Mereka berdua diam-diam mengikuti Caden. Setelah sampai di sini, demi tidak dipergoki orang-orang, mereka sengaja mengganti mode diam dalam jam tangannya.Sebelumnya saat di rumah sakit, mereka hanya fokus dalam masalah Rayden saja. Jadi, mereka bahkan lupa untuk berpamitan dengan Naomi.Saat melihat wajah panik mereka berdua, Caden berkata lagi, “Jangan khawatir. Aku beri tahu dia kalau kalian lagi bersamaku. Selain itu, aku juga mengatakan aku yang mengajak kalian keluar, kalian bukan keluar secara diam-diam. Kalian kira aku sudah minta izin sama dia, makanya kalian nggak pamitan sama dia.”Hayden mencemberutkan bibirnya, lalu memutar bola matanya. Dia tidak ingin mengakui kebaikan Caden, tetapi dia mesti menerima kenyataan ini. Namun, perhatian Braden malah tertuju pada diri Naomi. “Apa reaksi Mama ketika dia tahu kita lagi bersama?”“Tentu saja merasa tenang. Kalian pasti aman ketika bersamaku.”Braden menyipitkan matanya. Dulu, jika Naomi tahu anak-anaknya sedang bersama dengan C
Terlintas aura sinis di dalam tatapan Caden. Dia ragu sejenak, lalu membalas, “Abu mamaku ada di tangannya.”Braden dan Hayden merasa syok.Raut wajah Caden semakin dingin lagi. Dia melanjutkan ucapannya, “Waktu itu saat orang tuaku meninggal, usiaku masih kecil. Semua prosedur pemakaman diatur oleh Tony. Saat itu, aku nggak bersedia untuk pulang ke Kediaman Keluarga Pangestu. Jadi, dia mengancamku dengan menggunakan abu mamaku.”Braden menggertakkan giginya. Tony memang biadab! Dia bahkan mengancam cucunya sendiri dengan abu orang yang sudah tiada!Seandainya Wanda gentayangan, dia pasti akan mencabik-cabik Tony! Selain merasa marah, Braden juga merasa kasihan terhadap Caden. Braden bisa memahami perasaan Caden. Setelah mamanya tua nanti, jika ada yang mengancamnya dengan menggunakan abu mamanya, Braden pasti akan merasa sangat marah!Hanya saja, selain marah, Braden juga mesti memaksa dirinya untuk memendam amarah itu. Dia tidak berani mengambil risiko untuk mempertaruhkan abu ibunya
Kening Hayden berkerut. Dia merasa tidak puas. Braden malah mengangguk. “Aku mengerti.”Keluarga Pangestu terlibat dalam masalah menyembunyikan abu Wanda dan pelaku pembunuhan Darman dan Wanda. Jadi, Braden tidak akan sembarangan menyentuh anggota Keluarga Pangestu. Dia tidak ingin mengacaukan rencana Caden, nantinya malah akan memperburuk situasi saja.“Oke, tenangkan diri kalian dulu. Nanti saat di rumah sakit, kalian cukup bilang aku yang membawa kalian pergi. Jangan sampai ketahuan sama Naomi.”Braden dan Hayden terdiam membisu.Baru saja mereka tiba di rumah sakit, Steven pun menghubunginya. Caden mengangkat panggilan di samping. Kedua anak pergi mencari Naomi.Steven mengatakan Evano melepaskan saham 20% itu, memilih untuk tetap hidup dan menyerahkan diri ke kantor polisi. Caden berpesan untuk menjaga keluarga Evano dengan baik.Mereka berdua berbicara sejenak, kemudian panggilan baru diakhiri. Setelah itu, Caden pun pergi mencari Naomi.Saat ini, Naomi sedang berada di kamar pas
Setelah dipegang oleh Naomi, jantung Caden berdebar semakin kencang lagi.Jari tangan Naomi bagai api yang membakar seluruh tubuh Caden saja. Saat ini, gambaran mimpi mereka berdua sedang bermesraan kembali terbayang di dalam benaknya ….Hawa panas di tubuh Caden semakin membara lagi. Napasnya juga terasa berat. Jakunnya sedikit bergerak.Naomi masih tidak begitu memahami Caden. Dia tidak tahu Caden telah jatuh cinta terhadapnya. Dia masih mengangkat kepalanya menatap Caden dengan bingung. “Sebenarnya ada apa sama kamu?” Tatapan Caden terus tertuju pada bibir Naomi. Dia ingin sekali mencium bibir Naomi, tetapi dia takut perbuatannya akan mengagetkan Naomi!Pada akhirnya, Caden berusaha untuk menekan hasratnya. Dia menarik tangannya, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke toilet dengan raut muram.Naomi terdiam membisu. Apa dia tidak senang? Apa karena masalah Rayden?Kening Naomi kelihatan berkerut. Dia merasa kasihan dengan Caden. Naomi sudah mendengar dari Braden dan Hayden mengenai
“Emm, kamu nggak makan dan juga nggak tidur. Kalau kamu begitu terus, nanti kamu akan jatuh sakit.”Tatapan Caden menjadi membara. Naomi khawatir dan peduli terhadapnya. Naomi juga merapikan kasur dan hendak memasak untuknya. Bukankah Naomi sedang menyukainya?Caden bagai anak remaja yang baru mengerti soal perasaan saja. Dia menatap Naomi dengan tersenyum. Senyuman Caden tulus dari lubuk hatinya. Dia sungguh merasa gembira saat ini.Naomi merasa bingung. “Kenapa? Kenapa kamu malah tersenyum?”Caden tidak berbicara, hanya menatap Naomi dengan tenang saja.Naomi sungguh kehabisan kata-kata. Kenapa Caden bagai burung merak yang sedang membuka sayapnya saja? Bukannya Caden tidak menyukai Naomi? Kenapa dia malah membuka sayapnya? Caden sedang sakit, ya?Kening Naomi kelihatan sedikit berkerut. Dia tidak menghiraukan Caden, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke dalam dapur, meninggalkan Caden tersenyum sendiri.Ketika menyadari Naomi hendak pergi, Caden pun tidak tersenyum lagi, spont
Setelah ragu beberapa saat, Naomi pun memeluk Caden. “Dalam hubungan antar manusia, hubungan darah memang nggak bisa diabaikan begitu saja. Tapi perasaan manusia biasanya terbentuk melalui interaksi sehari-hari. Itulah sebabnya terkadang orang yang mengasuh anak memiliki hubungan lebih dekat dengan anak daripada ibu yang tugasnya hanya melahirkan saja.”“Padahal Tony sudah berusia 70-an tahun, tapi dia masih saja nggak bisa hidup tenang, malah ingin meracuni cicit kandungnya sendiri. Hal itu membuktikan bahwa dia memang dilahirkan sebagai orang yang berhati dingin. Orang seperti dia sama sekali nggak punya rasa kasih sayang. Dia juga nggak pantas untuk mendapatkan kasih sayang.”“Orang yang berhati dingin itu nggak punya hati. Nggak peduli apa pun yang kamu lakukan juga nggak akan membuatnya terharu. Jadi, kamu juga nggak perlu kecewa atau terluka, nggak pantas. Kamu juga nggak usah pesimis gara-gara dia. Masih banyak orang baik di dunia ini. Hidup tetap akan terasa indah ….”Naomi tah
Caden membayangkan momen kebersamaan keluarga yang harmonis. Dia tiba-tiba merasa bahagia. Namun, Naomi langsung menolak, "Nggak boleh!""Kenapa?" tanya Caden.Naomi mengernyit. Dia merasa tidak tenang jika ketiga anaknya terlalu sering bertemu dengan Caden, apalagi tinggal bersama.Sekalipun Braden dan Hayden merias wajah setiap hari, cepat atau lambat pasti akan ketahuan. Lagi pula, tidak mungkin mereka berdua merias wajah setiap hari.Naomi sembarangan mencari alasan. Dia menyahut, "Aku bukan keluargamu, kurang pantas kalau aku bawa anakku tinggal di rumahmu. Nanti aku akan digunjing."Caden langsung membalas, "Selama ada aku, nggak ada yang berani menggunjingmu."Naomi menyergah, "Aku tetap nggak mau! Aku ... aku merasa canggung."Caden menimpali, "Canggung apanya? Bukannya terkadang kamu juga tinggal di rumahku?"Naomi menanggapi, "Itu beda, aku ini pengasuh di rumahmu. Terkadang aku tinggal di rumahmu untuk menjaga Rayden. Tapi, kondisinya beda kalau aku bawa anakku tinggal di ru
Naomi yang panik membentak, "Bukannya aku sudah bilang nggak cocok kalau pria dewasa sepertimu tinggal di rumah Tiara? Selain itu, di rumahnya nggak ada kamar kosong lagi!"Caden membalas, "Kalau begitu, kamu bawa Braden, Hayden, dan Jayden tinggal di rumahku!"Naomi menimpali, "Nggak mau. Aku nggak akan bawa anakku tinggal di rumahmu!""Kalau begitu, kita tetap pertahankan situasi sekarang!" ucap Caden dengan ketus. Ekspresinya sangat dingin dan sikapnya sangat tegas.Jika mempertahankan situasi sekarang, itu berarti ketiga anak Naomi tinggal di rumah Tiara dan Rayden tinggal di rumah Caden. Sementara itu, Naomi harus bolak-balik.Naomi memandang Caden dengan geram, lalu ekspresinya menjadi sedih karena permintaannya ditolak. Naomi menggigit bibirnya dan matanya memerah.Caden terdiam. Sebelumnya, dia sudah bertekad untuk tidak mengalah biarpun Naomi tetap mempertahankan pendapatnya. Namun, sekarang Caden merasa tidak tega.Caden ingin mengabaikan Naomi, tetapi mata Naomi memerah. Apa
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu
Camila tidak menjelaskan. Dia berkata dengan galak, “Sebenarnya kamu sudah hubungi Catherine belum? Hari ini dia datang atau nggak? Kalau dia nggak datang, aku pergi, nih!”Dylan segera berkata, “Datang, datang, datang. Dia balas aku kalau dia bakal datang, tapi dia datangnya agak sorean.”Kening Camila berkerut. “Kenapa sore?”Dylan berterus terang. “Aku juga nggak tahu. Kutebak mungkin sekarang dia lagi nggak di Kota Jawhar. Dia lagi perjalanan dari luar kota.”Camila merasa tidak senang. “Jadi, kenapa kamu nggak beri tahu aku sebelumnya?”Jika Camila tahu Catherine baru akan datang di sore hari, dia pun tidak akan datang ke rumah sakit di pagi hari!Apalagi hubungan mereka berdua sudah canggung!Dylan merasa agak kesal. “Kamu juga nggak tanya ….”Camila memelototinya.Belum sempat Camila kepikiran bagaimana untuk mengomeli Dylan, Dylan malah mulai muntah lagi. Dia berbaring di samping ranjang sembari mual-mual.Tadinya Camila tidak ingin menghiraukannya. Namun, ketika melihat dia mu
Kevin juga menambahkan, “Aku juga sama! Seluruh tubuhku terasa rileks!”Di kamar rawat sebelah.Begitu melihat orang tuanya, Dylan buru-buru duduk tegak dan menyapa mereka dengan hati-hati karena takut dipukul, “Ayah, Ibu.”Kevin kembali menjadi ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang. “Nggak usah gugup, kami datang bukan untuk memukulmu. Kamu benar-benar beruntung karena ketemu sama Camila! Kelak, kamu harus perlakukan Camila dengan baik. Kalau kamu berani membuatnya marah, aku dan ibumu pasti akan menghabisimu!”Lyana juga tertawa. “Putraku yang baik, gimana keadaanmu hari ini? Sudah punya selera makan?”Dylan merasa sangat terkejut setelah melihat perubahan sikap orang tuanya. Dia juga sudah berubah dari putra durhaka menjadi putra yang baik? Camila benar-benar berhasil menghibur orang tuanya? Ya Tuhan, bagaimana Camila melakukannya?Dylan diam-diam melirik Camila. Begitu tatapan mereka bertemu, Camila segera mengalihkan pandangannya dan mengabaikan Dylan.Dylan pun mengalihkan
Kali ini, Kevin juga langsung menunjukkan sikapnya.“Camila, tenang saja. Kali ini, kami nggak akan paksa Dylan untuk menikahinya lagi. Meski aku ... sangat ingin Keluarga Hermanto memiliki penerus, juga benar-benar inginkan anak itu, aku lebih rela Keluarga Hermanto nggak punya penerus daripada harus memisahkan kalian!”Kevin bahkan hampir meneteskan air mata. Dia benar-benar menginginkan seorang cucu. Kata orang, ada 3 bentuk ketidakberbaktian seorang anak dan yang terbesar adalah tidak memiliki penerus keluarga. Keinginan agar putranya meneruskan garis keturunan Keluarga Hermanto selalu menjadi beban dalam hatinya.Tidak peduli siapa yang melahirkannya, semua itu sebenarnya sama saja bagi Keluarga Hermanto. Oleh karena itu, Kevin baru mengucapkan kata-kata seperti itu. Dia lebih rela tidak memiliki cucu daripada menghancurkan kehidupan Camila dan Dylan.Camila mengetahui beban pikiran Kevin. Setelah mendengar ucapan Kevin, dia merasa lumayan terharu. Selain merasa terharu, dia juga
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan