Samuel memandang laut sambil bergumam, "Apa yang dilakukan Keluarga Pangestu padaku ...."Mata Samuel memerah. Hatinya hancur begitu mengingat masalah ini. Naomi tidak suka mencari tahu rahasia orang lain, tetapi dia ingin tahu masalah ini. Setelah mengetahui seluk-beluk permasalahannya, dia baru bisa mencari cara untuk menyelesaikan masalah.Samuel terdiam sejenak, lalu bercerita kepada Naomi. Ceritanya tidak terlalu panjang, tetapi sangat mengejutkan. Naomi termangu setelah mendengar cerita Samuel.Samuel bertanya, "Jadi, menurutmu apa aku salah membenci Keluarga Pangestu?"Naomi tidak menjawab pertanyaan Samuel. Namun, dia merasa Keluarga Pangestu yang berengsek itu memang pantas dibenci! Mereka benar-benar tega melakukan perbuatan keji seperti itu. Mereka pantas mati!Samuel bisa menebak pemikiran Naomi. Dia tersenyum. Samuel memandang ke kejauhan dan terdiam untuk waktu yang lama.Saat menoleh lagi, ekspresi sedih di wajah Samuel sudah menghilang. Dia kembali menjadi Samuel yang e
Samuel sudah menghasut Naomi beberapa kali, tetapi dia tidak pernah berhasil. Naomi tidak ingin balas dendam. Dia hanya ingin hidup tenang bersama anak-anaknya. Entah Naomi memang terlalu murah hati atau memang polos.Yang lebih memusingkan adalah Naomi tidak tertarik pada Samuel. Dia malah menyukai Caden. Itulah sebabnya Samuel terpaksa mengubah rencananya dan membawa Naomi pergi secara paksa.Samuel akan membawa Naomi menemui Baby dan menyembunyikan mereka. Setelah itu, Samuel baru kembali untuk membuat perhitungan dengan Caden.Samuel mengembuskan napas. Setelah menenangkan diri sejenak, Samuel berkata lagi, "Naomi, perasaan cinta bisa dipupuk. Nggak masalah sekarang kamu nggak menyukaiku, waktu kita masih panjang.""Setelah aku memasukkan semua anggota Keluarga Pangestu ke neraka, aku akan bawa kamu dan anak-anak ke tempat yang indah. Kita akan hidup di lingkungan yang baru. Kita menyelamatkan satu sama lain dan menghabiskan sisa hidup bersama," lanjut Samuel.Naomi memandang Samue
Naomi menimpali dengan ketus, "Mana ada kehidupan selanjutnya lagi? Kamu nggak usah bohongi diri sendiri! Samuel, seharusnya kamu nggak melawan Caden. Jelas-jelas kamu tahu Caden nggak melakukan apa pun dan Wanda sangat mencintai Caden."Naomi menambahkan, "Kalau kamu menyakiti Caden, kamu nggak akan merasa senang. Kamu akan makin menderita!"Samuel menanggapi, "Mana mungkin aku menderita? Caden memang nggak terlibat dalam perbuatan keji Keluarga Pangestu, tapi aku mau menghancurkan seluruh Keluarga Pangestu. Jadi, aku nggak akan melepaskan Caden!"Samuel meneruskan, "Lagi pula, Caden itu satu-satunya darah daging Darman. Kalau aku melepaskannya, bagaimana dengan aku? Kalau dia mati, aku baru bisa terlepas dari penderitaan!"Ekspresi Samuel berubah menjadi sangat mengerikan. Dia melanjutkan, "Kamu nggak tahu aku sangat takut dan putus asa saat diseret Darman di gunung waktu itu. Aku nggak akan pernah melupakan mimpi buruk itu seumur hidup! Keluarga Pangestu menghancurkan hidupku, tapi
Perahu terombang-ambing sehingga membuat Naomi gelisah. Dia takut kegelapan dan air. Setiap berdiri di tepi laut, Naomi merasa seperti ada sesuatu yang akan melompat keluar dari dasar laut.Naomi melihat ke luar sesaat, lalu segera mengalihkan pandangannya. Tubuh Naomi gemetaran. Dia takut pada kegelapan dan lautan yang luas ini. Naomi takut pada Samuel yang menggila karena dibutakan dendam.Naomi juga takut terjadi sesuatu pada Caden. Dia tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Samuel. Dia hanya ingin bersama Caden dan membesarkan anak-anak dengannya.Wajah Caden dan anak-anak saat tertawa muncul di benak Naomi. Dia merasa sedih dan pandangannya menjadi kabur. Naomi sangat merindukan mereka.Naomi berharap Caden bisa langsung muncul di depannya. Dia ingin menghambur ke pelukan Caden dan memberitahunya dia sangat takut.....Pada saat yang sama, di tepi laut. Caden sedang memandangi lautan sembari mengernyit. Auranya sangat dingin.Andrew yang berdiri di samping Caden melapor, "
Saat tengah malam, tiba-tiba ombak besar menerjang. Perahu hampir terbalik saat dihempas ombak. Nakhoda mengernyit. Dia menggerakkan tangannya di depan Samuel.Naomi baru tahu ternyata nakhoda itu bisu. Dia memberi tahu Samuel angin makin kencang dengan bahasa isyarat. Mungkin sebentar lagi turun hujan lebat, jadi sangat berbahaya jika mereka melanjutkan perjalanan dengan perahu.Samuel seperti sudah mengecek cuacanya sejak awal. Ekspresinya tetap terlihat tenang. Dia melihat jam tangan dan berucap pada nakhoda, "Jalankan sesuai rencana."Nakhoda mengangguk, lalu lanjut mendayung perahu. Samuel mengambil 2 alat selam, lalu menghampiri Naomi dan bertanya, "Bisa pakai, nggak?"Naomi bertanya balik, "Kita mau turun ke laut?"Samuel menyahut, "Iya, angin makin kencang. Sebentar lagi hujan, jadi nggak aman kalau kita terus berada di perahu."Naomi bertanya lagi, "Apa kita lebih aman kalau turun ke laut?"Samuel menjawab dengan sabar, "Aku bawa kamu ke tempat yang lebih aman. Kita nggak bisa
Caden berpikir sejenak, lalu berkata, "Suruh mereka tingkatkan kewaspadaan. Nggak usah turun ke laut untuk tangkap orang di perahu. Interogasi orangnya setelah perahu itu menepi."Andrew terkejut. Perahu itu sangat mencurigakan karena muncul di jalur nomor 5 pada saat-saat seperti ini. Kenapa Caden tidak pergi ke tempat itu?Andrew tidak tahu apa yang dipikirkan Caden, dia juga tidak bertanya. Andrew menyampaikan perintah Caden kepada bawahan, lalu mengakhiri panggilan telepon.Hujan lebat belum reda, tetapi Caden tetap berdiri di tempat. Dia juga rela kehujanan dan tidak kembali ke mobil.Andrew menemani Caden di samping. Setelah beberapa saat, tiba-tiba terdengar suara di sekitar. Mereka melihat 2 orang naik ke tepi laut.Samuel bertanya, "Bagaimana kondisimu? Apa kamu baik-baik saja?"Naomi tidak menjawab pertanyaan Samuel. Dia melepaskan alat selam yang berat dan terbatuk-batuk karena tersedak air.Andrew tertegun, dia benar-benar tidak menyangka Samuel dan Naomi akan datang ke tem
Tiba-tiba, suara Naomi tidak terdengar lagi. Dia pingsan karena terlalu lelah dan emosional. Caden yang panik segera menggendong Naomi dan berjalan ke mobil.Setelah naik ke mobil, Caden menghidupkan mesin dan penghangat mobil. Kemudian, dia mengambil selimut di bagasi dan menyelubungi tubuh Naomi.Sesudah itu, Caden bergegas kembali ke kursi pengemudi dan pergi ke rumah sakit. Caden tidak mengkhawatirkan Andrew karena Andrew tahu batasan. Dia pasti bisa melindungi dirinya.Caden berencana membuat perhitungan dengan Samuel setelah mengurus Naomi. Dia memang ingin menghabisi Samuel sekarang, tetapi Naomi lebih penting.Caden membawa Naomi ke rumah sakit terdekat. Semuanya baru beres sesudah diurus selama hampir 1 jam. Ketika Andrew datang, Naomi sedang diinfus.Naomi memakai baju pasien dan matanya terpejam. Dia mengernyit, napasnya tidak terlalu stabil. Sudah jelas dia sangat ketakutan.Caden duduk di samping Naomi. Dia menggenggam tangan Naomi dan menempelkannya di bibirnya. Caden mem
Caden merasa familier dengan Desa Baiza. Setelah merenungkannya, dia baru teringat dirinya pernah melihat nama Desa Baiza di barang-barang peninggalan Wanda. Caden menyimpulkan lokasi Baby dari keinginan Wanda dan obsesi Samuel kepada Wanda.Caden berpesan, "Kamu bawa bawahan ke Desa Baiza dulu. Setelah mengurus Naomi, aku baru pergi ke sana."Andrew tidak berani menunda waktu lagi. Dia langsung pergi.Di sisi lain, Samuel sudah bertemu dengan bawahannya. Melihat kondisi Samuel yang menyedihkan, bawahan bertanya dengan ekspresi terkejut, "Ada apa?"Samuel menghela napas, lalu menyahut dengan geram, "Cepat pulang!"Bawahan bertanya balik, "Pulang ke desa?""Iya," jawab Samuel.Bawahan menimpali, "Nggak jadi bawa Bu Naomi lagi? Nona Baby sudah nggak sabar bertemu dengan Bu Naomi."Samuel membalas, "Lain kali saja!"Bawahan juga tidak berani bertanya lagi saat melihat kondisi Samuel yang tidak beres. Dia segera menjalankan mobil.Samuel duduk di kursi penumpang belakang dan mengabaikan lu
Angeline sudah bangkit dan berdiri dengan sangat dekat di sisi Dylan sambil memelototi Camila. Melihat Camila yang menunjukkan ekspresi kesakitan, dia hanya memasang tampang mengejek.Seusai Naomi menghentikan darahnya, ambulans masih belum tiba. Tubuh Camila sudah dibasahi keringat dingin saking sakitnya. Amarahnya pun memuncak. Dia memelototi Dylan, lalu berseru sambil menggertakkan gigi, “Jangan pura-pura mati! Cepat bicara!”Begitu Camila berseru, lukanya terasa sakit lagi. “Hk!”Naomi buru-buru berujar, “Kamu tenang dulu. Aku akan gantikan kamu bertanya padanya.”Kemudian, Naomi memelototi Dylan dan Angeline sambil bertanya, “Katakanlah, atas dasar apa dia memukul orang!”Dylan menjawab dengan ekspresi menyesal, “Begitu lihat ada wanita yang tidur di rumahku, dia pun salah paham dan mengira Camila datang untuk merayuku. Dia langsung ambil sebuah pajangan dan mulai memukuli orang.”Naomi mencibir, “Dia langsung main pukul tanpa bertanya dulu? Apa dia itu orang normal?”Angeline ber
Dylan menghela napas. “Otak itu barang yang penting. Bisa nggak kamu punya otak sedikit? Orang yang agak-agak bodoh memang imut. Tapi kalau terlalu bodoh, siapa yang suka?”Angelina sangat peka dan segera meminta maaf. “Aku salah, Sayang. Jangan marah, ya. Aku begitu nggak suka sama mereka kan cuma karena aku takut mereka merebutmu. Jangan marah lagi, ya. Aku yang salah. Kalau kamu masih marah, aku ... aku pergi minta maaf sama mereka deh. Gimana?”Sebelum Dylan sempat berbicara, Angeline sudah berlari ke sisi Naomi dan berkata, “Kak, aku salah. Maaf ....”Naomi hanya menjulingkan matanya tanpa mengatakan apa-apa. Dia langsung mengabaikan Angeline, lalu lanjut berjalan ke depan rumah Camila dan membuka pintu dengan memindai wajahnya.Angeline sangat terkejut. Dia menoleh ke arah Dylan dan bertanya, “Sayang, kamu tinggal di samping rumah Camila?”“Emm.”Angeline langsung merasa cemburu. “Kenapa kalian tinggalnya begitu dekat ....”Setelah masuk ke rumah, Naomi menjulingkan matanya lagi.
Naomi membawa sarapan yang dipersiapkannya untuk Camila masuk ke vila.“Nana!” Tiba-tiba, ada suara seseorang yang familier memanggil Naomi dari belakang. Begitu menoleh, Naomi langsung melihat Dylan yang baru kembali Di sampingnya, terdapat seorang gadis bertubuh seksi dan bertampang imut. Gadis itu terlihat sangat muda, sepertinya baru berusia sekitar 20 tahun. Dia adalah tipikal gadis bertubuh seksi, tetapi berwajah bak malaikat yang sangat disukai para pria.Dylan hanya menyukai wanita yang cantik alami. Semua pacarnya adalah wanita cantik yang memiliki pesona masing-masing. Gadis ini merangkul lengan Dylan dan keduanya terlihat sangat mesra.Begitu melihat Naomi, gadis itu langsung mengamatinya dengan penuh rasa permusuhan. Naomi hanya mengatupkan bibirnya dan merasa agak pusing. Camila pernah memberi tahu Naomi bahwa hanya dalam waktu 20-an hari, Dylan sudah mengganti 3 pacar. Sebelum tubuhnya pulih, dia sudah langsung mulai berpacaran. Gadis di hadapannya ini seharusnya adalah
Naomi memeluk Caden sambil berbisik, “Sekarang, semua orang nggak berhenti memuji Ayah dan Ibu. Negara sudah turun tangan untuk bersihkan nama mereka dan mereka bisa beristirahat dengan tenang. Kamu juga nggak perlu khawatir lagi.”Caden menyahut, “Menemukan abu Ibu dan membiarkannya dikubur bersama Ayah secara terang-terangan adalah impianku selama ini. Sekarang, impian itu sudah terwujud. Aku senang banget kok. Kamu nggak usah khawatirkan aku.”Naomi merasa sangat sedih dan menepuk-nepuk punggung Caden. Setelah terdiam sejenak, Naomi memanggil, “Sayang.”“Hmm?”“Kamu sudah mau ulang tahun.”Caden membuka matanya, lalu menengadah dan menatap Naomi. “Lalu?”“Apa kamu harus tinggal di aula leluhur di kediaman lama selama beberapa hari ini?”“Nggak juga sih. Kalau ada masalah mendesak, aku bisa pulang kapan saja. Ada para biksu yang melakukan upacaranya, aku nggak ada di sana juga nggak apa-apa.”Naomi berkata, “Kalau begitu, kamu harus makan dan tidur yang baik di sana. Di hari ulang ta
Braden mengalihkan perhatiannya dari virus ke orang misterius. “Papa, kamu sudah temukan petunjuk baru mengenai orang misterius?”Caden mengernyit lagi. Ketika mengungkit tentang orang misterius, ekspresinya langsung berubah menjadi sangat dingin. Ada amarah, kebencian, dan kekecewaan yang terkandung dalam matanya.Setelah sesaat, Caden baru menjawab, “Mengenai masalah orang misterius, itu masalah pribadiku dengannya. Kalian nggak perlu ikut campur atau menyelidiki tentangnya. Kalau butuh bantuan, aku akan cari kalian. Waktu kalian senggang, carilah informasi tentang Kakek Buyut Pertama dan Kakek Buyut Keempat kalian.”Kakek Pertama dan Kakek Keempat sudah turun gunung untuk beberapa saat. Anehnya, masih tidak ada informasi mengenai keberadaan mereka sampai sekarang.Braden dan Rayden menatap Caden dengan kening berkerut, lalu mengangguk dan menjawab, “Kami mengerti.”Seusai menyiapkan makanan, Naomi mengetuk pintu dan berjalan masuk. “Ayo makan.”Setelah berjalan mendekat dan melihat
Rayden bertanya dengan bersemangat, “Kakek dan Nenek menyembunyikan virusnya di Kota Amari?”Braden merasa bingung. “Tapi, Kota Amari itu bagian dari negara kita. Kalau Kakek dan Nenek sudah berhasil bawa virus dan datanya pulang, kenapa mereka nggak menyerahkannya pada negara? Bukannya katanya ada banyak orang yang diutus untuk pergi menjemput mereka? Kenapa Kakek dan Nenek nggak serahkan virus dan datanya pada mereka?”Caden terdiam dan memikirkannya. Dia juga tidak mengetahui situasi spesifik pada saat itu, tetapi merasa yakin bahwa barangnya pasti berada di Kota Amari. Sebelum ayahnya tewas, kata terakhir yang diucapkannya adalah puzzle.Waktu itu, Caden masih kecil. Dia mengira ayahnya mengungkit tentang puzzle karena merindukan waktu bermain mereka. Oleh karena itu, dia baru menunduk pada Tony demi menaruh kotak puzzle ini ke dalam peti mati ayahnya pada pemakaman ayahnya.Setelah mulai curiga, Caden selalu berniat untuk menggali kuburan ayahnya demi menemukan kotak puzzle ini. N
Naomi membantu Caden membuka jasnya dengan perhatian sambil berkata, “Aku sudah coba tidur, tapi nggak bisa tidur. Gimana? Semuanya sudah selesai?”“Masalah di tempat pemakaman sudah selesai, tapi para biksu masih harus bacakan sutra di aula leluhur kediaman lama untuk 3 hari.”“Apa kita perlu pergi ke sana?”“Aku sendiri sudah cukup. Aku cuma pulang untuk periksa keadaan kalian. Nanti, aku akan pergi lagi.”Naomi mengambil gantungan baju, lalu menggantung jas Caden di lemari jaket samping pintu.Braden mengeluarkan sandal rumah dari rak sepatu dan berkata, “Papa, ayo ganti sepatumu.”Caden tersenyum dan membuka sepatunya. Kemudian, Rayden menaruh sepatunya ke rak sepatu. Caden mengelus kepala putranya dengan lembut.Setelah itu, keempat orang itu berjalan masuk ke ruang tamu. Caden bertanya, “Ayah dan Ibu sudah pulang?”Joseph dan Maria telah pindah pada awal bulan. Sekarang, mereka tidak lagi tinggal di rumah ini.Naomi menjawab, “Belum. Mereka khawatir sama kamu, aku, dan anak-anak.
Setelah para petinggi militer pergi, Caden menyuruh Naomi terlebih dahulu membawa anak-anak pulang. Dia masih perlu kembali ke aula leluhur di kediaman lama bersama para biksu.Naomi menghibur Caden untuk sejenak, lalu terlebih dahulu membawa anak-anak dan orang tuanya pergi. Camila dan Tiara juga pergi bersama mereka, sedangkan Dylan dan Edward menemani Caden.Sampai meninggalkan pemakaman, Camila baru berkata, “Pasukan hari ini benar-benar mengejutkanku! Naomi, Paman dan Bibi itu pahlawan yang gugur demi negara? Aku sama sekali nggak pernah dengar tentang hal ini.”Naomi menjawab, “Aku juga baru tahu hari ini. Caden bilang, mereka berkorban demi masyarakat. Tapi aku juga nggak tahu situasi spesifiknya.”Camila merasa sangat terkejut. “Aku selalu kira anggota Keluarga Pangestu yang suruh orang untuk bunuh mereka demi merebut harta keluarga. Gimanapun, Paman itu satu-satunya pewaris Keluarga Pangestu.”Tiara juga mengangguk dan menambahkan, “Aku juga kira begitu. Selama ini, rumor itu
Pada malam hari itu juga, Caden yang masih kecil langsung dapat berpikir terbuka. Hanya orang terkuatlah yang dapat bertahan di dunia ini. Jika seseorang belum memiliki kemampuan yang cukup kuat, dia harus belajar untuk mengalah.Di usia Caden itu, menunduk merupakan cara paling dasar untuk bertahan hidup. Jadi, pada malam itu juga, dia berlutut di depan Tony dengan membawa puzzle itu dan memanggilnya “kakek” untuk yang pertama kalinya. Dia memohon pada Tony untuk mengizinkannya menaruh puzzle itu di dalam peti mati supaya bisa menemani ayahnya. Pada saat itu, Tony yang mengenakan pakaian resmi sedang duduk di kursi dan menyesap teh. Dia memicingkan matanya dan menatap Caden dengan penuh peremehan untuk sesaat sebelum berkata dengan tegas, “Boleh saja kalau kamu mau memasukkannya. Tapi, kamu harus patuhi kata-kataku kelak.”“Waktu ada media yang wawancarai kamu kelak, kamu nggak boleh tunjukkan ketidakpuasanmu terhadapku ataupun Keluarga Pangestu. Selain itu, kamu juga nggak boleh ung