Share

90. Trik

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa kau yakin?" tanya Lay masih tak mau percaya.

"Kenapa memangnya?" tanya Lucas balik.

Lay terlihat berpikir sebentar, "Tidak mungkin Vesa menjebak kita. Dia, kau tahu kan dia terlalu polos dan..."

Lucas menyeringai, "Bodoh. Iya, benar."

"Nah kan? Mana mungkin dia yang memindahkan ayahnya? Rasanya mustahil sekali. Lagi pula, dia masih bersikap baik pada kita tadi. Kau tahu kan, jika dia mencurigai seseorang, dia pasti akan langsung mengatakannya," jelas Lay yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Lucas menghela napas panjang, "Hm. Ya, tapi siapa lagi yang mungkin memindahkannya?"

Lay menjawab, "Entahlah. Tapi lebih baik kita keluar dari kamar ini dulu dan berganti pakaian. Kita cari Vesa."

Lucas setuju dan mereka pun langsung saja pergi dari ruangan Valentino itu.

Tak lama berselang, mereka kembali ke ruang rawat Valentino dan tanpa diduga mereka Vesa baru saja datang dan tampak sedang membawa beberapa baran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Miliarder   91. Dugaan

    "Kau yakin mereka jika mereka yang melakukannya?" tanya Vesa menggeram marah.Lay dengan wajah terlihat meyakinkan menjawab, "Ya, siapa lagi, Vesa. Sudah pasti mereka."Vesa langsung meninju dinding, "Akan aku bunuh siapapun yang berani melukai ayahku. SIAPAPUN."Lucas menanggapi, "Ya, Vesa. Dan itu Ruslan dan juga Derrick."Lay dan Lucas bermain mata di belakang Vesa, merasa puas sudah bisa membodohi Vesa lagi."Kalau begitu, ayo kita lapor polisi saja!" ajak Vesa.Lay, "Polisi? Aku yakin polisi tidak bisa menyelesaikan kasus ini. Lebih baik kita cari saja sendiri."Lucas juga ikut berbicara, "Lay benar, Vesa. Polisi tidak akan bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah memiliki uang yang cukup untuk menyuap kepolisian."Vesa langsung menoleh dan memasang wajah tak percaya, "Apa maksudmu? Bukankah Derrick bangkrut? Sedangkan Ruslan, tak mungkin memiliki uang yang banyak."Lay menghela napas, berpura-pura sedih

  • Anak Miliarder   92. Rencana Gea

    Gea mengepalkan tangannya dengan kuat. "Coba lagi!" perintahnya pada Verlyta.Lay dan Lucas dengan terburu-buru mendekat ke arah Verlyta yang sedang berkutat dengan laptopnya. Mereka melihat Verlyta berkali-kali mencoba masuk ke dalam sebuah situs dan tetap saj gagal."Tetap tidak bisa, Bos," ujar Verlyta lemas."Verlyta, kau ke AL Group, siapkan dokumen-dokumen pengalihan hak kuasa atas AL Group," titah Gea lagi.Rio berkata, "Kenapa harus AL Group, Bos? Valentino memiliki puluhan perusahaan lain."Gea menjawab, "Karena AL Group itu perusahaan paling berharga untuk Valentino dan kalau kau lupa, perusahaan itu menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Kita harus dapatkan itu. Jika Valentino tahu kita bisa merebut AL Group, dia pasti tak akan bisa bernapas."Lay menanggapi, "Karena AL Group ini peninggalan ayahnya, Budi Araya. Perusahaan itu bisa menjadi miliknya setelah mengorbankan banyak sekali nyawa. Valentino bisa terpukul jika

  • Anak Miliarder   93. Makan Malam Aneh

    "Hei," ujar Vesa santai sambil tersenyum. Vesa Araya membungkus dirinya dengan hoodie hitam, jeans panjang yang juga berwarna hitam serta sepatu kets berwarna cokelat gelap. Lay berucap, "Kau di sini?"Vesa mengerutkan dahinya, "Ya, memangnya aku harus di mana?"Lucas menanggapi, "Ah, ya tentu saja. Kau mau keluar?"Vesa menggeleng dan menjawab, "Tidak. Aku hanya mengecek pengawal. Entah kenapa aku tidak menemukan pengawal yang menjaga di depan. Aneh sekali."Lay berkata, "Mungkin mereka berganti shift dan penggantinya belum kembali. Tapi di dalam aman kan? Maksudku pengawalmu masih ada kan?"Vesa mengangguk kali ini, "Ya. Masih lengkap. Ada delapan kan ya? Terus pelayan juga masih ada empat. Tak ada yang berkurang."Lucas mengangguk paham. "Omong-omong, tumben kau memakai pakaian serba hitam begitu?""Memangnya kenapa? Bukankah laki-laki terlihat lebih keren saat memakai pakaian serba hitam? Soalnya,

  • Anak Miliarder   94. Balasan

    Vesa Araya sedang menunggu si kembar bangun dengan tenangnya. Dia hanya bermain-main dengan sebuah gelas berisi sirup dengan rasa stroberi. Pria muda itu jelas masih bisa bersabar kedua orang yang telah menipunya itu untuk sadar. Namun, ketika dia akan meminumnya kembali, gelasnya kosong."Silahkan, Tuan Muda," ujar Ruslan setelah menuangkan sirup itu lagi.Vesa menoleh dengan senyum tulus di wajahnya, "Terima kasih, Paman.""Sudah tugas saya," sahut Ruslan dengan senang hati.Namun, kening Vesa mengerut bingung, "Kapan mereka bangun?"Ruslan melirik arlojinya dan kemudian baru menjawab, "Sekitar satu jam lagi menurut petunjuk penggunaan obatnya, Tuan Muda.""Lama sekali," balas Vesa. Dia lalu menoleh pada Derrick White yang tertidur pulas di sofa panjang."Pantas Derrick sampai mengantuk," omel Vesa.Ruslan membalas, "Apa perlu saya bangunkan paksa?"Vesa langsung saja teringat ketika dirinya

  • Anak Miliarder   95. You are Next

    Usai memberi pelajaran pada Lay dan Lucas, Ruslan segera membawa kedua pemuda itu ke kantor polisi. Namun, dikarenakan mereka adalah warga negara asing, pihak kepolisian harus menghubungi duta besar Inggris untuk Indonesia. Tapi yang jelas, Ruslan akan memastikan keduanya akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang mereka lakukan. Meskipun jika mereka dikirim kembali ke Inggris, mereka tetap akan diproses secara adil.Keesokan harinya, di saat Verlyta baru masuk ke dalam ruangannya, dia dikagetkan dengan adanya sebuah paket di atas mejanya."Siapa yang mengirim paket ini?" gumam Verlyta bingung.Biasanya jika dia ada paket, ayahnya sendiri yang akan mengantarkan paket itu kepadanya. Akan tetapi, kali ini dia merasa cukup aneh lantaran paket itu malah langsung ada di sana.Dengan penuh rasa penasaran, Verlyta akhirnya membuka paket yang berukuran sekitar tiga puluh senti itu.Dia mengerutkan dahinya karena itu isin

  • Anak Miliarder   96. Bunuh Diri

    Andi yang baru saja selesai menyortir paket untuk para karyawan AL Group itu, tiba-tiba saja dikejutkan oleh Glen, salah satu satpam muda yang telah menjadi anak buahnya selama beberapa bulan ini."Pak, Pak. Ikut saya, Pak!" teriak Glen dengan panik.Andi masih dengan santainya menjawab, "Kenapa kau berteriak-teriak seperti itu? Telinga Bapak jadi sakit dengarnya."Glen berucap, "Ada yang mau bunuh diri, Pak. Saya tidak tahu siapa karena tidak jelas."Andi yang awalnya tenang itu langsung berdiri, "Di mana?""Ke depan gedung, Pak. Ayo, Pak!" ujar Glen panik dan dia juga langsung menarik tangan Andi untuk dibawa menuju depan kantor AL Group yang ternyata sudah diapadati oleh orang-orang.Di atap gedung, terlihat ada seseorang yang sudah berdiri di sana dan tengah naik ke pembatas. Tak terlihat jelas memang dari bawah gedung. Dari bawah gedung dengan puluhan lantai itu, hanya terlihat sosok kecil yang sudah merentangkan tangannya b

  • Anak Miliarder   97. Rumah Verlyta

    Tanpa Vesa menjawab pertanyaannya pun Derrick sebenarnya juga sudah tahu jika jawaban untuk pertanyaannya adalah 'Ya'. Mereka memang mutlak menjadi salah satu penyebab kematian Verlyta.Vesa Araya bahkan hanya bisa menatap kosong ke arah depan. Kejadian ini begitu mengguncang jiwanya. Ini terlalu mengejutkan baginya. Tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya jika teror kecil yang dia kirimkan untuk gadis muda yang sebaya dengannya itu akan mendorong Verlyta untuk menghabisi nyawanya sendiri. Dia tidak bermaksud membuat Verlyta bunuh diri. Bukan itu yang dia inginkan. Bukan itu.Dia seolah berusaha meneriakkan kata-kata yang membuatnya perasaannya lebih baik tapi sayang sekali itu tak jelas tak berhasil."Derrick, kita ke sana."Derrick menoleh, langsung paham apa yang dimaksud oleh Vesa. Mereka berdua ditemani Ruslan dan sebagian pengawal menuju rumah duka. Jenazah Verlyta sudah dibawa pulang oleh Andi dan saat ini akan segera dimakamkan.Ketika Vesa datang, tak sedikit orang-or

  • Anak Miliarder   98. Kematian

    "Kenapa kau malah menahanku? Dia sudah sangat kurang ajar, Derrick," ujar Vesa marah tak terima setelah sahabat baiknya itu malah menyeret dirinya menjauh dari rumah keluarga Verlyta."Karena kau bisa membuat keributan di dalam sana, Vesa," jawab Derrick santai.Vesa meninju dinding."Tapi dia sudah sangat keterlaluan, Derrick. Dengan tenangnya dia bertanya apa ayahku masih hidup atau tidak. Dia... Arggghh. Aku seharusnya langsung membunuhnya saja," ucap Vesa putus asa.Derrick mengerti, tentu saja dia paham jika kemarahan Vesa sudah tak terbendung. "Aku tahu, Vesa.""Kau tidak tahu, Derrick," bantah Vesa."Tidak, aku tahu. Vesa, dengar. Dia sengaja memancing kemarahanmu. Dia ingin kau terlihat buruk di depan semua orang termasuk Pak Andi. Jika kau tadi hilang kendali, Pak Andi mungkin akan mengira jika kau benar-benar penyebab anaknya bunuh diri, Vesa."Vesa mendongak, "Aku tidak peduli.""Tapi aku peduli. Pikirkanlah baik-baik. Inilah yang diinginkan wanita licik itu. Dia ingin kau

Bab terbaru

  • Anak Miliarder   Cuap-cuap Penulis

    Halo, readers. Kita ketemu lagi di sini. Akhirnya selesai juga season kedua ini. Lega sekali rasanya bisa menyelesaikan cerita ini. Zila ucapkan banyak terima kasih yang sudah antusias membaca kisah Vesa Araya, anak dari Valentino Araya ini dan mengikutinya sampai akhir. Semoga ceritanya tidak mengecewakan ya dan kalian puas dengan cerita ini. Endingnya semoga juga memuaskan bagi para readers ya dan nggak ada yang kecewa. Zila harap kisah Vesa Araya ini semoga bisa diingat oleh para pembaca. Akhir kata, Zila harap bisa membuat cerita lain yang juga disukai para pembaca. Salam hangat dari Zila Aicha, sampai ketemu di karya Zila berikutnya.

  • Anak Miliarder   130. Akhir dari Dendam

    Tubuh Gea terlihat begitu mengerikan. Dadanya tertancap pisau dan mulutnya mengeluarkan busa serta matanya pun terbuka.Vesa langsung memerintah, "Hubungi polisi sekarang."Inka menutup wajahnya karena tak sanggup melihatnya. Vesa langsung saja memeluk gadis itu agar Inka tak merasa takut."Siapa yang membunuhnya? Itu terlalu kejam, Vesa. Sungguh mengerikan," ujar gadis itu dengan suara bergetar."Kita akan segera tahu, biarkan polisi yang menanganinya," ujar Vesa.Tak lama kemudian polisi datang dan langsung saja memeriksa kasus itu."Apakah Anda berdua bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberi kesaksian?" tanya petugas polisi itu."Ya," jawab Vesa.Vesa pun mengajak Inka untuk ikut ketua polisi itu.Vesa dan Inka harus berada di kantor polisi setidaknya selama dua jam lamanya guna memberi kesaksian mereka. Dan saat dia telah selesai dan keluar dari ruang interogasi, dia melihat Lara, anak Gea itu datang ke kantor polisi dengan raut wajah yang penuh air mata."Apa Anda sudah mene

  • Anak Miliarder   129. Tidak Terduga

    "Aku tidak membencimu, Alea. Hanya saja kau sudah keterlaluan," ucap Vesa. Dia lalu menggandeng Lara pergi dari sana.Alea berteriak, "Vesa."Vesa tak memperdulikannya. Alea hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan perasaan getir. Vesa sudah tak mau berhubungan lagi dengannya. Pria muda itu pastilah sudah begitu jijik padanya.Alea menjambak rambutnya sendiri lalu pergi dari kampus itu karena tak tahan melihat para mahasiswa yang menatapnya dengan tatapan aneh.Di sisi lain, Vesa berujar pelan, "Maafkan aku. Gara-gara aku, kamu jadi...""Tak apa. Well, omong-omong aku harus pergi sekarang, aku rasa temanku sudah datang," ujar Lara kemudian.Vesa mengangguk pelan, masih merasa begitu bersalah. Begitu gadis itu pergi, dia memilih untuk mengubah rencananya. Dia tak mungkin memanfaatkan Lara untuk menjebak Gea. Gadis itu tak tahu apa-apa. Entah kenapa, dia merasa jika Lara memang gadis polos. Maka dari itu dia memutuskan untuk menyerang Gea tanpa melibatkan Lara. Sore itu dia kembali

  • Anak Miliarder   128. Berkeliling

    Hanya dalam waktu tak kurang dari tiga puluh detik saja, Stefan sudah mengirimkan sebuah photo begitu Vesa mematikan sambungan teleponnya.Vesa dengan tenang membuka pesan itu dan tersenyum miring begitu dia melihat photo itu.Kena kau, Gea. Vesa membatin.Segera dia mengantongi kembali ponselnya dan berjalan mendekati Lara sambil tersenyum cerah."Sudah selesai menghubungimu?" tanya Vesa yng jauh lebih ramah dari pada sebelumnya."Sudah. Mau berkeliling sekarang?" tanya Lara balik."Ya, langsung saja. Aku tak akan mengambil waktumu banyak-banyak," ucap Vesa.Lara mengangguk dan kemudian mulai bertindak sebagai seorang tour guide di sana. Meskipun baru meninggalkan kampus itu selama tujuh bulan lamanya, tapi kampus itu sudah cukup banyak berubah.Vesa mengenang masa-masa di kampusnya itu. Walaupun memang banyak kenangan buruk di sana, dia tetap masih sedikit kenangan baik hingga sekarang dia cukup merasa kecewa lagi ketika teringat masa-masa awal pertemanannya dengan Derrick.Derrick

  • Anak Miliarder   127. Lara

    Lara Serafin tergesa-gesa masuk ke dalam kampusnya, Greenwich University. Dia telah berjanji pada Gemma Jones semalam untuk menemani gadis itu ke perpustakaan.Saat dia melangkahkan kakinya menuju tempat itu, dia harus melewati segerombolan mahasiswa dari fakultas lain yang terlihat sedang berbincang-bincang santai.Lara begitu menikmati kehidupan barunya di kampus itu. Meskipun pada awalnya dia merasa banyak sekali hal yang begitu janggal seperti alasan yang tidak jelas sang ibu yang memilih negara ini. Di samping itu, ibunya yang sekarang ini memilih untuk bekerja dari rumah tentu membuatnya semakin bertanya-tanya.Ibunya, Gea Raharjo beralasan jika bekerja dari rumah berarti membuatnya memiliki waktu yang lebih banyak dengannya. Dikarenakan hal itu juga, Lara tak pernah bisa memprotes ataupun bertanya lebih banyak mengenai alasan utama ibunya itu.Dan ketika Lara bertanya tentang pekerjaan ibunya itu, ibunya hanya akan menjawab jika dia bergelut dengan saham. Entah saham yang seper

  • Anak Miliarder   126. Siapa yang Salah?

    Derrick hanya bisa terdiam kala melihat sahabat baiknya pergi dari rumahnya. Dia melirik Alea sekilas, ingin sekali dia merengkuh tubuh Alea tapi di saat dia mendekat, Alea mundur ke belakang.Dengan wajah yang sudah basah karena air mata, Alea berkata dengan terisak-isak pelan, "Ini semua salahku. Salahku, Derrick."Derrick menggeleng, "Tidak. Ini salahku, Alea. Kau tidak salah. Aku yang membuat semuanya berantakan.""Aku yang datang padamu, aku yang paling bersalah," ujar Alea lagi."Aku yang memintamu datang, aku, Derrick," lanjut Alea.Derrick menyambar, "Dan aku juga mau datang ke sini. Oke, baiklah. Kita sama-sama bersalah. Kita berdua sama-sama bersalah."Alea jatuh terduduk di lantai halaman rumah Derrick, "Vesa pasti membenciku. Padahal kami baik-baik saja. Dia tidak pernah menyakitiku. Tapi kenapa aku? Derrick, aku hanya kesal karena dia tak pernah mau mengunjungiku ke sini. Padahal kan jelas uang bukan masalah baginya. Tapi dia lebih mementingkan perusahaannya itu. Aku hany

  • Anak Miliarder   125. Kejutan Besar

    London masih menjadi salah satu kota terpadat yang Vesa datangi. Pemandangan malam kota ini selalu berhasil membuat Vesa rindu. Semenjak kematian kakek dan neneknya sekitar tujuh bulan yang lalu, Vesa Araya belum pernah mendatangi kota itu. Hal ini bukan karena dia yang tak ingin pergi menengok kakek dan neneknya, melainkan karena kesibukannya yang cukup menyita waktu.Dalam enam bulan belakang, selain Vesa harus mengejar gelar pendidikanya, dia harus kembali mengurus perusahaan peninggalan sang ayah. Dirinya yang mungkin menjadi anak miliarder terkaya di Indonesia itu pun hampir tak memiliki waktu senggang sedikit pun.Hingga mungkin, bisa dikatakan jika hidup Vesa hanyalah berkutat pada dunia bisnis, pendidika sekaligus melacak keberadaan Gea yang sampai sekarang belum juga dia ketahui.Namun, Vesa bukanlah orang yang mudah menyerah apalagi Gea menjadi salah satu penyebab segala ketidakberuntungan yang menghinggapinya. Vesa tidak sedikitpun menghentikan pencarian dan malah semakin m

  • Anak Miliarder   124. Menjaganya dengan Nyawaku

    "Kau tidak mau menyelidikinya?" tanya Inka kemudian.Vesa terkejut mendengar perkataan Inka, "Menyelidiki? Kau mengatakannya seolah Derrick telah melakukan sesuatu yang aneh-aneh saja."Inka tergelak, "Vesa, bukan begitu maksudku. Yah, kita tidak tahu apa yang terjadi di sana. Kan bisa jadi dia memang sedang menghadapi masalah yang besar."Inka melihat kening Vesa mengerut. Pria muda itu sedang berpikir."Beberapa waktu aku mengenal Derrick, dia tidak sepertimu. Kau selalu mengatakan apapun. Tapi tidak dengan Derrick. Kalian memang berteman dekat, namun aku rasa dia masih menyimpan rahasia atau bisa dibilang tak selalu mengatakan apapun kepadamu," jelas Inka."Itu aku tahu, Inka. Kan tadi sudah aku katakan. Dia memang tak selalu mengatakan segalanya dan aku tak pernah memaksanya untuk mengatakannya. Aku menghargai privasinya," sahut Vesa."Nah, itu dia, Vesa. Kenapa kau tidak coba selidiki. Siapa tahu sebenarnya dia membutuhkan bantuanmu tapi tak mengatakannya," ucap Inka.Vesa berpik

  • Anak Miliarder   123. Negara Impian

    Gea tersenyum sekilas sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu, "Karena Inggris itu negara impian Ibu."Lara bingung tapi berusaha tersenyum, tak ingin mengerecoki ibunya dengan pertanyaan-pertanyaan dirinya lagi yang mungkin saja malah membuat Sang Ibu bersedih."Kau pasti akan suka nanti, Sayang. Kau bisa masuk ke Greenwich University nanti," ujar Gea.Lara mengangguk dan setelah itu makanan datang. Gadis muda yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya itu mulai berkonsentrasi pada makanan yang ada di depannya."Makanlah dulu, Ibu tidur sebentar ya? Jika perlu apa-apa, kau bisa bangunkan Ibu," ucap Gea lagi.Lara menjawab, "Ya, Ibu tenang saja. Setelah makan, aku akan ikut tidur.""Anak baik," puji Lara sambil mengusap lembut rambut Sang Putri.Tak lama setelah itu, Gea benar-benar terpejam. Sayangnya, meskipun Lara dari luar tampak menikmati makanannya, sayang sekali pikirannya sedang berkelana ke mana-mana.Lara memang masih sangat muda, di usianya yang baru saja meng

DMCA.com Protection Status