Naomi buru-buru mengambil ponselnya. Saat melihat yang menelepon adalah nomor tak dikenal, dia langsung menolak panggilan. Namun, orang itu malah menelepon lagi.Naomi pun mengangkatnya, lalu bertanya dengan tidak senang, “Siapa ini!”“Turun! Aku beri kamu waktu 10 menit!” Terdengar suara dingin seorang pria. Seusai berbicara, pria itu langsung memutuskan sambungan telepon.Seluruh rasa kantuk Naomi pun sirna. Ternyata yang menelepon adalah si pria berengsek.“Siapa?” tanya Tiara sambil menguap. Dia juga terbangun akibat keributan ini.Naomi menekan amarahnya, lalu menjawab, “Bukan siapa-siapa. Kamu lanjut tidur saja. Baru pukul 5 subuh.”“Oh ....” Tiara pun lanjut tidur.Naomi berjalan ke ruang tamu dengan membawa ponselnya. Dia berdiri di balkon dan menelepon balik nomor itu, lalu mengumpat dengan suara yang kecil, “Kamu gila ya? Bukannya aku sudah bilang jangan datang begitu pagi! Coba lihat jam berapa ini! Orang yang ganggu tidur orang lain itu akan disambar petir, tahu!”“Masih ad
“Emm.”“Kamu sendiri yang bilang, ya! Kalau kamu ingkar janji, itu berarti kamu bukan manusia!” seru Naomi.Caden merasa kesal, tetapi tidak menjawab.Namun, Naomi masih merasa tidak tenang. Dia bertanya lagi, “Kalau dibayar tunai, berarti kamu langsung kasih aku uangnya? Uang itu nggak harus dipakai untuk bayar utang?”“Iya.”“Haha!” Naomi langsung tertawa.Caden pun melirik Naomi dengan tatapan sinis. Waktu baru naik ke mobil, Naomi masih begitu kesal. Begitu mengungkit tentang uang, dia malah langsung gembira. Dia memang adalah wanita materialistik.Naomi juga merasa dirinya sudah menunjukkan kegembiraannya dengan terlalu jelas. Dia pun berdeham lagi, lalu menatap Caden dengan tatapan yang jauh lebih lembut.Namun, Caden malah mengerutkan kening dan berkata, “Aku mencarimu untuk jaga Rayden, bukan untuk mendekatiku. Aku paling nggak suka sama wanita yang nggak tahu diri.”Naomi pun bertanya dengan bingung, “Apa maksudmu?”Caden meliriknya dari kaca spion tengah dan menjawab, “Jangan
Naomi bertanya dengan bingung, “Bukannya kamu lumayan kaya, makanya bisa punya mobil yang harganya ratusan miliar? Kamu seharusnya juga tinggal di rumah yang bagus. Tapi, kenapa lingkungan di sekitar sini begitu buruk?”Caden menjawab dengan acuh tak acuh, “Aku sudah bangkrut.”“Hah? Kamu sudah bangkrut?” tanya Naomi dengan terkejut.“Kamu keberatan?”“Bukan begitu. Tapi, kenapa kamu bisa tiba-tiba bangkrut? Kapan kamu bangkrut?”“Semalam.”Naomi pun terdiam setelah mendengar jawaban itu.Demi menyembunyikan identitasnya, Caden langsung membawa Rayden ke tempat ini setelah pulang dari rumah sakit. Ini adalah kediaman lama ibunya Caden. Sebelum ke luar negeri, ibunya selalu tinggal di sini.“Kenapa kamu nggak kelihatan sedih?” tanya Naomi dengan hati-hati. Biasanya, orang yang mengalami kebangkrutan pasti terlihat tidak bersemangat. Bahkan ada juga orang yang berlarut dalam kesedihan selamanya. Namun, Caden sama sekali tidak terlihat sedih.“Bagaimana kamu tahu aku nggak sedih?” tanya b
“Namaku Cayden Pangestu, dia itu Caden Pangestu. Hubungan kami cuma sebatas itu.”Naomi pun tidak berbicara lagi.Kemudian, Caden mengeluarkan sebuah kunci untuk membuka pintu. Sebelum masuk, dia memperingati Naomi, “Aku menyuruhmu datang untuk membuatnya gembira. Kalau dia emosi, kamu harus sabar. Jangan memperkeruh suasananya, apalagi mengungkit tentang ibunya.”‘Atas dasar apa? Kenapa aku harus sabar kalau dia emosi? Haih, ya sudahlah. Untuk sementara, aku masih nggak bisa melawan pria ini. Lagian, putranya baru 5 tahun. Memangnya apa yang bisa kulakukan?’ gumam Naomi dalam hati.Setelah meyakinkan dirinya, Naomi menekan rasa tidak senangnya dan bertanya, “Ibunya itu orang seperti apa? Kenapa dia meninggalkan kalian? Hubungan kalian nggak bagus?”Caden menjawab dengan kening berkerut, “Jangan tanyakan pertanyaan yang nggak perlu ditanyakan!”Naomi pun terdiam. Sebelum mengobati pasien, bukannya wajar kalau dia bertanya jelas mengenai latar belakangnya?“Aku ....”“Masuk!”Naomi pun
Caden bertanya dengan kesal, “Ada apa?”Naomi pun tertegun, lalu bertanya, “Kamu menyuruhku datang pagi-pagi untuk membuat sarapan, tapi kamu malah tidur?”Caden mengerutkan keningnya, tetapi tidak menyahut. Setelah menemui Naomi semalam, dia langsung membawa Rayden ke rumah ini, lalu duduk di sofa sepanjang malam. Dia memikirkan tentang ibunya, penyakit Rayden, dan wanita dalam hatinya itu hingga tidak tidur semalaman. Oleh karena itu, dia baru pergi menjemput Naomi sepagi itu ....Namun, Naomi tidak mengetahui situasinya. Dia mengira Caden sengaja menyiksanya. Ini adalah hal yang sangat tidak adil.“Mana ada orang sepertimu! Kalau ngantuk, kamu seharusnya datang menjemputku setelah bangun tidur. Tapi, kamu malah membawaku datang kemari sepagi ini, sedangkan kamu sendiri masih mau tidur. Kamu anggap aku itu apa? Aku ....”“Pengutang.”Kata itu langsung membuat Naomi terdiam. Setelah beberapa saat, dia baru berseru, “Iya, iya! Kamu paling hebat! Kamu itu bosnya! Sudah puas?”Caden menj
Caden buru-buru berjongkok di hadapan Rayden, lalu menekan kedua pundaknya dan berkata, “Rayden, tenang dulu. Dengar kata Papa ....”“Pergi! Pergi! Pergi ....”“Rayden ....”“Ah!”Baru saja Caden hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara teriakan dalam rumah. Caden dan Rayden pun menoleh ke arah datangnya teriakan itu. Saat ini, Naomi sedang berdiri dengan mata membelalak. Dia terlihat sangat terkejut.Caden khawatir Naomi akan mengejutkan Rayden. Dia pun menegur dengan tidak senang, “Buat apa kamu teriak?”Naomi menatap Rayden lekat-lekat dan segera menghampiri mereka. Dia mendorong Caden, lalu menggendong Rayden ke kamar dan mengunci pintu. Sebelum Rayden sempat mengatakan apa-apa, dia berbisik, “Hayden, kenapa kamu ada di sini?”Rayden pun merasa kebingungan.“Cepat jawab! Kenapa kamu bisa ada di sini? Apa kamu mengikuti Mama datang kemari?”Rayden masih tidak menjawab.“Semalam, bukannya Mama sudah suruh kamu ikut Mama Tiara ke sekolah hari ini? Kenapa kamu malah ikut da
Rayden tiba-tiba mengambil sebuah garpu, lalu menodongkannya ke arah lehernya sendiri dan mengancam, “Kamu mau pergi atau nggak?”Naomi langsung ketakutan dan mematung di tempat.Melihat situasi ini, Caden segera berseru ke arah Naomi, “Pergi!”Seruan itu membuat Naomi tersadar kembali. Saat melihat tampang ayah dan anak yang marah itu, dia buru-buru berlari keluar dari rumah tanpa memakai jaket ataupun mengganti sandalnya. Kemudian, dia bersandar di pintu dengan terengah-engah ....Rayden benar-benar terlalu mirip dengan Hayden. Jadi, begitu Rayden marah, dia langsung panik dan kehilangan akal sehat. Dia juga merasa panik dan ketakutan layaknya seorang ibu hingga sepenuhnya lupa bahwa dirinya adalah seorang dokter .... Berhubung tidak berpikir dari sudut pandang seorang dokter, Naomi pun tidak bisa menenangkan Rayden seperti saat dia menenangkan Calvin.Musim dingin di Kota Jawhar sangat dingin. Naomi berdiri di depan pintu dan gemetar hebat, entah itu karena kedinginan atau takut. Na
“Aku ....”Naomi tidak bisa menjelaskan bahwa itu karena Rayden sangat mirip dengan Braden dan Hayden. Dalam sekejap, dia merasa sangat khawatir. Kekhawatirannya itu mengacaukan pikirannya dan membuatnya kehilangan akal sehat.“Kamu nggak senang sama aku, makanya kamu mau melampiaskan amarahmu pada anak? Kamu nggak mau peduli padanya dan berharap terjadi sesuatu padanya?”Naomi langsung memaki, “Kamu gila, ya? Mau curiga sama orang juga nggak sampai sebegitunya! Kalau aku nggak peduli sama dia, aku sudah langsung pergi begitu dia mengusirku. Buat apa aku berdiri di luar dan kedinginan?”“Kalau begitu, kenapa kamu bisa tenangkan Calvin, tapi nggak bisa tenangkan dia?”“Aku .... Waktu ketemu Calvin, penyakitnya lagi kambuh. Aku menganggapnya sebagai pasien dan menganggap diriku sendiri sebagai dokter. Tapi, Rayden hanya marah.”“Marah itu suasana hati yang dimiliki siapa pun. Rasa marah bisa menyebabkan orang sakit, tapi perasaan itu sendiri bukan penyakit. Kalau itu bukan penyakit, dokt