melepas cekalannya.
"Ratu?" tanya Jojo sekedar memastikan daripada salah hati dan orang.
Ratu mengangguk. "Aku Ratu. Mau kenalan sama aku ya?" Ratu sedikit senang karena banyak yang mengenalnya. Baru pindah sekolah saja namanya bisa se-terkenal itu.
"Boleh minta nomor kamu? Aku gak akan sebarin ke siapa-siapa. Cuman pingin kenal aja," sesuai perintah Ares, harus mendapatkan nomornya terlebih dahulu setelah itu menjadi teman Ratu.
"Boleh, kosong delapan lima delapan lima-selesai. Aku beli nasi uduk dulu ya sebelum bel masuk," seperti pamit, padahal jaraknya dengan sang penjual nasi uduk hanya lima langkah dari rumah seperti lagu dangdut.
Jojo tersenyum. "Makasih ya? Eh, kamu kelas apa? Kalau ada waktu aku mau istirahat bareng kamu," tanya Jojo lagi, Ratu menoleh. "Sebelas IPS satu. Kamu?"
Ternyata tidak buruk mengenal Ratu. Cewek baik dan ramah. Pantas saja di sukai oleh Raja.
"Sebelas Ipa satu. Aku masuk duluan. See you," Jojo melangkah pergi, ia harus segera memberikan nomor itu pada Ares sebelum bel masuk dan guru BK mulai berpatroli.
***
"Nih nomor Ratu. Ternyata bener dugaan gue. Dia pasti sekolah disana karena ada beasiswanya. Jangan chat dan bilang kalau itu lo," Ares memberikan ponselnya pada Raja, cowok itu mengetik nomor Ratu serius.
"Emang lo punya mata-mata disana?" tanya Raja setelah selesai mencatat nomor Ratu, menyimpannya dengan nama sayangku.
Ares mengangguk. "Punya, namanya Jojo. Dia satu kelas sama ketos yang kaya raya itu. Andy," Ares tidak mengenalnya, tapi semua orang tau kalau Andy adalah pemilik sekolah itu.
"Oh. Habisin tuh kopinya, mau bolos? Kalau gue sih gak, ini kan pelajaran matematika kesukaan gue. Menghitung perkiraan masa depan yang cerah," ujar Raja dengan senyumannya. Andai saja ada Ratu, gombalan itu ia tunjukkan pada Ratu.
Ares menggeleng. "Yuk. Ngapain bolos, nanti juga percuma ketauan sama adik kelas yang lewat disini terus di laporin sama guru BK," sedikit kesal, memang adik kelas selalu jujur.
"Mbok uangnya di meja ya sama Ares!" seru Raja berteriak, karena mbok Ama sedang menggoreng di dalam warung.
"Ok! Siap mas!" sahut mbok Ama dari dalam.
"Jadi, kapan pindah sekolah? Lo gak kangen sama adik lo sendiri?" tanya Raja, bukan penawaran tapi ingin bersama Ares. Selain sudah menjadi sahabat paling dekat, Ares banyak membantunya dalam pdkt dengan Ratu.
"Besok. Karena gue gak mau Ratu kenapa-napa disana. Asal lo tau aja, cowok SMA Pelita itu suka cewek cantik good looking doang. Gue gak mau adik gue jadi santapan buaya darat," itulah Ares, melindungi sang adik dari cowok tidak benar dan nakal. Ratu masih polos tidak tau apa-apa.
Raja tersenyum senang. Akhirnya Ares mau juga. "Ok, gue juga maunya besok. Lebih cepat lebih baik juga."
***
Fafa yang duduk bersebelahan dengan Andy pun ingin mengajak cowok itu berbicara. Semalaman Fafa tak bisa tidur karena memikirkan Andy.
"Sayang, kalau nanti malam boleh gak aku chat kamu?" tanya Fafa sedikit ragu-ragu. Ia sangat berhati-hati daripada membuat Andy marah karena merasa terganggu.
Andy mengangguk. "Boleh, tapi jangan kemaleman. Aku gak mau ngantuk terus di kantor jadi gak kosentrasi," jawabnya dingin, Fafa banyak maunya. Sekali tidak di turuti, cewek itu kembali menangis dan akan mengadu pada papa-nya.
Fafa mengukir senyum tipisnya. "Yeyy! Makasih sayang. Semalem aku gak bisa tidur mikirin kamu," Fafa menyenderkan kepalanya di bahu Andy, ingin menghindar tapi takutnya cewek itu ngambek lagi dan marah-marah. Tidak, masih ada guru di depan yang sibuk dengan laptopnya.
"Kenapa mikirin aku? Tidur aja daripada kamu sakit," ucap Andy perhatian, kekasihnya itu suka begadang dan menunggunya balasan chat atau telepon.
"Kangen kamu sayang. Sehari tanpa kamu hidup aku hampa," gombal Fafa merayu Andy, terasa kosong dan sepi. Hanya Andy yang membuat hari-harinya berwarna.
"Fafa, kamu jangan gini. Ada guru di depan kalau liat gimana?" akhirnya Andy menemukan alasan untuk membuat Fafa sedikit jauh dan menjaga jarak. Cewek itu tak ingin jauh-jauh dengannya.
"Biarin semuanya tau kalau aku pacar kamu sekaligus calon tunangan kamu," jawab Fafa percaya diri, karena memang sudah di jodohkan sesuai kesepakatan pihak keluarga.
'Dan itu gak akan pernah terjadi,' batin Andy membantah, hatinya sudah tidak memiliki rasa terhadap Fafa. Semuanya hilang dan lenyap, berganti rasa biasa seperti mengenal orang pada umumnya.
"Muach, love you," Fafa mencium pipi Andy dengan santainya. Beberapa cewek yang melihat itu menahan teriakannya karena baper dan merasa iri jangan bilang bos.
Dan saat itu juga, Andy ingin ke toilet membasuh wajahnya. Meminta izin pada guru. Menghilangkan kecupan Fafa di pipinya. Rasanya tak sudi lagi. Semuanya berbalik menjadi rasa benci.
***
Gak mood nulis ini, nahan sakit di suruh makan. Tak semanis cintamu yang bertepuk kedua tangan.
07:26 pagi
See you-,
Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan standar akan menuju sekolah SMA Pelita. Mobil Raja, akhirnya setelah rindu beberapa hari yang tertahan bisa di obati dengan sebuah pertemuan.Raja juga berangkat dengan Ares, tapi cowok itu memilih duduk di belakang. Lebih nyaman dan enak untuk menyendiri."Ratu kelas apa? Biar nanti bisa satu kelas sama dia. Pingin jagain dari deket," Raja membuka obrolan, beberapa menit terdiam karena Ares tak menggubrisnya."Res? Lo tidur? Kok gak jawab?" tanya Raja heran, gumaman malas dari Ares membuatnya tau bahwa temannya itu masih mengantuk."Jojo bilang Ratu kelas sebelas Ips satu. Emang lo mau masuk sosial? Biasanya juga males karena ada sejarah," Ares berujar dengan lesu, matanya sayu ingin terpejam tapi di tahan karena mau ke sekolah.Raja mengangguk. Ia hampir saja lupa. "Oh, gak apa-apa asalkan tiap hari bisa liat bidadari cantik turun dari mata ke hati," gombal Raja. Kalau
"Itu dagangan aku kenapa sama kamu? Sini gak!" Ratu berusaha meraihnya namun Raja malah bermain-main dengan meninggikan sedikit wadah dagangan-nya itu. Dasar Raja! Mentang-mentang tinggi ia tak bisa mencapainya. Ares hanya diam. Tidak mau ikut campur. Selagi Raja tidak menyakiti hati Ratu itu tak masalah. Raja terkekeh, matanya mengamati setiap inchi wajah Ratu yang kini kesal dengan bibir mengerucutnya. Raja merekam setiap bentuk wajah Ratu untuk di ingat dalam pikirannya, bisa di ulang saat rindu. "Aku bantuin kamu dagang boleh?" tanya Raja, selain itu ia ingin lebih dekat dengan Ratu, kekasihnya. Ingat, belum ada kata putus. Ratu menggeleng, ia masih waras agar tidak berurusan dengan Raja. Puisi itu sudah membuktikan bahwa Raja menang gila! Bahkan mirip seperti psikopat. Dengan sedikit berjinjit, Ratu berhasil mengambil alih wadah dagangan-nya. Lalu melangkah pergi meninggalkan Raja dan Ares. Mereka berdua haru
"Fafa! Kamu jangan kasar sama Ratu. Udahlah, aku gak mau satu payung sama kamu," Andy menjauhkan dirinya dari Fafa, tangannya menarik Ratu agar ikut masuk ke dalam mobilnya.Fafa pun membuka pintu mobil bagian belakang, ini memang hak-nya karena kedua orang tuanya pun sudah mengenal Andy bertahun-tahun. Terserah mau berbuat apa."Temen aku gimana? Aku gak enak kalau pulang duluan. Mereka berteduh disana," Ratu menunjuk supermarket IndoJaya, Jenny dan yang lainnya menatap pandang ke arahnya. Berharap bisa pulang secepatnya."Sebentar, aku keluar dulu. Kamu disini aja ya?" Andy keluar dari mobil, langkahnya menghampiri Jenny dan yang lainnya.Di dalam mobil, Fafa menarik rambut Ratu dari belakang. Sontak membuat Ratu kaget dan menjerit kesakitan."Sakitt! Lepaskan! Jangan begini! Nanti rambutku-arghh," Ratu berusaha menyingkirkan tangan Fafa yang begitu kuat menarik rambutnya."Gue akan lepasin rambut lo tap
Kedatangan Andy dengan wajah datarnya membuat Gerald dan Paijo heran."Lo kenapa kok wajah di tekuk gitu? Ada masalah?" tanya Gerald hati-hati, ia tau ketika marah Andy sedikit sensitif dan mudah emosi.Andy menghela nafasnya. "Gue putusin Fafa," jawabnya tegas. Sama sekali tidak ada penyesalan, ini adalah keinginannya sejak dulu namun tak bisa memutuskan tanpa ada alasan tapi sekarang sudah ada bukti kuatnya.Paijo terkejut. Sejenak ia menghentikan kunyahan permen karetnya."Kenapa di putusin? Udah gak cinta lagi sama Fafa? Mending buat gue aja daridulu. Pasti dia sekarang lagi nangis," Paijo juga tertarik dengan Fafa, tapi dengan kata lain tak berani menikung Andy yang masih berpacaran dengan cewek itu, dan dulu.Tak ada jawaban, Gerald mencubit lengan Paijo agar tidak membahas Fafa. Pasti Andy menahan amarahnya."Sakitt tau! Merah nih," Paijo menunjuk bekas cubitan Gerald di tangannya.Di k
Di kantin, semangat Ratu untuk berjualan pisang goreng seperti biasanya pudar. Pikirannya melayang masih ingat kata-kata Raja yang membuat hatinya tidak tenang."Gue pisang gorengnya empat. Gue harus paling pertama," ujar salah satu pembeli, memang datang pertama kalinya.Ratu melamun, tidak menanggapi pembelinya.Lisa yang menyadari itu pun menepuk bahu Ratu dan bertanya 'kenapa?' hanya jawaban menggeleng tanpa berkata apa-apa. Lisa semakin heran, tidak seperti biasanya Ratu lebih banyak diam.Ratu tersadar. "Aku capek. Kalian aja ya yang melayani pembelinya? Aku juga laper pingin makan."Lisa mengangguk. "Oh, ok. Tenang aja, pasti semuanya bakalan habis. Karena gue jagonya!" seru Lisa bangga, Ratu hanya menggeleng heran. Lisa sangat bersemangat.Ratu bergabung dengan Jisoo dan Rose."Tumben mau makan? Biasanya juga gak mau," ceketuk Jisoo sambil menikmati es teh-nya.Raja dan Ares dat
Ratu tersenyum remeh. "Apa? Sayang? Kamu itu gak menghargai perasaan aku. Sadar Raja! Selama ini aku selalu sabar dengan sikap kamu yang gila itu. Sampai Fafa jadi sasarannya. Aku kecewa sama kamu. Aku benci kamu Raja!" teriak Ratu frustasi, hatinya lelah menghadapi sifat Raja. Cowok itu selalu bermain-main.Raja menggeleng. Tangannya meraih jemari Ratu yang bebas. "Aku gak sengaja. Maafin aku ya? Aku kira Fafa bakalan nolak, tapi dia mau."Ratu menghempaskan tangan Raja. "Dan kamu juga mau.""Sayang maafin aku ya? Kamu jangan-""PERGI KAMU! AKU BENCI KAMU RAJA! ANGGAP KITA GAK PERNAH KENAL!" Ratu mendorong Raja agar menjauh, namun dorongan kuatnya itu membuat Raja terduduk di lantai."Ratu, kamu ingat baik-baik. Aku mencintaimu itu dengan caraku sendiri. Suatu saat nanti, dia-" Raja menunjuk Andy. "Pasti akan ada berbagai masalah. Aku bisa jamin itu. Kisah cinta gak akan selalu manis Ratu," Raja menasehati, kata-katanya tulus.
Di sebuah kafe, Fafa mengajak Moza untuk merencanakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan Moza sampai rela kehujanan sedikit dan rambutnya setengah basah, lalu Fafa dengan entengnya mengatakan nanti akan kering dengan sendirinya."Kipasin dong, atau bawain hair dryer dari rumah lo. Tega sama gue lo Fa," Moza cemberut, badannya sedikit menggigil karena hawa hujan yang dingin menusuk permukaan kulitnya.Fafa menahan senyumannya. "Gue mau ngomong penting. Ini soal Ratu yang jadian sama Andy," nadanya terdengar serius bahkan kedua alisnya menyatu memikirkan sesuatu.Moza mengernyit. "Rencana apa? Lo masih cinta sama Andy?" tanya Moza hati-hati takutnya Fafa marah.Fafa mengangguk. Tentu saja masih mencintainya."Gue gak nyangka kenapa Ratu anak baru yang jualan pisang goreng malah jadi pacarnya Andy sih? Gue gak terima za, masa iya di putusin gara-gara ciuman doang. Itu kan Raja gak sengaja," jelas Fafa tak ada yang di tutupi, sesuai fakta dan kejadian
Selama jam pelajaran berlangsung, Ratu sama sekali tak bisa berkosentrasi. Lisa yang selalu mengajaknya berbicara pun ia abaikan."Ratu, lo sakit hati ya sama kejadian tadi?" tanya Lisa setengah berbisik takut terdengar oleh guru.Ratu menghela nafasnya. Ia mengangguk pelan."Dari sekolah yang dulu dan sekarang sama aja. Mereka selalu merendahkan aku Lis. Gak panteslah, ini itu. Aku capek Lis," Ratu mulai berkeluh kesah, hatinya benar-benar berada di titik terlelah.Lisa mengusap bahu Ratu. "Sabar, Fafa emang sok drama dari dulu. Dia itu caper cuman pingin dapat perhatian doang. Gak usah di masukkin ke hati."Raja dan Ares yang mendengar itu pun heran. Sepertinya tertinggal berita baru nih."Adik gue kenapa? Kok galau?" tanya Ares menoleh menatap Raja."Kayaknya ada kejadian tadi pagi. Sayangnya gue dan lo gak datang tepat waktu jadi gak tau apa," Raja mengedikkan bahunya. Pasti ini menyangkut Andy
Fafa menatap seseorang yang dulunya spesial kini tidak apa-apanya. Tatapannya dingin kehangatan itu seolah sirna di terpa oleh debu bersama anginnya. Fafa merasa kehilangan orang yang sangat di cintainya.Bahkan sekarang Fafa berani pindah tempat duduk dan bertukar posisi dengan Gerald meskipun negoisasinya itu di tolak mentah-mentah kalau Fafa tidak menyodorkan beberapa lembar uang merah."Tinggalin dia. Kamu balik lagi sama aku ya?" Fafa sedikit memohon, sama saja meminta lagi apa yang telah di buang dan merasa sia-sia padahal kehadiran Gio terasa kurang cukup baginya. Terlalu berlebihan dalam sebuah pilihan memang.Andy menoleh. "Gak, lagipula dia itu selalu ada. Pasti sebelumnya masih sama dia kan?" hanya ingin meminta kejujuran dari mulut Fafa langsung daripada orang lain yang akan menimbulkan rasa sakit hati begitu hebat.Fafa menggeleng lemah meskipun itu benar dan tak bisa di tutupi dengan kebohongan, namun sudah terlanjur
"Lo tau gak sih kalau Andy balikan lagi sama Ratu?" tanya Moza sambil memakan mie ayamnya yang sudah dingin itu. Gosip sekecil ini tentu mudah ia ketahui. Karena ia juga punya orang dalam yang memantau Ratu dan Andy.Fafa mengernyit, sedikit tertarik dengan apa yang Moza katakan. Balikan? Cepat sekali cowok itu melupakannya setelah kemarin masih mencintainya berbalik membencinya?"Emang lo punya bukti?" Fafa tidak percaya begitu mudahnya. Karena ia pikir Andy pasti masih mencintainya meskipun terbalut rasa benci yang mendominasi sekaligus amarah dan tatapan sinis setiap kali Fafa menatap mata berhazel coklat terang itu."Nanti lo bakalan liat sendiri. Tapi, pakai cara ini. Sini biar gue bisikin," Moza terbesit ide cemerlang untuk memaksa Ratu agar mengakui statusnya saat ini. Gadis polos itu pasti tak akan angkat bicara dengan mudahnya kalau bukan dengan paksaan.Fafa tersenyum senang. "Bagus juga rencana lo. Jangan sampai ada yang tau."
Setelah sampai di rumah, Ratu memandangi ponselnya. Apakah ada notifikasi dari kekasihnya itu?"Apa aku chat duluan aja ya?" pikirnya, tapi hatinya gengsi. Ratu menggeleng, ia tidak tau harus mengatakan apa.Ting!Satu notifikasi pop-up membuat jantung Ratu berdegup kencang. Hanya satu kata saja sangat bermakna bagi perasaannya yang masih ada meskipun pernah di sia-siakan sebentar lalu kembali lagi.He is mineKangen19:00AndaTadi kan udah ketemu sama kamu. Besok juga sekolah kan? Jadi bisa ketemu lagi19:01"Makannya daritadi ibu panggil di suruh makan malah senyum liatin hp. Chat sama siapa ya?" Kartika tiba-tiba datang, ia mengintip tampilan chat Ratu tapi anaknya itu mematikan ponselnya."Apa? Oh tadi aku gak kedengeran bu. Lagian kan diluar lagi hujan deras banget," kilahnya. Hujan deras memang pas buat alasan.Kartika mengangguk, faham saja lah. Ia tau Ratu berbohong
Di kantin, bukannya makan tapi fokus Raja menatap Andy yang selisih beberapa tempat duduk itu. Apalagi nama Ratu yang disebut-sebut serta dukungan dari Gerald dan Paijo."Pokoknya lo semangat aja deh perjuangin Ratu lagi," Paijo menyemangati, kali ini ia tidak mengunyah makanan karena pesanan-nya belum datang.Ares menyodorkan es teh dingin untuk Raja. "Minum dulu yang seger. Jangan emosi terus," ujarnya menasehati.Raja menoleh. "Gue gak suka Ratu balik lagi sama dia res. Ratu masih pacar gue," bantah Raja tak terima, bahkan dirinya belum memutuslan sendiri hubungannya dengan Ratu. Dan Ratu masih berstatus sebagai kekasihnya begitu pikir Raja."Gak suka lo bilang?" tanya Ares membeo. Telinganya salah dengar dengan apa yang Raja katakan. Cinta darimana kalau Raja menerima Fafa dengan mudahnya?"Terus Fafa siapa lo? Cewek mainan? Atau simpenan doang?" tanya Ares menusuk, tidak suka rasanya adiknya sendiri di permainkan
Tepat hari ini, SMA Pelita mengikuti olimpiade tingkat provinsi yang setiap tahunnya di laksanakan satu tahun sekali. Ada beberapa dari SMA lain yang sebagai pesaing.Seperti Raja saat ini di temani oleh Ares saja."Lo gak belajar dulu?" tanya Ares mengernyit, Raja sangat santai bahkan cowok itu sedari tadi hanya bermain games.Raja menggeleng. "Gak ah, nih mumpung ada wifi gratis sikat aja lah. Lagian gue pasti menang kok," Raja sangat percaya diri bisa mengalahkan Andy dengan mudahnya."Yakin?" Ares ragu, meskipun Raja sangat pintar dan tak perlu di ragukan lagi kecerdasannya dalam bidang akademik.Raja mengangguk mantap. "Yakin. Dan lo jangan nonjok gue lagi. Udah bikin taruhan sama Andy kalau yang menang bakalan dapetin Ratu," matanya sama sekali tak bisa beralih dari game favoritnya, meskipun begitu ia tetap berkosentrasi walaupun Ares mengajaknya berbicara.Ares sebenarnya tidak terima jika adiknya d
Tapi reaksi Ratu sangat berbeda ketika Raja dengan mudahnya membalikkan hati dan berpindah ke yang lain.Lisa yang melihat kesedihan di wajah Ratu pun menawarinya degan. "Panas banget kan? Nah, lo minum yang seger-seger. Biar hatinya adem," Lisa menggeser segelas es degan yang ia beli masih utuh dan aman itu kepada Ratu di sebelah kanan-nya.Tapi tatapan nanar Jisoo karena sangat doyan makan san minum pun juga mau. "Gue mana Lis? Kok gak di kasih es degan juga?" nada Jisoo sangat putus asa seolah es degan itulah yang melepas dahaganya sekarang di cuaca siang hari yang sangat terik.Lisa menghela nafasnya, kalau sudah ada Jisoo pasti minta di traktir. "Gak ada, beli aja sana sendiri," jawab Lisa dengan malas.'Dua-duanya sama. Mudah membalikkan hati dan memilih wanita lain. Jadi, begini ya di sakiti dua kali secara bersamaan? Aku kira Raja bakalan jadi orang yang lebih baik, dan buat Andy dia udah bener melepas Fafa yang gak pantes sama sekali dan terlalu
Pagi sekali Andy sudah sampai di rumah Fafa, ia menjemput gadisnya untuk berangkat bersama. Saat menunggu di depan gerbang, tawa renyah Fafa dengan suara berat laki-laki itu mengalihkan Andy dari ponselnya yang tadinya ingin mengirimkan pesan kepada Fafa."Kamu hari ini cantik banget sayang. Aku tambah cinta sama-""Oh jadi ini ya chat aku seharian gak di bales dan nomor kamu gak aktif," sela Andy cepat, langkahnya menghadang Fafa dan laki-laki di sebelahnya yang memakai seragam berbeda."Dia siapa?" tanya Andy dengan nada dingin. Rasa tidak suka sekaligus cemburu menjadi satu. Pikirannya berkelana kemana-mana tentang laki-laki di hadapannya saat ini."Pacar aku. Iya kan sayang?" Gio menjawabnya dengan jujur, berbeda dengan Fafa yang terdiam dan gugup. "Emangnya lo siapa? Ngapain kesini?" Gio balik bertanya, karena selama ini hanya dirinyalah yang selalu datang ke rumah Fafa tidak ada laki-laki lain.Andy mengepalkan tangannya. Pacar? Jadi selama i
Saking senangnya, Andy mengajak Fafa ke sebuah kafe. Makan bersama atau kencan lagi. Disini Fafa paling bahagia, senyuman manis dari bibir pink merona itu tidak pernah luntur. Fafa begitu bahagia karena akhirnya bisa mengambil alih lagi, Andy dari Ratu yang hanpir berhasil memiliki Andy sebagai kekasih. Namun tidak untuk sekarang, status itu berubah menjadi mantan."Enak banget nih sayang. Kamu cobain deh spagheti punyaku," tangan Fafa siap menyuapkan spaghetinya. Tapi Andy menggeleng. "Gak usah, aku udah punya sendiri. Kamu makan aja," tolaknya halus, tapi kali ini tidak ada nada dingin dan wajah datar seperti berpacaran dulu, senyumannya membuat hati Fafa menghangat dan berdebar.Senyuman Fafa pudar. 'Kenapa gak mau? Padahal aku pingin romantisan,' batinnya sedikit kecewa.Selesai makan, Fafa sibuk membalas pesan dari rekan kerjanya sebagai model.Andy memperhatikan Fafa. "Sibuk banget ngetiknya. Serius gitu, penting ya?" tanyany
Malam ini Ratu tak berkosentrasi belajar. "Arghh," ia mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya masih terbayang bagaimana Andy kembali lagi dengan Fafa. "Ini namanya cinta satu detik. Ck, sudahlah buat apa aku mengingatnya? Mereka sama saja selalu ada maunya dan ingin menang sendiri," tangannya kembali mengerjakan tugas PR Sejarah hingga selesai. Jam 12 malam, Ratu menguap. Sangat melelahkan belajar semalaman. Tapi setidaknya mengenyahkan pikirannya dari rumitnya cinta. *** Ratu yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya saat keluar dari kamar dan berbalik di kejutkan oleh kehadiran Raja, jangan lupakan senyuman jahilnya. Ratu berdecak kesal. "Kamu ngapain kesini? Kenapa bisa tau alamat rumahku?" tanya Ratu panik, bagaimana kalau bapak dan ibunya tau? Bisa gawat! Dan berpikir Raja ini pacarnya. Raja terkekeh. "Karena aku tau semuanya tentang kamu. Bahkan kedua orang tua kamu tadi menyapaku dan mengajak sarapan bareng. Gak ap