"Bisa kita bicara di kantor saya saja, Tuan?" tanya dokter itu.
"Tentu saja, dokter," jawab Vesa tanpa pikir panjang.Dia menoleh pada Lay dan Lucas yang sedang kebingungan, "Aku pergi sebentar. Tolong kalian jaga ayahku dulu ya?"Lay menjawab, "Oke. Tenang saja, kau urus saja dulu. Kami pasti akan menjaga ayahmu."Vesa mengangguk dan kemudian mengekor dokter yang membawanya menuju ruangannya."Silakan duduk!" ujar dokter itu."Terima kasih, Dok."Dokter itu langsung berkat, "Saya menemukan sejenis senyawa naproxen dalam darah Tuan Valentino. Senyawa ini seharusnya tidak boleh ada dalam tubuh ayah Anda karena akan memicu kerja jantung lebih berat. Hal ini juga yang membuat ayah Anda mengalami gagal jantung."Vesa menatap pias dokter yang ada di hadapannya itu."Maksud Anda kemungkinan besar ada yang dengan sengaja membuat ayah saya mengkonsumsi obat terlarang itu?" tanya Vesa kaget."Ya, benar."Aku berharap dokter itu segera menemukan penyebabnya," ujar Lucas kemudian, tak mau membuat Vesa curiga kepada mereka.Mendengar kebohongan itu rasanya Vesa ingin sekali muntah saat itu juga. Namun, dia tetap harus bersandiwara menjadi pria muda bodoh seperti biasanya jadi dia membalas, "Terima kasih. Kalian terlalu baik kepadaku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan tanpa kalian.""Hei, kau tak perlu begitu. Ini tugas sebagai seorang teman kan? Jadi, kau tak perlu berterima kasih pada kami," sambung Lay yang sebenarnya tidak tenang tapi dia tak boleh kelihatan panik di depan Vesa atau dia bisa mengetahui kepura-puraannya.Vesa memajang wajah terharunya seraya berkata, "Sejak Derrick tak ada, kalian memang menjadi teman yang begitu baik kepadaku. Tak ada salahnya kan? Toh ini hanya ucapan saja.""Ah, baiklah. Omong-omong, bagaimana operasinya nanti?" tanya Lay lagi."Sebentar lagi akan segera dilakukan. Dokter masih memeriksa secara
"Apa kau yakin?" tanya Lay masih tak mau percaya."Kenapa memangnya?" tanya Lucas balik.Lay terlihat berpikir sebentar, "Tidak mungkin Vesa menjebak kita. Dia, kau tahu kan dia terlalu polos dan..."Lucas menyeringai, "Bodoh. Iya, benar.""Nah kan? Mana mungkin dia yang memindahkan ayahnya? Rasanya mustahil sekali. Lagi pula, dia masih bersikap baik pada kita tadi. Kau tahu kan, jika dia mencurigai seseorang, dia pasti akan langsung mengatakannya," jelas Lay yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.Lucas menghela napas panjang, "Hm. Ya, tapi siapa lagi yang mungkin memindahkannya?"Lay menjawab, "Entahlah. Tapi lebih baik kita keluar dari kamar ini dulu dan berganti pakaian. Kita cari Vesa."Lucas setuju dan mereka pun langsung saja pergi dari ruangan Valentino itu.Tak lama berselang, mereka kembali ke ruang rawat Valentino dan tanpa diduga mereka Vesa baru saja datang dan tampak sedang membawa beberapa baran
"Kau yakin mereka jika mereka yang melakukannya?" tanya Vesa menggeram marah.Lay dengan wajah terlihat meyakinkan menjawab, "Ya, siapa lagi, Vesa. Sudah pasti mereka."Vesa langsung meninju dinding, "Akan aku bunuh siapapun yang berani melukai ayahku. SIAPAPUN."Lucas menanggapi, "Ya, Vesa. Dan itu Ruslan dan juga Derrick."Lay dan Lucas bermain mata di belakang Vesa, merasa puas sudah bisa membodohi Vesa lagi."Kalau begitu, ayo kita lapor polisi saja!" ajak Vesa.Lay, "Polisi? Aku yakin polisi tidak bisa menyelesaikan kasus ini. Lebih baik kita cari saja sendiri."Lucas juga ikut berbicara, "Lay benar, Vesa. Polisi tidak akan bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah memiliki uang yang cukup untuk menyuap kepolisian."Vesa langsung menoleh dan memasang wajah tak percaya, "Apa maksudmu? Bukankah Derrick bangkrut? Sedangkan Ruslan, tak mungkin memiliki uang yang banyak."Lay menghela napas, berpura-pura sedih
Gea mengepalkan tangannya dengan kuat. "Coba lagi!" perintahnya pada Verlyta.Lay dan Lucas dengan terburu-buru mendekat ke arah Verlyta yang sedang berkutat dengan laptopnya. Mereka melihat Verlyta berkali-kali mencoba masuk ke dalam sebuah situs dan tetap saj gagal."Tetap tidak bisa, Bos," ujar Verlyta lemas."Verlyta, kau ke AL Group, siapkan dokumen-dokumen pengalihan hak kuasa atas AL Group," titah Gea lagi.Rio berkata, "Kenapa harus AL Group, Bos? Valentino memiliki puluhan perusahaan lain."Gea menjawab, "Karena AL Group itu perusahaan paling berharga untuk Valentino dan kalau kau lupa, perusahaan itu menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Kita harus dapatkan itu. Jika Valentino tahu kita bisa merebut AL Group, dia pasti tak akan bisa bernapas."Lay menanggapi, "Karena AL Group ini peninggalan ayahnya, Budi Araya. Perusahaan itu bisa menjadi miliknya setelah mengorbankan banyak sekali nyawa. Valentino bisa terpukul jika
"Hei," ujar Vesa santai sambil tersenyum. Vesa Araya membungkus dirinya dengan hoodie hitam, jeans panjang yang juga berwarna hitam serta sepatu kets berwarna cokelat gelap. Lay berucap, "Kau di sini?"Vesa mengerutkan dahinya, "Ya, memangnya aku harus di mana?"Lucas menanggapi, "Ah, ya tentu saja. Kau mau keluar?"Vesa menggeleng dan menjawab, "Tidak. Aku hanya mengecek pengawal. Entah kenapa aku tidak menemukan pengawal yang menjaga di depan. Aneh sekali."Lay berkata, "Mungkin mereka berganti shift dan penggantinya belum kembali. Tapi di dalam aman kan? Maksudku pengawalmu masih ada kan?"Vesa mengangguk kali ini, "Ya. Masih lengkap. Ada delapan kan ya? Terus pelayan juga masih ada empat. Tak ada yang berkurang."Lucas mengangguk paham. "Omong-omong, tumben kau memakai pakaian serba hitam begitu?""Memangnya kenapa? Bukankah laki-laki terlihat lebih keren saat memakai pakaian serba hitam? Soalnya,
Vesa Araya sedang menunggu si kembar bangun dengan tenangnya. Dia hanya bermain-main dengan sebuah gelas berisi sirup dengan rasa stroberi. Pria muda itu jelas masih bisa bersabar kedua orang yang telah menipunya itu untuk sadar. Namun, ketika dia akan meminumnya kembali, gelasnya kosong."Silahkan, Tuan Muda," ujar Ruslan setelah menuangkan sirup itu lagi.Vesa menoleh dengan senyum tulus di wajahnya, "Terima kasih, Paman.""Sudah tugas saya," sahut Ruslan dengan senang hati.Namun, kening Vesa mengerut bingung, "Kapan mereka bangun?"Ruslan melirik arlojinya dan kemudian baru menjawab, "Sekitar satu jam lagi menurut petunjuk penggunaan obatnya, Tuan Muda.""Lama sekali," balas Vesa. Dia lalu menoleh pada Derrick White yang tertidur pulas di sofa panjang."Pantas Derrick sampai mengantuk," omel Vesa.Ruslan membalas, "Apa perlu saya bangunkan paksa?"Vesa langsung saja teringat ketika dirinya
Usai memberi pelajaran pada Lay dan Lucas, Ruslan segera membawa kedua pemuda itu ke kantor polisi. Namun, dikarenakan mereka adalah warga negara asing, pihak kepolisian harus menghubungi duta besar Inggris untuk Indonesia. Tapi yang jelas, Ruslan akan memastikan keduanya akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang mereka lakukan. Meskipun jika mereka dikirim kembali ke Inggris, mereka tetap akan diproses secara adil.Keesokan harinya, di saat Verlyta baru masuk ke dalam ruangannya, dia dikagetkan dengan adanya sebuah paket di atas mejanya."Siapa yang mengirim paket ini?" gumam Verlyta bingung.Biasanya jika dia ada paket, ayahnya sendiri yang akan mengantarkan paket itu kepadanya. Akan tetapi, kali ini dia merasa cukup aneh lantaran paket itu malah langsung ada di sana.Dengan penuh rasa penasaran, Verlyta akhirnya membuka paket yang berukuran sekitar tiga puluh senti itu.Dia mengerutkan dahinya karena itu isin
Andi yang baru saja selesai menyortir paket untuk para karyawan AL Group itu, tiba-tiba saja dikejutkan oleh Glen, salah satu satpam muda yang telah menjadi anak buahnya selama beberapa bulan ini."Pak, Pak. Ikut saya, Pak!" teriak Glen dengan panik.Andi masih dengan santainya menjawab, "Kenapa kau berteriak-teriak seperti itu? Telinga Bapak jadi sakit dengarnya."Glen berucap, "Ada yang mau bunuh diri, Pak. Saya tidak tahu siapa karena tidak jelas."Andi yang awalnya tenang itu langsung berdiri, "Di mana?""Ke depan gedung, Pak. Ayo, Pak!" ujar Glen panik dan dia juga langsung menarik tangan Andi untuk dibawa menuju depan kantor AL Group yang ternyata sudah diapadati oleh orang-orang.Di atap gedung, terlihat ada seseorang yang sudah berdiri di sana dan tengah naik ke pembatas. Tak terlihat jelas memang dari bawah gedung. Dari bawah gedung dengan puluhan lantai itu, hanya terlihat sosok kecil yang sudah merentangkan tangannya b