Amber pulang dengan perasaan kacau, air mata mengalir di pipinya. Jessie melihatnya dan segera mendekat, memeluknya erat. “Amber, apa yang terjadi?” tanya Jessie dengan nada khawatir.Amber menggeleng, kesedihan masih menyelimuti dirinya. Dia pun menceritakan segalanya kepada Jessie. “Julian curiga dan bersikeras meyakini kalau Vic dan Vio adalah anaknya.”“Itu masuk akal, Amber. Kalau aku jadi Julian, aku pun pasti akan memikirkan hal yang sama. Lihatlah wajah Victor, dia dipahat dengan fitur wajah yang sama peris dengan wajah Julian. Violet pun begitu, hanya saja matanya biru seperti matamu.”“Apa yang harus aku lakukan, Jessie. Bagaimana jika Julian benar melakukan tes DNA pada anak-anakku?” Jessie mendengarkan dengan simpati yang dalam, memahami betapa beratnya situasi Amber.“Haruskah kita kirim si kembar kembali ke Dallas. Ibuku akan menjaga mereka dengan baik. Kau bisa tetap bekerja di sini, sampai kau mendapat pekerjaan yang bagus di Dallas. Kurasa itu adalah pilihan terbaik sa
Julian duduk tegang di ruang kerjanya, memainkan pulpen di tangannya sambil menatap layar komputernya dengan ekspresi tegang. Pengacaranya, Jack Thompson, duduk di hadapannya, menggelengkan kepala dengan serius.Pengacara Thompson mengangkat satu alisnya seraya menyampaikan berita yang sulit. “Tuan Kingston, tampaknya kita memiliki masalah besar. Nona Hayes telah mendapatkan pekerjaan baru.”Julian menatap pengacaranya dengan pandangan yang penuh ketidakpercayaan. “Apa maksudmu dia sudah mendapat pekerjaan baru? Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan pekerjaan baru begitu cepat?”Pengacara Thompson mengangguk. “Saya tidak punya semua rinciannya, tapi tampaknya Nona Hayes telah menemukan pekerjaan yang cukup solid. Posisi ini akan membuatnya sulit untuk memaksa dia membawa anak-anak ke kediaman Anda.”Julian merasa dunianya hancur. Dia telah mengatur segalanya dengan begitu rapi, termasuk mengambil sampel DNA anak-anaknya, dan sekarang semuanya terancam sirna. “Tidak mungkin. Kita haru
Julian melepaskan ciumannya pada Amber. Nafas Julian memburu panas, matanya berkilat liar di bawah remang lampu kelab. Amber meronta dalam dekapannya, hatinya berdebar kencang diiringi rasa takut yang mulai menjalar.“Lepaskan aku, Julian!” teriak Amber, berusaha mendorong tubuh Julian yang jauh lebih besar darinya.Julian mengabaikan perlawanan Amber, malah mendekatkan wajahnya semakin dekat. “Diamlah, Amber,” bisiknya dengan suara serak. “Diam dan rasakan ini. Kau pasti akan menikmati ini, seperti sebelumnya”Sebelum bibir Julian menyentuh bibir Amber lagi, Amber mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorongnya. Julian terhuyung ke belakang, memberi Amber kesempatan untuk melarikan diri. Namun Julian dengan cepat menangkapnya dan menarik tangan Amber lagi.“Kau tidak akan bisa lari dariku, Amber, tidak akan pernah bisa.” Julian tertawa dan itu terdengar dingin dan kejam. “Bukankah ini yang kau inginkan? Kau bekerja di kelab agar tubuhmu bisa di jamah dan--”Plak! Satu tamparan tiba-
Amber menatap Julian dengan kemarahan yang membara di matanya. “Apa lagi yang Anda rencanakan, Tuan Kingston?!”Julian berusaha tetap tenang meskipun dia bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti mereka. “Amber, dengarkan aku. Aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.”Amber menggeleng, tidak percaya. “Kau berpikir bisa mengambil anak-anakku dengan cara seperti ini? Kau tidak tahu betapa kerasnya aku berjuang untuk mereka.”Julian menarik napas panjang, mencoba menahan emosi. “Aku tahu, Amber. Aku tahu kau adalah ibu yang hebat. Tapi aku ingin berada dalam hidup mereka juga. Mereka berhak tahu siapa ayah mereka.”Amber menatap Julian dengan tatapan tajam, menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Tidak, Tuan Kingston. Hidupku berantakan sejak kau muncul kembali. Kau tidak tahu bagaimana sulitnya bagiku. Aku ingin kau pergi dan menjauh dari kami.”Debat semakin memanas, suara Amber mulai bergetar oleh emosi yang tertahan. “Aku sudah mencoba
Clara baru saja pulang dari perjalanan bisnis tiga harinya di Miami. Begitu sampai di rumah, dia langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki lebih dalam tentang Amber dan seberapa jauh hubungannya dengan Julian. Dengan cepat, laporan yang dia harapkan pun tiba.“Nona Hayes sekarang bekerja di club malam di pusat kota, Nona,” lapor salah anak buahnya, Tara Medley.Clara tersenyum licik. “Bagus. Kirim orang untuk mengganggu dan merendahkannya. Aku ingin dia merasa tertekan dan tak berdaya.”Setelah memberikan perintah itu, Clara segera menghubungi Julian dan mengajaknya makan malam. Dia berharap bisa mempererat hubungan mereka dan mengendalikan situasi. Namun, respon Julian membuat Clara kecewa.“Tidak bisa, Clara. Aku sudah ada janji malam ini. Mungkin kita bisa pergi makan malam di lain waktu.” kata Julian dengan acuh dan dingin.Dia sudah berencana mengajak si kembar ke cafe anak, Mark telah bersusah payah membujuk Jessie, semata-mata agar wanita itu mau bekerjasama dan den
Malam itu di kelab, Amber sedang bekerja seperti biasa, menghidangkan minuman dan mengelap meja-meja yang dipenuhi oleh pengunjung. Namun, ada dua pelanggan yang terus menatapnya dengan pandangan mesum. Mereka duduk di pojok ruangan, berbicara pelan sambil sesekali tertawa, dan setiap kali Amber melintas, tatapan mereka terasa menyulitkannya.Amber merasa tidak nyaman, dan kegelisahannya terlihat jelas oleh teman satu shift-nya, Peter. Peter, yang sedang mengatur gelas-gelas di bar, melirik ke arah kedua pria itu lalu mendekati Amber.“Amber, kau kelihatan tidak nyaman. Ada masalah?” tanya Peter dengan suara pelan namun penuh perhatian.Amber mengangguk sedikit, matanya melirik ke arah kedua pria tersebut. “Mereka terus menatapku, Peter. Aku merasa terganggu.”Peter mengangguk memahami. “Kenapa kau tidak pindah ke pantry saja? Aku yang akan mengambil alih di sini. Biar aku yang mengurus mereka.”Amber merasa lega mendengar tawaran itu. “Terima kasih, Peter. Aku akan ke pantry sekarang
“Aku sudah mengatakan pada bosmu bahwa kau mengundurkan diri mulai malam ini, Amber.” Julian memasuki ruang loker karyawan tempat dia meninggalkan Amber sebelumnya untuk berbicara dengan pemilik kelab.“Tuan Kingston, apa yang kau bicarakan?!” Amber langsung berdiri, dia marah dan suaranya meninggi. “Siapa kau berani-beraninya mengatur hidupku?!”Julian terdiam, dia membiarkan Amber meluapkan amarahnya.“Aku mencari pekerjaan ini dengan bersusah payah setelah kau membuatku dipecat dari Mouren Inc, dasar brengsek!” Amber menarik napas, dia terengah-engah. “Kau menghancurkan hidupku, pekerjaanku, dan-”“Sudah malam, ayo pulang. Aku akan mengantarmu.”“Tuan Kingston!”Julian memicing tajam, “diamlah, sebelum aku berubah pikiran dan membawamu ke hotel sekarang juga, lalu menidurimu semalam suntuk.”Amber langsung menutup mulutnya. Julian menatap Amber dengan tekad yang bulat. Tanpa berkata-kata, dia merangkul Amber dengan lembut namun tegas, memapahnya keluar dari ruang loker karyawan. Am
Pagi yang cerah di apartemen Jessie, tetapi suasana tegang di dalamnya. Tepat pukul tujuh, bel apartemen berbunyi. Amber, yang masih merasa cemas setelah kejadian malam sebelumnya, membuka pintu dan melihat Mark berdiri di sana dengan senyum profesionalnya.“Selamat pagi, Nona Hayes,” sapa Mark dengan sopan.“Pagi, Tuan. Ada apa?” tanya Amber, meskipun dia sudah bisa menebak maksud kedatangannya.“Saya Mark Trupperton adalah asisten Tuan Kingston, kedatangan saya ke sini adalah untuk menyampaikan perintah dari Tuan Kingston, Nona Hayes.”Mark mengeluarkan sebuah map dari tas kerjanya dan menyerahkannya kepada Amber. “Ini kontrak kerja yang disiapkan Tuan Kingston untuk Anda. Beliau ingin Anda menjadi sekretaris pribadinya di Kingston Corporation.”Amber membuka map itu dan membaca isi kontrak dengan seksama. “Sekretaris pribadi?” gumamnya, keraguan tampak di wajahnya. “Aku tidak yakin ini pekerjaan yang tepat untukku. Aku sudah menolaknya semalam, Tuan Trupperton.”“Tuan Kingston sang