Harry pulang dalam keadaan lesu, seharusnya dia sudah memiliki pengganti untuk mengurus perusahaan tetapi karena Andrea sudah tiada dan Lusiana tidak mau kerja, dia harus mengurus segalanya sendiri. Padahal, dia menjadikan Damian sebagai menantu agar lelaki itu mau membantu mengurus perusahaannya tetapi Damian enggan dan lebih sibuk mengurus perusahaan keluarnya meskipun dia memiliki satu akak yang sudah mengambil alih."Sayang, mengapa kamu sangat lesu?"Joana mengambil tas kerja suaminya kemudian dia merangkulnya lalu membawanya duduk di sofa. Tangan Joana meraih dasi Harry dan membatu melepaskannya. Dia tersenyum melihat wajah lelah sang suami."Pekerjaan di kantor semakin banyak, andai saja Lusiana mau meluangkan waktu untuk membantuku," ucap Harry, dia membalas senyuman mnis istrinya yang selama ini setia dan sabar menghadapi dirinya."Aku akan bicarakan ini dengan Lusi. Dia memang lebih banyak bermain daripada memikirkan perusahaan yang seharusnya dia kelola. Akan lebih baik ji
Tubuh Lusiana menegang, dia tidak menyangka Damian akan sampai di rumah ini dan mendengar percakapan mereka. Harusnya mereka membahas Andrea di ruang tertutup bukan di ruang terbuka seperti ini."Tolong katakan siapa yang masih hidup dan siapa yang akan bercerai?" ulang Damian.Harry menghela napas berat kemudian dia meminta Damian untuk ikut duduk. Sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah yang harus melindungi putrinya, Harry tidak ingin masalah ini sampai melukai Lusiana."Sebelum Ayah menjawab pertanyaan mu itu, katakan pada Ayah apakah kamu bahagia menikah dengan Lusi?"Pertanyaan Harry membuat Damian terdiam. Jika ditanya apakah dia bahagia, dia sama sekali tidak merasakan apapun. Entah dia merasa senang atau tidak senang, dia tidak tahu.Diamnya Damian membuat Harry tersenyum kecut, sepertinya dia telah salah menikahkan Lusiana dengan Damian hanya demi kepentingan bisnis semata. Putrinya tidak hidup dengan baik, lebih tepatnya dia tidak benar-benar bahagia menjalani pernikahan i
Finn menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Elov yang sejak tadi terus tersenyum memainkan pena yang seharusnya dia gunakan untuk menandatangani setumpuk berkas di hadapannya itu.Finn mengakui dia lebih senang melihat sikap Ubay yang seperti ini dibandingkan Ubay yang murung dan bersikap dingin tak tersentuh. "Fokuslah bekerja, jangan hanya mengataiku di dalam hati."Finn tersedak ludahnya sendiri mendengar teguran Elov. Kadang dia merinding sendiri ketika Elov sering kali bisa menebak apa yang sedang dia pikirkan.'Jangan-jangan Elov bisa membaca pikiran,' gumam Finn dalam hati."Aku bukan pembaca pikiran dan bukan cenayang, wajahmu itu yang menunjukkan jika kamu sedang mengataiku dalam hati," sambar Elov yang semakin membuat Finn merinding."Tapi Anda sejak tadi tidak memperhatikanku," ucap Finn dengan suara yang sedikit dikecilkan.Elov mendengus kemudian dia kembali fokus pada pekerjaannya. Finn pun melakukan hal yang sama, sesekali Finn melirik Elov yang terlihat sangat serius.
Tubuh Brandon bergetar mendekati dua anak yang memiliki wajah yang serupa meskipun berbeda jenis kelamin. Mulutnya terkunci begitu rapat saat netra mereka saling bertemu, warna biru keabu-abuan itu persis seperti miliknya.Sekarang, meskipun seluruh dunia menentang dan tidak setuju dengan pernyataannya tetapi dia sangat yakin dua bocah yang ada di hadapan yang ini adalah cucunya. "Siapa namamu, Nak?" tanya Brandon yang akhirnya berlutut di hadapan luvina dan Levin.Levin menarik Luvina yang hendak membuka suara. Dia terlampau waspada hingga membuat Brandon tersenyum tipis. Sudah sangat lama dia menantikan pewaris yang mewarisi semua kekayaan bisnis dan juga sifatnya tentu saja. Melihat Levin yang begitu waspada terhadap orang asing membuatnya merasa bocah itu adalah penerus dirinya. "Jangan takut, aku akan memperkenalkan diriku agar kalian tidak menganggapku sebagai orang asing. Bukankah kita memiliki warna bola mata yang sama?" ucap Brandon berusaha bersikap lembut. Jantungnya ber
Elov terkesiap mendengar ucapan ayahnya. Dia kemudian menatap Andrea dengan raut wajah tegang. Jika dia menyampaikan apa yang baru saja terjadi pada Andrea, pasti Andrea akan sangat panik dan mungkin saja menyalahkannya karena meninggalkan anak-anak di rumah tanpa pengawasan salah satu dari mereka."Elov ada apa? Kenapa wajah kamu tegang begitu? Jangan membuatku khawatir," cecar Andrea yang ikut panik.Elov ragu-ragu berbicara tetapi dia harus mengatakannya pada Andrea. Dia juga tidak bisa membuang waktu lebih lama karena harus segera menjemput si kembar di kediaman utama."Rea maafkan aku, saat ini kita harus segera kembali. Aku akan mengantarmu pulang lalu aku akan pergi kediaman utama."Dengan bibir bergetar Elov berkata lagi, "Tadi Daddy datang ke rumah, dia bertemu dengan si kembar dan Jimmy tidak bisa apa-apa karena Daddy memaksa untuk membawa mereka ke kediaman utama. Maafkan aku ...."Andrea terduduk di kursinya, padahal tadi dia sudah berdiri karena terlalu cemas melihat waja
Reyna akan kembali bicara tetapi ponselnya berdering. Dia bergegas mengambilnya dari dalam tas kecil kemudian melihat ternyata yang meneleponnya adalah suaminya.Suasana hati Reyna benar-benar buruk saat ini tetapi dia harus tetap terlihat anggun dan terdengar lemah lembut ketika berbicara dengan suaminya."Halo Darling, ada apa? Aku masih di mall dan kamu harus tahu aku telah menemukan sesuatu yang sangat besar," ucap Reyna kemudian dia menatap sinis ke arah Andrea yang masih menundukkan kepalanya.Saat ini Geez benar-benar merasa di atas awan, tidak ada lagi kesempatan untuk wanita itu mendiami rumah Elov apalagi hatinya. Hubungan mereka benar-benar ditentang, namun walau begitu dia masih belum bisa mengamankan posisinya di hati Elov karena Elov sendiri belum menyukainya kembali, bahkan kemungkinan tidak menginginkannya lagi."Sebaiknya kamu pulang dan bicarakan di rumah. Aku juga memiliki berita penting yang mengharuskanmu untuk pulang. Ayo cepat kembali, kamu akan sangat terkejut
Wajah Elov merubah datar. Dia pikir permasalahan Andreaa sudah selesai tetapi ternyata ibunya tetap saja mengungkitnya."Aku datang sendiri, Mom. Aku ingin bertemu dengan Daddy dan tolong Mommy jangan berprasangka buruk terhadapnya, kalian hanya belum mengenal saja." Reyna berdecih. Dia menatap sinis pada Elov lalu berkata, "Mommy nggak tertarik untuk mengenalnya. Jika dia wanita baik-baik dan dari kalangan atas yang terpelajar maka dia tidak akan mau tinggal serumah denganmu meskipun negara kita cukup bebas."Reyna berkata lagi, "Wanita seperti itu tentu memiliki maksud tertentu bukan? Mommy yakin dia pasti bukan wanita baik-baik, tidak berpendidikan! Kamu tentu tidak akan cocok dengannya."Keputusan Andrea untuk tidak datang ke rumah ini memang tepat. Elov tidak menyangka sebegitu tidak sukanya ibunya terhadap Andrea padahal mereka baru bertemu sekali saja. "Apakah seperti itu cara Mommy menilai seseorang? Lantas Bagaimana dengan Geez yang tiba-tiba kembali setelah meninggalkanku
"Elov tunggu ...!" panggil Reyna. Dengan langkah lebar Reyna berjalan mendekati putranya yang baru saja menurunkan Luvina dari gendongannya. Elov menanti dengan sabar. Meskipun masih marah tetapi dia tidak bisa mengabaikan wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Dia juga tahu kedua anaknya sangat tidak nyaman tetapi sebagai anak, mana mungkin dia mengabaikan orang tuanya. Reyna berdiri di depan kedua bocah itu dengan mata yang hampir tidak berkedip. Tenggorokannya bahkan terasa sakit ketika dia mencoba menelan salivanya. "Mereka ... siapa Elov?" tanya Reyna. Sebenarnya meksipun dia tidak bertanya dia sudah yakin kedua bocah itu adalah cucunya. Dia yang melahirkan dan membesarkan Elov tentu masih ingat bagaimana rupa anaknya itu ketika masih kecil. Persis seperti Levin dan manis seperti Luvina. "Apakah aku harus memperjelasnya, Mom?" Elov tetap memasang sikap acuh untuk menunjukkan bahwa dia masih marah. Tidak mengabaikan bukan berarti tidak bisa bersikap dingi