Beranda / Urban / Anak Miliarder / 52. Semena-Mena

Share

52. Semena-Mena

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kau. Berani sekali kau menampar aku, Jalang?" ucap Cylla.

PLAK!

Riana kembali melayangkan tangannya untuk memberi hadiah berupa tamparan di pipi putih Cylla. Wajah cantik itu sekarang telah berubah, ada gambar telapak tangan yang tercetak jelas di pipi Cylla.

"Kau..."

Lucas menutup mulutnya rapat-rapat, terlalu syok.

"Ada apa ribut-ribut?" tanya Andre. Pria itu baru saja keluar dari ruangannya dan langsung berjalan menuju kedua wanita yang sedang bersitegang itu.

Cylla langsung memasang ekspresi tersakiti, "Dia, Sayang. Dia menamparku. Pecat dia, Sayang. Dia telah menyakiti wajahku, lihatlah!"

Riana memutar bola matanya malas harus menyaksikan drama murahan yang tersaji di depannya. Sedangkan Lucas masih tak tahu harus bagaimana, dia belum pernah berada dalam situasi seperti ini.

Di kampusnya dulu, Lucas sudah sering menjadi rebutan dari para wanita dan dengan mudah dia berhasil mereka tenang. Dia akan mengatu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Miliarder   53. Pikiran Sempit

    "Kenapa kau malah meminta maaf, Cylla?" tanya Andre dongkol.Dia sungguh tidak mengerti jalan pikiran teman tidurnya itu yang tiba-tiba saja berubah dengan cepat.Cylla meraup wajah kekasihnya itu dan menatapnya dengan lembut, "Aku memikirkan reputasimu dan juga posisimu, Sayang."Andre mengerutkan dahinya bingung tapi tetap membiarkan kedua tangan wanita bertubuh sintal itu memegang wajah tampannya."Apa yang kau maksud?"Cylla mengecup bibir lelaki itu sekilas dan kemudian berbicara, "Jika kita tetap bersikeras memecat Riana, Vesa Araya sudah pasti kan menang. Kau tahu kan, Sayang. Kita sudah bersikap tidak adil pada Lucas dan jika mereka benar-benar mengecek CCTV, sudah pasti kita akan ketahuan, Andre. Ini tidak bagus untuk kamu. Vesa bisa menggunakan ini untuk menyingkirkan kamu, Sayang. Dan aku tentu tidak rela jika kau sampai kehilangan pekerjaanmu hanya karena aku."Andre mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir ma

  • Anak Miliarder   54. Rahasia

    Awalnya Ruslan ragu dengan permintaan Vesa itu tapi sejujurnya itu adalah opsi terbaik untuk mereka saat ini. Kondisi Valentino sudah sangat stabil jadi bisa dikatakan mereka hanya menunggu pria itu tersadar dari tidur panjangnya. Vesa Araya meyakinkan pria kepercayaan ayahnya itu jika mereka bisa membeli peralatan terbaik dan juga membayar dokter swasta dan juga perawat profesional untuk merawat ayahnya. Maka dari itu, Ruslan mendukung ide Vesa dengan harapan jika setelah Valentino dirawat di apartemen itu dan dekat dengan putranya, pria itu akan dengan cepat membuka matanya."Apa tidak apa-apa memindahkan ayahmu ke sini?" tanya Derrick ragu, saat ini dia melihat para pengawal sedang menyiapkan kamar rawat Valentino."Tentu saja. Keadaannya sudah membaik, aku rasa tak akan ada masalah jika merawatnya di sini. Lagipula, aku tak tenang jika ayah di rumah sakit," ucap Vesa."Kenapa memangnya?" tanya Derrcik bingung."Bukankah banyak pengaw

  • Anak Miliarder   55. Mari Bermain!

    Percuma saja berbicara dengan teman-temannya yang gila itu. Vesa merasa jika ketiga temannya itu terlampau gila jadi dia memutuskan untuk kembali ke atas. Dia ingin menyambut hari esok dengan penuh kegembiraan lantaran ayahnya akan dipindahkan ke apartemen mereka esok hari.Di tempat lain, Gea baru saja menampar dua anak buahnya yang gagal lagi untuk kesekian kalinya."Membunuh orang koma saja tidak bisa. Untuk apa aku memnbayar kalian mahal-mahal?" ucap Gea berang.Rio dan Jefri hanya bisa menunduk dalam tak berani menengadahkan kepala mereka."Apa kalian tidak belajar dari kegagalan di gudang itu? Sialan kalian. Bisa-bisanya dikalahkan oleh anak buah mereka, memalukan."Kedua pria itu semakin menunduk saja."Dan besok, dia akan dipindahkan. Kesempatan kalian tinggal besok. Kalau kalian gagal, kita tak ada kesempatan lain, pastikan besok kalian berhasil membunuhnya Valentino," ucap Gea dingin."Baik, Bos," jawab Rio dan

  • Anak Miliarder   56. Keluarga Baik

    Pagi itu anak buah Gea gagal lagi membunuh Valentino lantaran mereka terkecoh dengan mobil yang membawa mereka.Gea hanya bisa menahan kemarahannya karena pagi itu dia harus mengajar do kampus. Tak mungkin dia marah-marah di lingkungan kampus. Jika di kehilangan kendali dirinya, sudah tentu dia akan dipecat. Dia tidak akan mempertaruhkan pekerjaannya untuk hal itu. Dia hanya harus lebih bersabar.Usai mengajar, Gea harus buru-buru masuk ke dalam ruangannya namun malah dihalangi oleh salah seorang mahasiswanya. Sebenarnya bisa dibilang, gadis itu tidak berusaha mencegahnya namun Gea merasa begitu."Bu, apa boleh saya menganggu waktu Anda sebentar saja?' tanya Inka pelan.Gea ingin menjawab 'Tidak', tapi dia tentu tak bisa begitu jadi dia akhirnya menjawab, "Ya. Ada yang bisa saya bantu, Inka?""Sebenarnya ini...""Jika ini berkaitan dengan studimu, kita bisa bicarakan di ruangan saya," potong Gea. Dia tak mau berbicara di tengah j

  • Anak Miliarder   57. Dari Abad Lain?

    "Masih bertanya? Tentu saja kau," ucap Vesa santai.Derrick menatap sebal pada temannya dan langsung memberi Vesa sebuah pukulan ringan di bagian lengan kanannya.Keduanya pada akhirnya terlibat saling pukul dan Ruslan tak ingin ikut campur atas candaan dua sahabat itu. Ruslan menerawang jauh. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Candaan seperti itu. Pertemanan seperti itu, pernah dia lihat sebelumnya. Pria tua menghela napasnya yang berat. "Semoga nasib kalian tidak seperti nasib Tuan Besar dan juga Tuan Agusta," ucap Ruslan pelan begitu melihat dua pemuda itu sudah masuk ke kamar mereka masing-masing.Tentu saja, hal itu mengingatkan dia tentang persahabatan yang terjalin antara Valentino dan Agusta.Agusta yang mengenali Valentino kala itu dan malah akhirnya membantunya dengan mempertaruhkan nyawanya. Sayangnya, nasib baik tak berpihak kepadanya. Agusta ditemukan terbunuh selang beberapa bulan membantunya.Hal itu menjad

  • Anak Miliarder   58. Orang Kaya Baru

    "Sudah, tak perlu dibahas lagi. Kenapa kau ikut kelas sore?" tanya Inka lagi.Mereka hanya sedang berdua di sudut tempat mesin minuman berjejer rapi itu, jadi Inka pun merasa lebih leluasa berbicara dengannya."Eh, aku kira kau tahu aku seperti sebagian dari mereka," ucap Vesa.Inka menaikkan sebelah alisnya bingung, "Hm. Memang aku harus tahu apa?""Oh, tidak. Tidak penting," balas Vesa cepat. Dia berpikir melihat reaksi Inka sepertinya gadis itu tidak tahu jika dia adalah anak miliarder yang sebagian besar mahasiswa di kampusnya itu tengah membicarakan dirinya."Ah, aku tahu. Aku tahu. Aku dengar gosip itu. Ada anak super miliarder yang baru saja pindah ke sini. Apakah itu kau?" tanya Inka tenang.Vesa menoleh heran, kenapa reaksi gadis itu malah biasa saja. Tak ada rasa ingin tahu lebih atau bahkan rasa kaget atau lainnya. Wajah gadis itu terlihat datar dan tenang seolah fakta mengenai Vesa itu adalah pewaris miliarder ternama

  • Anak Miliarder   59. Paman Terbaik

    "Kenapa tumben sekali Paman terlambat menjemput?" tanya Inka pura-pura ngambek."Maaf, tadi ada sedikit urusan. Jadi bagaimana? Apakah kau sudah menemui temanmu yang tidak datang di hari ulang tahunmu itu?" tanya Stefan. Dia sudah membukakan pintu untuk Inka.Inka dengan cepat masuk ke dalam mobil lalu memasang seatbelt-nya dengan benar sebelum menjawab, "Bagaimana bisa Paman tahu jika aku akan menemuinya?"Stefan menoleh, "Tentu saja aku tahu. Memang apa yang tidak aku tahu, Dear?" Inka mencibir, "Seharusnya aku tahu jika Paman bisa membaca pikiran orang lain."Stefan terkekeh, "Terlihat sekali di wajahmu saat malam itu, Nak. Kau berharap dia datang tapi dia tidak bisa datang, sudah pasti kau akan mengejarnya. Jadi katakan padaku, apakah kau tertarik kepadanya?"Inka sontak menoleh pada pamannya itu, "Bisa kita pulang sekarang saja Paman Stefan?"Stefan tersenyum dan menuruti keinginan keponakan kesayangannya itu tapi

  • Anak Miliarder   60. Kecurangan

    "Bagaimana keadaan Ayah?" tanya Vesa ketika baru saja pulang dari kampus.Setelah membersihkan dirinya, dia bergegas ke kamar ayahnya yang sudah ditata sedemikian rupa menjadi sebuah kamar rawat mirip kamar di rumah sakit. Semua peralatannya lengkap dan ada dua perawat yang menjaganya serta seorang dokter yang akan rutin memeriksanya setiap sehari dua kali."Baik, Tuan Muda." Ruslan yang menjawab."Belum ada pergerakan tangan atau semacamnya?" tanya Vesa pada dua perawat itu."Belum, Tuan."Vesa mengangguk. Dia tidak kecewa. Dia hanya bisa percaya jika ayahnya akan membuka matanya di waktu yang tepat."Baiklah, aku akan ke ruang kerja ayah," ujar Vesa dan langsung saja menuruni tangga.Dia tidak melihat ketiga temannya itu yang pasti sedang berkutat dengan tugas kuliah mereka masing-masing. Minggu ini mereka memang memiliki tugas yang cukup banyak sehingga mau tidak mau mereka harus ekstra bekerja keras untuk membagi wa

Bab terbaru

  • Anak Miliarder   Cuap-cuap Penulis

    Halo, readers. Kita ketemu lagi di sini. Akhirnya selesai juga season kedua ini. Lega sekali rasanya bisa menyelesaikan cerita ini. Zila ucapkan banyak terima kasih yang sudah antusias membaca kisah Vesa Araya, anak dari Valentino Araya ini dan mengikutinya sampai akhir. Semoga ceritanya tidak mengecewakan ya dan kalian puas dengan cerita ini. Endingnya semoga juga memuaskan bagi para readers ya dan nggak ada yang kecewa. Zila harap kisah Vesa Araya ini semoga bisa diingat oleh para pembaca. Akhir kata, Zila harap bisa membuat cerita lain yang juga disukai para pembaca. Salam hangat dari Zila Aicha, sampai ketemu di karya Zila berikutnya.

  • Anak Miliarder   130. Akhir dari Dendam

    Tubuh Gea terlihat begitu mengerikan. Dadanya tertancap pisau dan mulutnya mengeluarkan busa serta matanya pun terbuka.Vesa langsung memerintah, "Hubungi polisi sekarang."Inka menutup wajahnya karena tak sanggup melihatnya. Vesa langsung saja memeluk gadis itu agar Inka tak merasa takut."Siapa yang membunuhnya? Itu terlalu kejam, Vesa. Sungguh mengerikan," ujar gadis itu dengan suara bergetar."Kita akan segera tahu, biarkan polisi yang menanganinya," ujar Vesa.Tak lama kemudian polisi datang dan langsung saja memeriksa kasus itu."Apakah Anda berdua bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberi kesaksian?" tanya petugas polisi itu."Ya," jawab Vesa.Vesa pun mengajak Inka untuk ikut ketua polisi itu.Vesa dan Inka harus berada di kantor polisi setidaknya selama dua jam lamanya guna memberi kesaksian mereka. Dan saat dia telah selesai dan keluar dari ruang interogasi, dia melihat Lara, anak Gea itu datang ke kantor polisi dengan raut wajah yang penuh air mata."Apa Anda sudah mene

  • Anak Miliarder   129. Tidak Terduga

    "Aku tidak membencimu, Alea. Hanya saja kau sudah keterlaluan," ucap Vesa. Dia lalu menggandeng Lara pergi dari sana.Alea berteriak, "Vesa."Vesa tak memperdulikannya. Alea hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan perasaan getir. Vesa sudah tak mau berhubungan lagi dengannya. Pria muda itu pastilah sudah begitu jijik padanya.Alea menjambak rambutnya sendiri lalu pergi dari kampus itu karena tak tahan melihat para mahasiswa yang menatapnya dengan tatapan aneh.Di sisi lain, Vesa berujar pelan, "Maafkan aku. Gara-gara aku, kamu jadi...""Tak apa. Well, omong-omong aku harus pergi sekarang, aku rasa temanku sudah datang," ujar Lara kemudian.Vesa mengangguk pelan, masih merasa begitu bersalah. Begitu gadis itu pergi, dia memilih untuk mengubah rencananya. Dia tak mungkin memanfaatkan Lara untuk menjebak Gea. Gadis itu tak tahu apa-apa. Entah kenapa, dia merasa jika Lara memang gadis polos. Maka dari itu dia memutuskan untuk menyerang Gea tanpa melibatkan Lara. Sore itu dia kembali

  • Anak Miliarder   128. Berkeliling

    Hanya dalam waktu tak kurang dari tiga puluh detik saja, Stefan sudah mengirimkan sebuah photo begitu Vesa mematikan sambungan teleponnya.Vesa dengan tenang membuka pesan itu dan tersenyum miring begitu dia melihat photo itu.Kena kau, Gea. Vesa membatin.Segera dia mengantongi kembali ponselnya dan berjalan mendekati Lara sambil tersenyum cerah."Sudah selesai menghubungimu?" tanya Vesa yng jauh lebih ramah dari pada sebelumnya."Sudah. Mau berkeliling sekarang?" tanya Lara balik."Ya, langsung saja. Aku tak akan mengambil waktumu banyak-banyak," ucap Vesa.Lara mengangguk dan kemudian mulai bertindak sebagai seorang tour guide di sana. Meskipun baru meninggalkan kampus itu selama tujuh bulan lamanya, tapi kampus itu sudah cukup banyak berubah.Vesa mengenang masa-masa di kampusnya itu. Walaupun memang banyak kenangan buruk di sana, dia tetap masih sedikit kenangan baik hingga sekarang dia cukup merasa kecewa lagi ketika teringat masa-masa awal pertemanannya dengan Derrick.Derrick

  • Anak Miliarder   127. Lara

    Lara Serafin tergesa-gesa masuk ke dalam kampusnya, Greenwich University. Dia telah berjanji pada Gemma Jones semalam untuk menemani gadis itu ke perpustakaan.Saat dia melangkahkan kakinya menuju tempat itu, dia harus melewati segerombolan mahasiswa dari fakultas lain yang terlihat sedang berbincang-bincang santai.Lara begitu menikmati kehidupan barunya di kampus itu. Meskipun pada awalnya dia merasa banyak sekali hal yang begitu janggal seperti alasan yang tidak jelas sang ibu yang memilih negara ini. Di samping itu, ibunya yang sekarang ini memilih untuk bekerja dari rumah tentu membuatnya semakin bertanya-tanya.Ibunya, Gea Raharjo beralasan jika bekerja dari rumah berarti membuatnya memiliki waktu yang lebih banyak dengannya. Dikarenakan hal itu juga, Lara tak pernah bisa memprotes ataupun bertanya lebih banyak mengenai alasan utama ibunya itu.Dan ketika Lara bertanya tentang pekerjaan ibunya itu, ibunya hanya akan menjawab jika dia bergelut dengan saham. Entah saham yang seper

  • Anak Miliarder   126. Siapa yang Salah?

    Derrick hanya bisa terdiam kala melihat sahabat baiknya pergi dari rumahnya. Dia melirik Alea sekilas, ingin sekali dia merengkuh tubuh Alea tapi di saat dia mendekat, Alea mundur ke belakang.Dengan wajah yang sudah basah karena air mata, Alea berkata dengan terisak-isak pelan, "Ini semua salahku. Salahku, Derrick."Derrick menggeleng, "Tidak. Ini salahku, Alea. Kau tidak salah. Aku yang membuat semuanya berantakan.""Aku yang datang padamu, aku yang paling bersalah," ujar Alea lagi."Aku yang memintamu datang, aku, Derrick," lanjut Alea.Derrick menyambar, "Dan aku juga mau datang ke sini. Oke, baiklah. Kita sama-sama bersalah. Kita berdua sama-sama bersalah."Alea jatuh terduduk di lantai halaman rumah Derrick, "Vesa pasti membenciku. Padahal kami baik-baik saja. Dia tidak pernah menyakitiku. Tapi kenapa aku? Derrick, aku hanya kesal karena dia tak pernah mau mengunjungiku ke sini. Padahal kan jelas uang bukan masalah baginya. Tapi dia lebih mementingkan perusahaannya itu. Aku hany

  • Anak Miliarder   125. Kejutan Besar

    London masih menjadi salah satu kota terpadat yang Vesa datangi. Pemandangan malam kota ini selalu berhasil membuat Vesa rindu. Semenjak kematian kakek dan neneknya sekitar tujuh bulan yang lalu, Vesa Araya belum pernah mendatangi kota itu. Hal ini bukan karena dia yang tak ingin pergi menengok kakek dan neneknya, melainkan karena kesibukannya yang cukup menyita waktu.Dalam enam bulan belakang, selain Vesa harus mengejar gelar pendidikanya, dia harus kembali mengurus perusahaan peninggalan sang ayah. Dirinya yang mungkin menjadi anak miliarder terkaya di Indonesia itu pun hampir tak memiliki waktu senggang sedikit pun.Hingga mungkin, bisa dikatakan jika hidup Vesa hanyalah berkutat pada dunia bisnis, pendidika sekaligus melacak keberadaan Gea yang sampai sekarang belum juga dia ketahui.Namun, Vesa bukanlah orang yang mudah menyerah apalagi Gea menjadi salah satu penyebab segala ketidakberuntungan yang menghinggapinya. Vesa tidak sedikitpun menghentikan pencarian dan malah semakin m

  • Anak Miliarder   124. Menjaganya dengan Nyawaku

    "Kau tidak mau menyelidikinya?" tanya Inka kemudian.Vesa terkejut mendengar perkataan Inka, "Menyelidiki? Kau mengatakannya seolah Derrick telah melakukan sesuatu yang aneh-aneh saja."Inka tergelak, "Vesa, bukan begitu maksudku. Yah, kita tidak tahu apa yang terjadi di sana. Kan bisa jadi dia memang sedang menghadapi masalah yang besar."Inka melihat kening Vesa mengerut. Pria muda itu sedang berpikir."Beberapa waktu aku mengenal Derrick, dia tidak sepertimu. Kau selalu mengatakan apapun. Tapi tidak dengan Derrick. Kalian memang berteman dekat, namun aku rasa dia masih menyimpan rahasia atau bisa dibilang tak selalu mengatakan apapun kepadamu," jelas Inka."Itu aku tahu, Inka. Kan tadi sudah aku katakan. Dia memang tak selalu mengatakan segalanya dan aku tak pernah memaksanya untuk mengatakannya. Aku menghargai privasinya," sahut Vesa."Nah, itu dia, Vesa. Kenapa kau tidak coba selidiki. Siapa tahu sebenarnya dia membutuhkan bantuanmu tapi tak mengatakannya," ucap Inka.Vesa berpik

  • Anak Miliarder   123. Negara Impian

    Gea tersenyum sekilas sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu, "Karena Inggris itu negara impian Ibu."Lara bingung tapi berusaha tersenyum, tak ingin mengerecoki ibunya dengan pertanyaan-pertanyaan dirinya lagi yang mungkin saja malah membuat Sang Ibu bersedih."Kau pasti akan suka nanti, Sayang. Kau bisa masuk ke Greenwich University nanti," ujar Gea.Lara mengangguk dan setelah itu makanan datang. Gadis muda yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya itu mulai berkonsentrasi pada makanan yang ada di depannya."Makanlah dulu, Ibu tidur sebentar ya? Jika perlu apa-apa, kau bisa bangunkan Ibu," ucap Gea lagi.Lara menjawab, "Ya, Ibu tenang saja. Setelah makan, aku akan ikut tidur.""Anak baik," puji Lara sambil mengusap lembut rambut Sang Putri.Tak lama setelah itu, Gea benar-benar terpejam. Sayangnya, meskipun Lara dari luar tampak menikmati makanannya, sayang sekali pikirannya sedang berkelana ke mana-mana.Lara memang masih sangat muda, di usianya yang baru saja meng

DMCA.com Protection Status