Setelah terdiam sejenak, Braden baru berkata, "Kejadiannya mendadak, jadi aku nggak perhatikan tampang pelaku. Tapi, target pelaku sangat jelas. Dia pasti sudah merencanakannya sejak awal. Selain itu, gerakan pelaku sangat gesit dan akurat, seperti pembunuh profesional."Hayden yang tidak mengerti bertanya, "Kalau pelakunya itu pembunuh profesional, kenapa serangannya gagal?"Braden menyahut, "Dia bukan gagal, seharusnya dia memang nggak berniat membunuhku. Justru karena dia itu pembunuh profesional, makanya dia bisa menghindari titik vitalku dengan sempurna. Pelakunya hanya melukaiku, tapi nggak membunuhku."Caden merasa bersalah. Dia menanggapi, "Kamu terluka karena aku. Pelaku itu menargetkanku. Dia melukaimu untuk menakuti mama kalian."Braden bersandar di bantal, lalu memandang Caden dan berucap dengan serius, "Memang ada hubungannya denganmu, tapi bukan sepenuhnya karena kamu. Tujuan pelaku itu mendesak Mama meninggalkanmu. Sebenarnya bisa dibilang pelaku itu menargetkan Mama, ak
Ucapan Braden memang benar. Sekarang seharusnya mereka segera menyelidiki Samuel adalah orang misterius atau bukan. Setelah itu, mereka baru memikirkan balas dendam."Tapi, bagaimana caranya kita menyelidiki Pak Samuel? Dia menyembunyikan identitasnya dengan baik," timpal Hayden.Caden berucap, "Beberapa hari yang lalu aku menemukan markas rahasia Samuel. Aku menemukan banyak barang di dalam. Mungkin kita bisa temukan rahasianya dari barang-barang ini."Sebelum membakar rumah kayu itu, Caden sudah menyimpan banyak bukti. Bukan hanya merekam rumah kayu itu, Caden juga memfoto dan merekam barang-barang di dalam rumah kayu. Selain itu, Caden mengambil banyak barang dari rumah kayu dan menyimpannya.Braden segera berkata, "Coba kamu cari kesempatan untuk tunjukkan barang-barang itu pada Mama. Mama memahami ilmu psikologi. Kalau itu markas rahasia Pak Samuel, di dalam pasti ada banyak rahasianya. Kamu bisa minta Mama analisis."Braden mengingatkan, "Jangan beri tahu Mama dulu semua itu bara
Saat menjelang malam, Naomi hendak membuat pangsit. Ini adalah hari pertama Caden dan anak-anak mengakui hubungan mereka. Seharusnya mereka makan di restoran untuk merayakannya, tetapi sekarang Braden belum pulih. Jadi, mereka tidak bisa keluar makan dan Naomi terpaksa memasak di kamar.Harga kamar suite ini puluhan juta per hari. Tentu saja, fasilitasnya sangat bagus. Sama seperti kamar suite di hotel, bukan hanya higienis dan peralatannya lengkap, semua barang-barang di kamar juga bermerek.Ketika membuat pangsit, mereka sekeluarga saling membantu. Braden yang berbaring di tempat tidur memberi arahan, sedangkan 5 orang lainnya yang bekerja. Suasana di dalam kamar sangat ramai.Setelah makan malam, Caden hendak keluar untuk bertemu para tokoh hebat. Ada beberapa tokoh hebat yang akan meninggalkan Kota Jawhar besok pagi. Jadi, Caden harus menemui mereka malam ini.Masalah hari ini sangat mendadak. Caden hanya fokus pada Naomi dan anak-anak sehingga tidak sempat meladeni para tokoh heba
Tony bahkan belum membereskan Rayden. Sekarang, tiba-tiba muncul 3 anak lagi. Dia makin tidak berdaya.Tony yang gusar tidak makan seharian. Melvin malah memanas-manasi, "Pak, bagaimanapun, Pak Caden sudah setuju berikan saham 10 persen padamu. Dia nggak boleh berubah pikiran. Apa kamu mau meneleponnya?"Tony langsung membanting cangkir teh dan menghardik, "Untuk apa telepon dia? Untuk dengar dia permalukan aku? Dasar bodoh!"Sekarang sudah bisa dipastikan anak-anak Naomi adalah keturunan Keluarga Pangestu. Mana mungkin Caden memberikan saham kepada Tony untuk memasukkan anak-anak itu ke silsilah keluarga? Begitu teringat saham 10 persen itu, hati Tony terasa sakit.Melvin bergidik, lalu berujar, "Semua ini salah Naomi, seharusnya dia nggak ungkap identitas anak-anaknya hari ini. Kalau dia baru bilang besok, kita sudah dapatkan saham 10 persen itu."Tony juga marah. Jika Naomi baru mengungkapkan identitas anak-anaknya besok, sekarang saham 10 persen itu sudah ada di tangannya. Caden ti
Jika Hayden tidak senang, konsekuensinya pasti sangat parah. Malam ini, anggota Keluarga Pangestu pasti tidak bisa tenang.Target pertama Hayden adalah Sonia. Saat Sonia tidur, dia tiba-tiba terbangun karena mencium bau yang menusuk. Sonia membuka matanya dan seseorang melempar kotoran ke wajahnya.Sebelum Sonia tersadar, wajahnya sudah dilumuri kotoran. Suami Sonia juga terbangun karena mencium bau menusuk. Dia bertanya, "Bau apa ini?"Suami Sonia melihat piring kertas di wajah istrinya, lalu dia menyingkirkan piringnya. Suami Sonia langsung muntah di wajah istrinya. Beberapa detik kemudian, suara teriakan Sonia bergema di seluruh rumah.Target selanjutnya adalah Zaskia yang mengeluarkan laporan hasil tes DNA tadi pagi dan pingsan karena terlalu kesal. Setelah pingsan, Zaskia langsung dibawa ke rumah sakit.Zaskia mengalami syok. Ditambah dengan penyakit kronis yang dideritanya, Zaskia baru bangun setelah diselamatkan untuk waktu yang lama.Sesudah Zaskia bangun, orang kepercayaannya
Wajah Tony memucat. Dia menghela napas dan berujar, "Aku lihat dengan jelas, tadi ada ular kecil berwarna hitam. Itu pasti ular berbisa. Cepat suruh orang cari!"Tony tidak berani tidur lagi. Dia menyuruh sekelompok pelayan untuk mencari ular. Tony tidak yakin ular itu masih ada di tempat tidur atau tidak. Dia menyuruh Melvin memapahnya ke kursi roda.Kemudian, permainan dimulai. Begitu Tony duduk di kursi roda, tiba-tiba terdengar suara musik yang kencang. Semua orang tertegun.Sesudah itu, kursi roda elektrik Tony bergoyang mengikuti irama musik, seperti sedang menari. Tony memegang pegangan kursi roda dengan erat. Dia berteriak sambil memelotot, "Ada apa ini? Cepat papah aku!"Para pelayan hendak menghampiri Tony, tetapi kursi rodanya tiba-tiba berputar-putar dengan sangat cepat sehingga tidak ada yang bisa menghentikannya.Setelah berputar-putar sejenak, kursi roda mendadak berhenti. Tony hampir terpental. Kala ini, Tony sangat pusing. Saat para pelayan hendak memapah Tony, tiba-ti
Hayden tersentuh. Sebenarnya dia tidak tahu ayahnya sama sekali tidak bertanya karena buru-buru ingin menemani ibunya.Kala ini, Caden sedikit mabuk. Tadi dia minum beberapa gelas anggur, tetapi dia masih sadar. Caden terus memikirkan Naomi.Naomi sedang menuang air ke gelas di dapur. Caden menghampiri Naomi dan memeluknya dari belakang. Dia menempelkan dagunya di bahu Naomi.Meskipun mereka sudah berpacaran beberapa bulan, Naomi tetap merasa gugup setiap Caden bermesraan dengannya. Namun, Naomi tidak mendorong Caden. Dia bertanya, "Kamu minum anggur, ya?"Naomi merasakan napas Caden yang hangat di telinganya. Caden menjawab, "Iya. Setelah bertemu para senior, Dylan dan lainnya mencegatku. Mereka memaksaku minum anggur dan nggak mengizinkanku pulang kalau aku nggak minum."Naomi menanggapi, "Ini sudah malam, kenapa mereka melarangmu pulang?"Caden menyahut, "Kami nggak melakukan apa-apa. Mereka tahu aku memikirkan kamu dan anak-anak, jadi mereka ancam aku untuk paksa aku minum anggur.
Kemudian, Caden berkata pada Naomi, "Malam ini aku yang jaga Braden. Kamu istirahat saja."Naomi hendak bicara, tetapi Caden melanjutkan, "Biarkan aku berduaan dengan anakku. Berikan aku kesempatan untuk menunjukkan ketulusanku."Naomi menimpali, "Oke. Kalau ada apa-apa, langsung panggil aku. Kamu juga boleh istirahat sebentar. Biasanya, Braden nggak akan bangun waktu tengah malam.""Oke," sahut Caden.Naomi berdiri dan pergi ke ruangan bagian dalam. Sejak Braden terluka, Naomi kurang tidur. Setelah mandi, Naomi berbaring di tempat tidur. Caden tiba-tiba masuk.Naomi yang terkejut bertanya, "Kamu nggak temani Braden?""Braden lagi tidur. Aku temani kamu dulu," jawab Caden. Dia langsung naik ke tempat tidur dan memeluk Naomi. Caden mencium aroma di tubuh Naomi dan berkomentar, "Naomi, kenapa kamu wangi sekali?"Naomi merasa gugup. Dia tahu Caden sudah tidak sabar ingin bercinta dengannya. Semenjak mereka mengungkapkan isi hati satu sama lain, Caden sangat mendambakan hal itu.Hari ini,
[ Astaga, apa kalian berdua benar-benar telah jadian? ]Kepala Camila berdengung. Dia tidak membalas pesan, melainkan memalingkan kepala untuk membelalaki Dylan. “Apa kamu gila! Apa aku pulang demi kamu? Aku pulang karena Bibi Lyana dan Paman Kevin! Lagi pula ….”Dylan memotongnya, “Bukannya sama saja pulang demi orang tuaku dengan pulang demiku? Lagi pula, semua itu juga masalahku!”“Apa bisa disamakan?”“Kenapa nggak bisa? Sama saja!”Camila menggertakkan giginya. Kalau bukan karena sedang mengendarai mobil, Camila pasti akan menendangnya!Jika mengatakan Camila pulang demi Lyana dan Kevin, Helen pasti tidak akan berpikir banyak. Dia tahu hubungannya dengan Lyana cukup dekat.Namun sekarang, Camila pulang demi Dylan. Masalah itu akan memicu prasangka orang-orang.Apalagi Dylan juga mengatakan dirinya tidak memiliki selera makan. Hanya karena masalah kecil ini, Camila malah diam-diam pulang. Bukannya semua itu adalah gerak-gerik yang dimiliki sepasang kekasih?Kekasih yang lagi diland
Camila menjulingkan bola matanya. Dia mengendarai mobil sembari menghubungi Naomi.“Naomi, apa kalian sudah sampai di rumah sakit?”“Kami akan segera tiba. Apa kamu sudah lapar?”“Lapar sekali. Tapi kali ini, terjadi sesuatu sama aku dan Dylan. Kalau kamu nggak ada masalah lain, kamu tunggu kami di kamar pasien.”Naomi merasa penasaran. “Kalian mau keluar?”“Emm, kalau nggak ada masalah, seharusnya kita bisa kembali dalam waktu 40 menit.”“Oke, kalau begitu, aku tunggu kamu di kamar pasien.”“Emm, emm.”Ketika melihat Camila memutuskan panggilan, Dylan spontan berkata, “Apa kita bisa pulang dalam waktu 40 menit?”“Bisa.”Dylan melihat navigasi sekilas.“Sekarang masih ada 10 menit baru bisa tiba di kantor catatan sipil. Dari kantor catatan sipil ke rumah sakit sekiranya butuh waktu 30 menit. Apa kamu nggak perlu tatap muka sama Catherine?”Camila membalas, “Ketemuan sama dia juga nggak butuh waktu panjang.”Saat Dylan ingin mengatakan sesuatu, ponsel Camila berdering. Dia menerima pang
[ Kak, siapa yang bikin video ini? Tolong lepaskan Kota Yorta! Ular keberuntungan Kota Yorta nggak boleh disebarluaskan lagi! ][ Kak, dunia Kota Yorta sudah runtuh. Mohon danai yang versi baru. ]Selesai warganet di Kota Yorta menangis, giliran warganet Kota Ciawi yang menangis.[ Kak, mohon selamatkan ular pemakan manusia kami! ]Selesai warganet Kota Ciawi menangis, giliran warganet Kota Gora menangis.[ Kak, mohon selamatkan kami. Kami kebanyakan makan kentang di rumah. Huhuhu. ]Selesai warganet Kota Gora menangis, giliran warganet Kota Howi yang menangis.[ Kak, saudara kami sudah pingsan di toilet karena menangis kebanyakan. Mohon selamatkan mereka. Kami nggak sanggup lihat ular keberuntungan kami lagi. ]Bahkan ada yang sengaja datang untuk berlutut memohon kepada orang berotoritas untuk menstabilkan dunia hiburan.Pihak berotoritas pun melakukan respons.[ Dia nggak berada di dunia hiburan, tapi kedudukannya di dunia hiburan nggak bisa tergoyahkan. ]Dylan bahkan tidak membaca
Camila merasa penasaran. “Kenapa kamu tiba-tiba melepaskannya?”Dylan terdiam beberapa detik baru membalas, “Aku juga nggak tahu. Tiba-tiba aku bisa mengobrol masalah dia dengan terang-terangan.”Camila pun terdiam.Mereka berdua bertukar pandang selama beberapa saat. Tiba-tiba Dylan berdeham, lalu berkata, “Itu … kamu jangan sembarangan tidur di luar sana. Cara yang aku ajari sepertinya nggak terlalu bagus.”Camila terdiam membisu.Dylan menjelaskan, “Coba kamu lihat aku, aku sudah tidur dengan begitu banyak wanita, tapi aku tetap nggak bisa melepaskannya. Hari ini aku baru merasa bisa melepaskannya. Jadi, cara bermain di luar sana nggak efektif!”Topik pembicaraan ini membuat Camila merasa canggung. Dia pun memaksa dirinya untuk bertanya sekali lagi, “Sebenarnya bagaimana kamu bisa melepaskannya hari ini?”Dylan membalas, “Aku juga nggak tahu, mungkin aku sudah melepaskannya dari beberapa hari lalu. Semuanya terasa aneh, tapi aku yakin bukan karena tidur dengan yang lain. Pokoknya, k
Biasanya rasa sedih di hati tidak akan dibicarakan kepada orang luar. Dylan sama sekali tidak memberi Furla kesempatan untuk berbicara. Dia pun berkata, “Jujur saja, sekarang kamu adalah orang yang paling menjijikkan di antara mantan-mantanku.”“Kita nggak usah omong kosong lagi. Semakin banyak kamu bicara, aku malah akan semakin kesal sama kamu! Kelak mohon jauhi aku, juga jauhi leluhurku. Coba saja kalau kamu mengganggunya lagi!”Terlintas ekspresi syok di dalam mata Camila.Furla malah melihat Dylan dengan takut. Kali ini, dia merasa syok hingga tidak berani bernapas.Pemikirannya dibongkar dengan terang-terangan. Furla bukan hanya merasa gugup, melainkan juga merasa lebih takut lagi!Siapa si Dylan itu? Hanya dengan menggerakan jari tangannya, dia pun bisa menghabisi Furla!Furla bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Dia menopang dirinya untuk berdiri, lalu meninggalkan kamar pasien dengan keadaan berantakan.Suasana di dalam kamar pasien kembali hening ….Camila masih sedang m
Dylan bersandar di ranjang pasien sembari meminum air. Setelah tenggorokannya tidak kering lagi, dia baru berkata, “Masalah aku sakit juga nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan, apalagi merasa bersalah. Kamu seharusnya tahu karakterku. Setiap kalinya aku akan putus dengan tegas, nggak suka tarik ulur. Kalau sudah putus, ya berarti kita sudah putus. Aku pasti nggak akan bersedih.”“Kita juga nggak mungkin akan baikan lagi. Aku nggak suka balikan dengan mantan. Jadi, aku dan kamu sudah nggak memungkinkan lagi.”Furla pun menangis. “Waktu itu, aku juga gegabah, makanya aku bisa kepikiran untuk putus sama kamu. Aku ….”Furla benar-benar tidak menyangka Dylan benar-benar tidak mencarinya!Selama beberapa hari ini, Dylan bahkan tidak mengirim pesan apa pun kepadanya!Dylan berkata dengan tersenyum, “Furla, aku memang gampang luluh sama cewek cantik, tapi aku hanya peduli dengan air mata pacarku.”“Kita berdua sudah putus. Nggak ada gunanya kamu menangis di hada
Furla merasa putus asa. Dia meminta pengampunan kepada Dylan dengan menangis. “Dylan, selamatkan aku. Huhuhu ….”Tanpa menunggu buka mulut dari Dylan, Camila mengambil setangkai bunga mawar merah dari buket bunga bawaan Furla. Dia mengopek kelopak bunga, lalu memasukkannya ke dalam mulut Furla!“Enak?” Furla merasa kesal hingga air mata tidak berhenti mengalir.Camila menyembunyikan senyumannya. Ekspresinya kelihatan dingin. “Kelak, kalau kamu berani menyinggungku lagi, aku nggak akan kasih kamu makan bunganya, aku akan kasih kamu makan duri bunga mawar! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba!”Kedua mata Furla memerah. Dia sungguh ketakutan.Camila melepaskannya, lalu melempar tangkai bunga ke wajahnya.Duri di tangkai bunga itu mengenai pipi Furla. Furla pun tidak berani bersuara lagi.Camila berdiri, lalu berjalan ke sisi ranjang. Dia mengambil tisu basah untuk menyeka tangannya, lalu merapikan rambutnya sembari melihat ke sisi Dylan. “Aku sudah selesai ngobrol sama dia. Aku kelu
Furla benar-benar tidak menyangka ada Camila di dalam kamar pasien. Dia menatap Camila selama beberapa saat, baru tersadar dari bengongnya. Setelah itu, dia menyapa dengan tersenyum, “Kak Camila ….”Camila tidak menghiraukan Furla. Dia hanya tersenyum sembari mengamati Furla saja ….Hari ini Furla berpenampilan sederhana. Dia hanya merias wajahnya dengan polos, menguncir tinggi rambutnya, dengan mengenakan set seragam santai dan sepasang sepatu kanvas.Furla bergaya anak sekolah hari ini, kelihatannya seperti anak SMA saja.Tiba-tiba Camila teringat dengan cinta pertama Dylan, gadis yang bernama Citrus itu. Camila pun tersenyum sinis sembari membatin, ‘Furla ini cukup pintar. Dia tahu memanfaatkan keunggulannya untuk mendapatkan rasa suka Dylan.’Dylan bisa bersama Furla karena dia mirip sama Citrus. Dia belum pasti tahu siapa si Citrus itu. Hanya saja, Furla pasti bisa menebak orang yang tidak bisa dilupakan Dylan hanyalah cinta pertamanya.Bagaimanapun, cinta pertama itu biasanya ter
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu