Seorang pria terlihat duduk di sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di bahu jalan. Itu adalah mobil sama yang tadi hampir bertabrakan dengan Evan.Pria di dalam mobil itu tampak sedang memegang ponsel dan menghubungi seseorang.“Halo.”“Bagaimana?” Suara seorang pria terdengar dari seberang panggilan.“Saya sudah mencoba membuat celaka, tapi tidak berhasil karena dia berhasil menghindar,” ucap pria itu menjelaskan.“Begitu saja kamu tidak becus. Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu sudah terima bayarannya, jadi lakukan pekerjaanmu!” amuk pria dari seberang panggilan.Pria itu hanya mengangguk dan mengiakan, kemudian mengakhiri panggilan itu.“Sialan,” gerutunya karena terkena amukan.**“Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang?” tanya Evan setelah mendengar kecurigaan Renata.Renata mengusap kasar wajahnya. Dia pun tidak tahu harus bagaimana untuk menghadapi Kevin.“Jika benar dia pelakunya, aku ingin membalas perbuatannya. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya, meski benar dia pela
“Dari mana kamu. Dasar anak ga guna, setiap hari hanya tahu bermain! Kamu itu hanya parasit di sini!”Bertahun-tahun lalu, Kevin memarahi Renata yang baru saja pulang saat hampir menjelang malam.“Mama dan papa saja tidak marah, kenapa Paman yang marah,” balas Renata yang kesal, terlebih hubungan mereka sudah semakin memburuk sejak Kevin membunuh kucingnya.“Karena orangtuamu tidak becus mengurusmu, jadi mereka membiarkanmu kelayaban seperti kucing liar! Seharusnya kamu tidak dilahirkan karena hanya jadi beban!” Kevin terus mencaci dan menghina Renata.Renata kesal, geram, dan sangat marah karena semua ucapan Kevin.“Paman yang jadi beban karena masih melajang sampai sekarang! Beban ke oma karena terus bersikap egois!” Renata murka, apalagi sangat ingat sebelumnya Kevin bertengkar ayahnya karena masalah harta.“Anak kurang ajar!” Kevin melayangkan pukulan ke pipi Renata.Renata sangat syok mendapat perlakuan itu dari Kevin. Kedua orangtuanya tidak pernah menampar Renata, tapi sekarang
“Aku akan ke perusahaan untuk mengambil alih pekerjaan yang dipindah tangan. Semua karenamu, sehingga aku harus pindah perusahaan ke sana-sini,” seloroh Evan saat sedang memakai dasi. Diliriknya bayangan Renata dari pantulan cermin.Renata terkejut mendengar ucapan Evan, dia melihat bayangan suaminya yang tersenyum dari pantulan cermin. Renata pun mendekat, menarik lengan suaminya agar berdiri menghadap ke arahnya, lantas menarik dasi untuk dirapikan.“Kamu yang pindah kerjaan, sekarang malah menyalahkanku?” Renata menatap dengan lirikan penuh arti.“Kupikir akan lama untuk bisa mendekatimu, jadi aku memilih bekerja saja di cabang. Tapi ternyata lebih cepat dari dugaan,” ujar Evan dengan santainya untuk menggoda.Renata gemas karena ucapan Evan. Dia pun menarik dasi sedikit kencang hingga membuat Evan tercekik.“Re! Re! Kamu sengaja mencekikku!” Evan menahan agar Renata tidak semakin menarik dasinya.“Maksudmu aku gampangan, jadi mudah kamu dekati dan dapatkan, gitu?” Renata melepas d
“Bukan siapa-siapa, mama hanya salah bicara,” ujar Margaret berkilah.“Ka, apa itu kak Kasih?” tanya Renata menebak. Dia ingat jika Evan juga pernah menyebut Kasih meski tidak secara langsung.Margaret gelagapan mendengar pertanyaan Renata, hingga tersenyum canggung dan mengalihkan pandangan dari Renata.Renata langsung menyadari kalau tebakannya benar, tapi dia mencoba tersenyum dan tidak ambil pusing.“Jangan marah, lagian itu masalah masa lalu Evan, yang penting sekarang dia sudah memilihmu,” ujar Margaret agar Renata tidak cemburu atau salah paham.“Mama tenang saja, aku juga bukan anak kecil. Paham jika memang ada masa lalu masing-masing,” balas Renata agar Margaret tidak cemas. “Evan juga cemburu karena aku dekat dengan Stef, “ gumam Renata dalam hati.Margaret merasa tenang melihat Renata yang terlihat tenang dan tidak marah. Mereka melanjutkan berbincang, lantas pergi ke mall.Margaret terlihat senang bisa pergi bersama Renata, meski Renata tidak suka berpakaian glamour, tapi
Evan dan Edward berjalan di mall menuju ke ruang security dengan langkah terburu-buru. Evan mendapat panggilan dari Renata yang mengabari jika Margaret berkelahi dan kini ada di ruang security mall bersamanya.Renata duduk berhadapan dengan Margaret, memangku obat merah dan kasa steril untuk mengobati luka cakar di leher mertuanya.“Ingat, aku tidak akan pernah melepasmu. Aku akan memenjarakanmu!” ancam wanita itu dengan emosi meluap-luap.Margaret menatap tajam, sedangkan Renata berusaha menahan agar Margaret tidak kembali mengamuk.Edward dan Evan sudah sampai di ruang security, melihat wanita yang dianiaya Margaret duduk sambil memalingkan wajah. Evan menatap dingin ke wanita itu karena jelas ingat jika wanita yang yang membuat masalah di pesta.Edward langsung menghampiri Margaret dan melihat luka di leher istrinya itu.“Mama ini kenapa seperti anak kecil? Kenapa bertengkar di tempat umum?” tanya Edward yang tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Margaret.Margaret tidak mau
“Kamu baik-baik saja?” Renata cemas karena Evan sejak tadi hanya diam.Evan dan Edward memilih ikut pulang. Margaret langsung masuk kamar begitu sampai rumah, sedangkan Renata dan Evan juga ke kamar mereka.Evan menoleh Renata, lantas tersenyum yang sedikit dipaksakan.“Aku baik-baik saja,” jawab Evan.Renata mendekat, duduk di samping Evan kemudian menggenggam erat tangan suaminya itu.“Jangan diambil hati ucapan orang yang tidak tahu tentang kita,” ucap Renata sadar jika Evan masih memikirkan tentang ucapan wanita tadi.“Kamu tenang saja, aku tidak ambil hati ucapan wanita itu,” balas Evan yang lagi-lagi tersenyum sedikit dipaksakan.“Maaf, semua karenaku,” ucap Renata menyesal. Kecemasannya terbukti, apa yang ditakutkannya jika Evan menikahinya terbukti sekarang.Evan terkejut mendengar Renata menyalahkan diri sendiri.“Kenapa kamu minta maaf? Kamu tidak salah sama sekali.” Evan menatap Renata dengan ekspresi tidak senang.“Andai aku tidak pergi pagi itu, pasti semuanya tidak akan
Veronica menatap layar ponselnya. Dia baru saja selesai bicara dengan Renata. Wanita itu memejamkan mata dan mengembuskan perlahan setelah mendapat jawaban dari sang cucu“Maaf membuat Anda menunggu lama,” ucap seorang dokter yang baru saja datang kemudian duduk berhadapan dengan Veronica.“Tidak masalah,” balas Veronica.Dokter itu mengeluarkan selembar kertas, lalu memberikan ke Veronica.“Ini adalah hasil dari sampel yang Anda berikan. Di dalam teh itu, benar jika ada kandungan racun di dalamnya. Meski kandungannya sangat kecil, tapi tetap saja akan bahaya jika kandungan racun itu menumpuk di tubuh Anda karena bisa menyebabkan gagal jantung,” ujar dokter pribadi Veronia menjelaskan.Veronica tidak terkejut sama sekali dengan ucapan dokter. Seolah dia sudah terbiasa mendengar hal-hal mengerikan seperti itu.“Anda tidak meminumnya, ‘kan?” tanya dokter itu karena Veronica menghubunginya pagi-pagi dan meminta melakukan tes teh.“Hampir, tapi belum,” jawab Veronica.Wanita itu semalam m
Margaret menatap sebal dan memalingkan wajah. Dia sudah sedikit tenang dan melupakan kejadian kemarin, tapi hari ini harus dibuat kesal lagi karena kedatangan wanita yang menghina putranya.Edward, Evan, dan Renata juga ada di sana. Mereka duduk menunggu wanita itu dan suaminya membuka pembicaraan, karena keduanya yang datang pagi-pagi ke rumah.“Pak Edward, saya di sini ingin membahas soal masalah kemarin. Jadi--” Suami wanita itu ingin bicara, tapi terpotong ucapan Margaret.“Jadi apa? Jadi melaporkan aku dan menantuku ke polisi!” hardik Margaret memotong ucapan pria itu karena kembali kesal.Edward langsung menggenggam telapak tangan Margaret untuk memberi isyarat agar tidak bicara dulu, sebelum pria itu selesai bicara.“Bukan seperti itu, kami ke sini karena ingin meminta maaf atas kejadian kemarin,” ucap pria itu menjelaskan, menatap Margaret, lantas beralih menoleh istrinya.Wanita yang menghina Evan terlihat kesal dan malas menatap Margaret, bahkan suaminya sampai menyenggol ka