Suasana di kantor semakin tegang seiring berjalannya waktu. Julian duduk di meja kerjanya, memikirkan Amber dan Clara. Dia merasa sulit untuk mendekati Amber, tetapi juga memahami bahwa Amber sulit dijangkau karena tekanan yang diberikan Clara padanya.“Amber terlalu sulit didekati. Tapi aku paham itu, karena Clara menekannya. Aku harus menemukan cara untuk membantunya.”Julian memikirkan situasinya dengan hati-hati. Dia tidak bisa langsung menegur Clara, karena itu akan terlihat aneh. Lagi pula, dia takut Clara akan mengadu pada ayahnya dan membatalkan persetujuan proyek yang sedang berjalan. Julian masih membutuhkan Clara, meskipun dia mengakui bahwa dia tidak bisa lepas dari bayang-bayang Amber.Julian menghela napas. “Apa yang seharusnya aku lakukan?”“Bagaimana kalau Anda menemui si kembar saja, Tuan?” usul Mark sambil menunjukkan foto si kembar yang Amber antarkan ke tempat penitipan anak.“Hmmm, kurasa ini ide bagus.” Akhirnya, Julian memutuskan untuk menghentikan kunjungannya k
Amber menutup laptopnya dengan perasaan lega setelah menyelesaikan hari yang melelahkan di kantor. Untungnya Clara pulang cepat, sehingga tidak membebaninya dengan perintah konyol lagi. Setelah mengenakan jaketnya, Amber segera menuju tempat daycare untuk menjemput anak-anaknya.Tetapi begitu Amber tiba di tempat daycare, dia merasa cemas. Sesuatu terasa tidak beres. Dia tidak melihat Victor dan Violet seperti biasanya. Amber segera menuju ke ruang resepsionis dan bertanya pada pengurus daycare.“Maaf, di mana Victor dan Violet?” tanya Amber dengan nada cemas.Pengurus daycare memandang Amber dengan ekspresi terkejut sebentar sebelum menjawab, “Oh, tadi teman Anda menjemput mereka lebih awal, dan saat ini mereka sedang bermain di taman dekat sini, Nyonya Hayes. Mereka terlihat sangat senang.”Amber merasa lega mendengar itu tetapi juga merasa sedikit marah. Dia bertanya pada dirinya sendiri mengapa tidak ada yang memberitahukannya sebelumnya. Dia segera berterima kasih kepada pengurus
“Amber Hayes… apa kau pikir aku bodoh?” Julian terus menggerutu sendirian. “Anak-anak itu jelas memiliki hubungan denganku.”“Melihat waktu kepergiannya ke Dallas empat tahun lalu, waktunya sangat tidak tepat jika dibilang hanya kebetulan belaka.” Julian menghela napas panjang, “Amber Hayes… apa yang kau sembunyikan?”Julian mengendarai mobilnya dengan pikiran yang kacau. Kata-kata Amber terus bergema di kepalanya, dan dia merasa terganggu oleh keanehan situasi hari ini. Victor dan Violet terlihat begitu mirip dengannya, dan Amber dengan tegas menolak kedekatan Julian dengan anak-anak itu.“Dia pasti menyembunyikan sesuatu,” gumam Julian. “Mengapa dia begitu tegas menolakku mendekati Victor dan Violet? Dan mengapa mereka begitu mirip denganku?”Julian merasa semakin penasaran. Dia merenung sejenak sebelum akhirnya mengambil keputusan. “Aku harus bicara dengan Amber. Aku harus tahu kebenaran di balik semua ini.”Tanpa pikir panjang, Julian segera memutar arah dan kembali ke apartemen Am
“Kau mengajukan syarat seperti itu, berarti mereka adalah anak-anakku!” Julian menatap Amber dengan tajam, suaranya meninggi, dan itu membuat Amber mencium ketakutan.Amber menelan ludah, dia tercekat. Barusan wanita itu sadar kalau dia keceplosan. “A- aku… aku tidak bermaksud begitu! Pokoknya mereka bukan anak-anakmu, Julian!”Julian menarik napas, menahan amarahnya yang memuncak, “baiklah… kalau mereka memang bukan anak-anakku, lantas mengapa kau takut aku akan merebut mereka darimu?”Amber terdiam, keringat dingin mengucur deras di keningnya.“Jawab aku, Amber Hayes! Mengapa kau begitu takut si kembar akan aku rebut darimu, bukankah itu sebuah indikasi kalau mereka adalah anak-anakku?” Julian mengejutkan Amber dengan pertanyaannya. “Apakah kau mengira aku bodoh? Anak-anak itu jelas-jelas mirip denganku. Kau tidak bisa sembunyi dari kenyataan itu.”Amber terdiam sejenak, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. Tadinya Amber akan berkata jujur jika Julian berjanji tidak akan merebut V
Amber pulang dengan perasaan kacau, air mata mengalir di pipinya. Jessie melihatnya dan segera mendekat, memeluknya erat. “Amber, apa yang terjadi?” tanya Jessie dengan nada khawatir.Amber menggeleng, kesedihan masih menyelimuti dirinya. Dia pun menceritakan segalanya kepada Jessie. “Julian curiga dan bersikeras meyakini kalau Vic dan Vio adalah anaknya.”“Itu masuk akal, Amber. Kalau aku jadi Julian, aku pun pasti akan memikirkan hal yang sama. Lihatlah wajah Victor, dia dipahat dengan fitur wajah yang sama peris dengan wajah Julian. Violet pun begitu, hanya saja matanya biru seperti matamu.”“Apa yang harus aku lakukan, Jessie. Bagaimana jika Julian benar melakukan tes DNA pada anak-anakku?” Jessie mendengarkan dengan simpati yang dalam, memahami betapa beratnya situasi Amber.“Haruskah kita kirim si kembar kembali ke Dallas. Ibuku akan menjaga mereka dengan baik. Kau bisa tetap bekerja di sini, sampai kau mendapat pekerjaan yang bagus di Dallas. Kurasa itu adalah pilihan terbaik sa
Julian duduk tegang di ruang kerjanya, memainkan pulpen di tangannya sambil menatap layar komputernya dengan ekspresi tegang. Pengacaranya, Jack Thompson, duduk di hadapannya, menggelengkan kepala dengan serius.Pengacara Thompson mengangkat satu alisnya seraya menyampaikan berita yang sulit. “Tuan Kingston, tampaknya kita memiliki masalah besar. Nona Hayes telah mendapatkan pekerjaan baru.”Julian menatap pengacaranya dengan pandangan yang penuh ketidakpercayaan. “Apa maksudmu dia sudah mendapat pekerjaan baru? Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan pekerjaan baru begitu cepat?”Pengacara Thompson mengangguk. “Saya tidak punya semua rinciannya, tapi tampaknya Nona Hayes telah menemukan pekerjaan yang cukup solid. Posisi ini akan membuatnya sulit untuk memaksa dia membawa anak-anak ke kediaman Anda.”Julian merasa dunianya hancur. Dia telah mengatur segalanya dengan begitu rapi, termasuk mengambil sampel DNA anak-anaknya, dan sekarang semuanya terancam sirna. “Tidak mungkin. Kita haru
Julian melepaskan ciumannya pada Amber. Nafas Julian memburu panas, matanya berkilat liar di bawah remang lampu kelab. Amber meronta dalam dekapannya, hatinya berdebar kencang diiringi rasa takut yang mulai menjalar.“Lepaskan aku, Julian!” teriak Amber, berusaha mendorong tubuh Julian yang jauh lebih besar darinya.Julian mengabaikan perlawanan Amber, malah mendekatkan wajahnya semakin dekat. “Diamlah, Amber,” bisiknya dengan suara serak. “Diam dan rasakan ini. Kau pasti akan menikmati ini, seperti sebelumnya”Sebelum bibir Julian menyentuh bibir Amber lagi, Amber mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorongnya. Julian terhuyung ke belakang, memberi Amber kesempatan untuk melarikan diri. Namun Julian dengan cepat menangkapnya dan menarik tangan Amber lagi.“Kau tidak akan bisa lari dariku, Amber, tidak akan pernah bisa.” Julian tertawa dan itu terdengar dingin dan kejam. “Bukankah ini yang kau inginkan? Kau bekerja di kelab agar tubuhmu bisa di jamah dan--”Plak! Satu tamparan tiba-
Amber menatap Julian dengan kemarahan yang membara di matanya. “Apa lagi yang Anda rencanakan, Tuan Kingston?!”Julian berusaha tetap tenang meskipun dia bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti mereka. “Amber, dengarkan aku. Aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.”Amber menggeleng, tidak percaya. “Kau berpikir bisa mengambil anak-anakku dengan cara seperti ini? Kau tidak tahu betapa kerasnya aku berjuang untuk mereka.”Julian menarik napas panjang, mencoba menahan emosi. “Aku tahu, Amber. Aku tahu kau adalah ibu yang hebat. Tapi aku ingin berada dalam hidup mereka juga. Mereka berhak tahu siapa ayah mereka.”Amber menatap Julian dengan tatapan tajam, menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Tidak, Tuan Kingston. Hidupku berantakan sejak kau muncul kembali. Kau tidak tahu bagaimana sulitnya bagiku. Aku ingin kau pergi dan menjauh dari kami.”Debat semakin memanas, suara Amber mulai bergetar oleh emosi yang tertahan. “Aku sudah mencoba