Renata dan yang lain sudah berada di kantin. Mereka duduk di satu meja sama. Beberapa meja digabung jadi satu memanjang agar semua staff di divisi Renata bisa duduk bersama.“Kami dengar, Bu Rena sudah nikah, ya?” tanya salah satu staff.Renata dan Mely saling lirik karena masih belum memberitahu siapa suami Renata.“Iya sudah, anakku dua,” jawab Renata.Semua staff terkejut mendengar jawaban Renata, tentu saja tidak menyangka kalau Renata yang masih sangat terlihat muda, ternyata punya dua anak.“Awalnya kami pikir Bu Rena belum nikah, tidak ada kelihatan kalau sudah nikah dan punya anak. Iyakan?” Salah satu staff mengemukakan pendapatnya tentang Renata.Renata menanggapi dengan seulas senyum, hingga kemudian membalas, “Sudah menikah dan anakku kembar.”Semua staff terkejut tapi kagum. Mereka terlihat senang bicara dengan Renata, sebab wanita itu tidak sombong dan mau berinteraksi dengan para staff.Hingga saat mereka sedang membahas hal lainnya tentang pekerjaan, ponsel Renata pun b
Renata terengah-engah karena berlari. Dia mencoba mengatur napas saat sampai di hadapan Stef.Pria itu sendiri masih terkejut, tapi kemudian merasa bersyukur karena orang yang dicarinya malah datang di perusahaan.“Wah, kamu!” Salah satu staff divisi tempat Renata mengenali pria yang ditangkap Steff.Ya, siapa lagi jika bukan pria yang meneror Mely. Pria yang memiliki dendam karena Mely membuat pamannya tertangkap dan kini mendekam di penjara.Satpam datang karena ada keributan, lantas meringkus dan mengikat pria yang ditangkap Stef.“Pak, tolong hubungi polisi untuk menangkapnya,” perintah Renata.Mely dan yang lain menyusul keluar gedung, melihat pria yang dikejar sudah ditangkap.“Kenapa kamu melakukan ini?” tanya Mely ke tersangka.Pria itu melirik tajam ke Mely, hingga kemudian membalas, “Karena kamu sudah membuat pamanku masuk penjara!”“Itu bukan kesalahan Mely. Itu salah pamanmu yang berusaha meracuniku,” hardik Renata.“Harusnya kalian menghukum Pak Kevin saja, bukan pamanku
“Paman sepertinya tidak akan berhenti. Dia pasti akan semakin sakit hati sebab jabatannya diambil.”Siang itu Evan menemui Margaret dan Edward di perusahaan sang papa.“Kamu benar. Kita diam saja dia masih terus mengusik, apalagi jika kita menyerang. Aku yakin jika dia pasti akan membalas, entah bagaimana caranya membalas, aku yakin dia tidak akan tinggal diam,” timpal Edward membenarkan ucapan putranya.“Menurut kalian, kemungkinan apa yang akan dilakukannya?” tanya Margaret. Meski dia tahu seperti apa kakaknya itu, tapi Margaret tidak pernah bisa menebak apa yang akan dilakukan Damar.“Mungkin menyebar rumor lain, atau berusaha menjatuhkan perusahaan Evan,” jawab Edward.Margaret mengangguk-angguk, itu adalah kemungkinan pasti yang akan dilakukan Damar untuk balas dendam.“Aku malah mencemaskan hal lain,” ungkap Evan setelah diam dan berpikir.Margaret dan Edward pun menoleh ke Evan, menatap penasaran dengan apa yang dipikirkan putranya itu.“Apa yang kamu cemaskan?” tanya Edward.“
“Kami dengar, suamimu sekarang dipecat jadi direktur utama di perusahaan kalian sendiri, ya?”Salah satu wanita sosialita melempar pertanyaan ke Firda, ketika mereka sedang kumpul bersama.Firda tentunya langsung melempar tatapan tajam begitu mendengar pertanyaan itu.“Suamiku tidak dipecat, hanya diberhentikan sementara, kalian jangan asal bicara.” Firda langsung murka karena tidak terima.Para wanita di sana pun terkejut mendegar Firda membentak, apalagi terlihat begitu emosi.“Ya, maaf kalau salah bicara. Soalnya yang kami dengar seperti itu, iyakan?” Salah satu wanita meminta yang lain untuk mengamini ucapannya.“Iya benar. Katanya gara-gara kasus penggelapan dana, ya?” Wanita lain menimpali dengan kalimat yang membuat Firda semakin meradang.“Jaga omongan kalian! Jangan asal bicara jika tidak tahu! Kalian ini memang bermulut pedas, suka sekali bergosip dan menjelekkan orang lain!” hardik Firda yang begitu emosi.Tentu saja semua orang di sana semakin terkejut melihat sikap juga u
“Kamu tidak akan pernah bisa menjatuhkanku!” Firda sangat geram karena diancam.“Benarkah?” Margaret menanggapi segala emosi Firda dengan sangat santai.Margaret tersenyum miring mendengar ucapan Firda yang begitu sangat yakin. Dia lantas berdiri, lalu menggunakan kedua tangan untuk bertumpu di meja, sebelum kemudian mencondongkan tubuh ke kakak iparnya itu.“Sepertinya kamu lupa dengan status lamamu. Kemewahan juga status yang tinggi, ternyata membuatmu lupa kalau kamu diangkat dari lumpur, lantas diberi kemewahan yang seharusnya tidak pernah kamu dapatkan.” Margaret bicara dengan nada penekanan tapi sedikit lirih.Firda semakin mempererat genggaman telapak tangan, tidak bisa berkata-kata karena jelas tahu apa maksud ucapan Margaret.“Apa kamu lupa? Tanpaku, kamu tidak akan pernah tinggal dan mendapatkan semua kemewahan sekarang ini. Kamu terlalu ambisius, hingga lupa pada siapa yang membantumu. Jika tahu akan jadi seperti ini, aku tidak akan pernah membujuk keluargaku untuk menerima
“Mama!” Dhira begitu senang bisa melihat Renata lagi. Dia bahkan sampai berlari menghampiri Renata yang baru saja keluar dari lift. Dhira dan Dharu diantar orang kepercayaan Evan. Terpaksa mengungsikan keduanya untuk menghindari kejadian yang tidak terduga. Renata pun sangat senang melihat Dhira dan Dharu. Keduanya diantar ke perusahaan karena Renata bekerja. Dhira berlari dengan cepat, lantas melompat ke pelukan Renata. “Anak mama. Mama kangen,” ucap Renata sambil memeluk Dhira. “Dhira juga kangen,” balas Dhira. Renata memandang ke Dharu, lantas menghampiri putranya yang duduk bersama orang suruhan Evan. “Terima kasih sudah mengantar mereka,” ucap Renata ke pria seumuran suaminya itu. “Sama-sama, Bu. Karena saya juga ada acara mengecek proyek di luar kota yang kebetulan searah, jadi Pak Evan memasrahkan mereka kepada saya,” balas pria itu. Renata mengangguk-angguk paham. Evan sudah memberitahu tentang masalah yang terjadi, hingga harus mengirim Dhira dan Dharu ke tempat Rena
“Apa Dhira dan Dharu akan tinggal di rumah Oma Buyut lama?” tanya Dhira saat pulang bersama Renata.“Ya, nanti sampai urusan Papa dan mama selesai. Setelah itu kita bisa tinggal bersama seperti dulu,” jawab Renata lantas menoleh sekilas ke Dhira yang duduk di sampingnya.“Yei!” Dhira mengangkat kedua tangan di udara, senang karena sebentar lagi akan tinggal bersama Renata dan Evan.“Di rumah Oma Buyut nanti, kalian bersikaplah yang baik. Di sana juga ada Paman kalian,” ujar Renata menjelaskan dulu agar nantinya Dhira dan Dharu tidak terkejut.“Paman?” Dhira mengerutkan alis mendengar ucapan sang mama.“Iya, Paman.” Renata menegaskan. “Namanya Paman Adam, kalian jangan nakal kepadanya,” ucap Renata kemudian.Dhira mengerutkan alis mendengar ucapan Renata, hingga menoleh ke Dharu seolah bertanya kenapa tidak boleh nakal. Lagian mereka juga tidak mungkin berani dengan orang dewasa.Dharu sendiri mengedikkan kedua bahu melihat tatapan Dhira, seolah paham dengan rasa penasaran sang adik.“
“Ini semua adalah bukti yang kami temukan.” Tim investigasi memberikan setumpuk berkas bukti penyelewengan dana yang dilakukan Damar.Hari itu Margaret dan Evan bertemu dengan tim investigasi yang menyelidiki kasus Damar.Margaret menoleh ke Evan. Seolah meminta pendapat ke sang putra untuk mengambil langkah selanjutnya.“Masalah ini menyangkut banyak orang di dalamnya. Lebih baik kita diskusikan dalam rapat, sebelum membahas tindakan selanjutnya,” ucap Evan memberikan pendapatnya.Margaret pun setuju. Dia tidak bisa memberikan keputusan sendiri, karena banyak orang yang terlibat di dalamnya untuk mengambil keputusan.Akhirnya Margaret mengutus staff untuk memberi kabar ke para pemegang saham dan jajaran petinggi perusahaan jika akan dilakukan rapat untuk membahas masalah polemik yang terjadi di perusahaan. Evan ikut tapi hanya untuk menemani Margaret.**Siang itu. Rapat pun diadakan dihadiri oleh para pemegang saham juga petinggi setiap divisi.“Jika memang bukti-buktinya sudah ada,