“Apa semuanya sudah siap?” tanya Margaret sambil mengecek koper yang akan dibawa.Hari itu Margaret dan yang lain akan pergi menghadiri pernikahan Stef. Mereka harus datang lebih awal karena akan membantu persiapan pernikahan Stef dan Mely.“Sepertinya sudah semua, Ma.” Renata ikut mengecek koper bawaan mereka.Margaret pun kembali mengecek dan memang sudah lengkap. Dia lantas menatap perut Renata yang sudah terlihat membuncit karena kini usianya sudah menginjak 6 bulan.“Kamu tidak masalah ‘kan naik pesawat?” tanya Margaret yang mencemaskan kondisi Renata.“Tidak masalah, Ma. Malah lebih enak naik pesawat daripada mobil,” jawab Renata kemudian memilih duduk sambil menunggu yang lain siap.“Iya, juga. Naik mobil juga meski santai tapi tetap membutuhkan waktu lama,” gumam Margaret kemudian.Renata tersenyum mendengar ucapan sang mertua, satu tangan mengelus perut perlahan.“Kenapa kamu terus mengusap perutmu? Sakit?” tanya Margaret cemas.Renata terkejut mendengar pertanyaan Margaret,
Renata masih menatap sang oma, penasaran dengan orang yang ditunggu, sampai Veronica tidak mau menyerahkan perusahaan itu ke pemegang saham lain untuk mengurusnya.“Dia cucu saudara jauh oma. Dia bilang akan datang dalam minggu-minggu ini. Semoga saja kamu bisa bertemu dengannya,” ujar Veronica menjawab pertanyaan Renata.“Saudara jauh? Oma masih punya saudara?” tanya Renata.Selama ini tidak ada yang pernah berkunjung ke rumah selain klien atau teman bisnis Veronica. Renata pun tidak pernah bertemu saudara Veronica yang tinggal di luar negeri. Mengira jika saudara-saudara neneknya itu sudah tidak peduli dan tak pernah tahu keberadaan Veronica.“Ya, saudara sepupu. Bisa dibilang adik sepupu oma,” jawab Veronica menjelaskan.“Oma tidak pernah cerita, membuatku berpikir jika Oma sudah tidak punya saudara,” ujar Renata tapi kemudian penasaran dengan masa lalu sang oma.“Hm … benar juga.” Veronica sendiri jarang menceritakan bagaimana keluarganya, sebab dia di negara ini pun seperti kabur
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Renata.Hari itu Renata dan Evan pergi ke rumah Stef untuk menemui Mely. Hari pernikahan Mely dan Stef akan diadakan tiga hari lagi.“Masih panik,” jawab Mely.Hari pernikahan belum tiba, tapi Mely merasa panik, grogi, dan cemas.Renata tertawa kecil mendengar jawaban Mely, lantas menggenggam telapak tangan mantan sekretarisnya itu.“Jangan panik. Menikah tidak semengerikan yang kamu bayangkan. Semua akan menyenangkan saat kamu menjalaninya dengan bahagia,” ujar Renata agar Mely tidak panik atau cemas.Mely menatap Renata, hingga mengembuskan napas kasar.“Ya, sepertinya aku harus meyakinkan diri sendiri jika semua akan baik-baik saja,” balas Mely mencoba tersenyum.“Nah, itu bagus,” balas Renata.Mely melirik ke perut Renata, hingga tangannya menyentuh perut Renata.“Sudah berapa bulan?” tanya Mely penasaran.“Ini baru masuk enam bulan,” jawab Renata yang ikut melirik ke perut, membiarkan Mely menyentuh perutnya.“Apa kembar lagi?” tanya Mely penasaran.
Renata sangat terkejut saat ada yang menggedor kaca jendela tepat di sampingnya. Dia sampai mencengkram lengan Evan dengan tatapan keluar, di mana ada pria membawa senjata tajam terus menggedor kaca.“Van.” Renata panik dam menatap Evan yang sedang memperhatikan pria lain yang juga menggedor kaca jendela sebelah Evan.“Keluar, serahkan mobil dan harta benda kalian kalau mau selamat!”Pria yang ada di luar mobil terus mengedor sambil menyampaikan maksud yang mereka inginkan.“Pegangan, Re. Kita pergi dari sini,” ucap Evan menginterupsi.“Kamu yakin? Mereka mengelilingi mobil dan tidak hanya dua orang yang ada di luar,” ucap Renata dengan ekspresi wajah panik. Dia menoleh ke belakang dan ada dua pria lain di sana.“Lebih baik aku menabrak mereka semua, daripada membahayakan nyawamu,” balas Evan siap memasukkan perseneling.Renata panik dan bingung, tapi mencoba yakin kepada suaminya.Evan akhirnya memundurkan mobil dengan cepat, membuat orang yang ada di belakang terkejut dan menghindar
Evan begitu mencemaskan kondisi Renata. Dia berjalan mondar-mandir di depan ruang perawatan, menunggu sampai dokter selesai memeriksa Renata.Asisten pria yang membantu Evan masih di sana, menunggu sampai atasannya memberi instruksi.Evan mendekat ke dokter yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan. Tidak sabar ingin mengetahui bagaimana kondisi istrinya.“Bagaimana kondisinya?” tanya Evan dengan ekspresi wajah panik.“Janinnya baik-baik saja. Mungkin karena syok sehingga mengalami kram. Namun, tidak ada tanda pendarahan atau jalan lahir terbuka, jadi bisa dibilang semuanya baik-baik saja dan hanya perlu istirahat yang cukup,” ujar dokter menjelaskan.Evan bernapas lega mendengar penjelasan dokter, setidaknya Renata dan calon bayi mereka baik-baik saja.Setelah berterima kasih ke dokter. Evan pun masuk ke ruang pemeriksaan. Dokter juga menyarankan agar Renata dirawat dua atau tiga hari untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.“Van.” Renata menatap nanar ke sang suami. Tatapan ma
“Ada hubungan rumit antara orang tua Oma dengan orang tua sepupunya. Jadi kata Oma, sepupunya ini kembar mereka lahir 1 tahun sebelum Oma. Namun, Oma Buyut yang mengharapkan kekuasaan, merayu kakak iparnya lantas lahirlah Oma. Jadi bisa dibilang kalau Oma dengan sepupu yang mau membantunya itu memang sedarah. Memiliki ayah yang sama. Salah satu alasan yang membuat Oma dan Opa akhirnya pergi untuk menghindari pertikaian karena perebutan warisan,” ujar Renata menjelaskan rumitnya keluarga sang oma.Terlebih karena terbukti jika oma buyutnya dulu pelakor dalam hubungan rumah tangga kakaknya sendiri. Membuat Veronica lantas memilih meninggalkan tanah kelahirannya untuk menutupi masa lalu yang buruk.Evan berpikir sejenak, sedikit bingung tapi berusaha mencerna semua yang Renata ceritakan.“Rumit sekali,” gumam Evan sambil mengusap punggung Renata perlahan.“Aku juga pusing awalnya, karena sebelumnya Oma pun tidak pernah menceritakan hal itu kepadaku. Mungkin karena sekarang Oma merasa har
“Oma.” Renata senang melihat Veronica di sana.Hingga tatapan wanita itu tertuju kepada dua pria yang bersama sang oma, mengundang banyak pertanyaan di kepala Renata.Evan pun terkejut saat melihat Veronica datang bersama pria yang membantunya semalam.Veronica mendekat bersama pria semalam untuk menyapa dan melihat kondisi Renata.“Bagaimana kondisimu, Re?” tanya Veronica.“Baik, Oma. Hanya kram saja dan sudah membaik sekarang,” ujar Renata menjawab pertanyaan sang oma.“Syukurlah.” Veronica mengusap rambut Renata dengan lembut dan penuh kasih sayang.Evan terus menatap pria yang datang bersama Veronica, masih membutuhkan penjelasan kenapa pria itu bisa bersama Veronica.“Ah … oma lupa memperkenalkan. Ini sepupumu yang semalam kemarin malam oma ceritakan. Namanya Raymond.” Veronica memperkenalkan pria yang menolong Evan semalam sebagai sepupu Renata.Renata dan Evan sangat terkejut sampai keduanya saling pandang sebelum akhirnya menatap ke pria bernama Raymond.“Aku semalam tidak bis
Hari pernikahan Stef dan Mely pun tiba. Ballroom hotel dijadikan pilihan untuk mengadakan pesta pernikahan. Ruangan besar itu kini sudah penuh dengan kursi, meja berisi kaviar juga ada panggung mini tempat hiburan para tamu akan disuguhkan.“Re.”Renata menoleh saat mendengar suara Kasih, lantas tersenyum melihat Kasih menghampiri bersama Dean.“Bagaimana kabarmu?” tanya Kasih yang sudah sangat lama tidak bertemu Renata.Evan juga menyapa Dean, sahabat, saudara, juga pria yang pernah jadi saingan cintanya.“Baik, Kak.” Renata memeluk Kasih.Kasih melepas pelukan kemudian melirik ke perut Renata.“Sudah berapa bulan?” tanya Kasih sambil mengusap perut Renata.“Sudah enam bulan,” jawab Renata melirik tangan Kasih yang sedang mengelus perutnya.“Pasti menyenangkan sudah sebesar ini dan tinggal menunggu dia lahir,” ujar Kasih bahagia melihat Renata hamil.“Kak Kasih juga sebentar lagi nyusul,” balas Renata.“Sudah, baru 3 bulan,” jawab Kasih lantas mengelus perutnya.Renata terkejut tapi