Dalam sesaat, Kakek Kelima tidak tahu bagaimana menjelaskan. Ekspresinya terkaku. Braden tidak mempersulit mereka, dia hanya bertanya, “Kakek Buyut Kelima jujur sama aku, apa Kakek Buyut Kedua masih bisa sembuh?”Kening Kakek Kelima berkerut. Dia pun terdiam.Braden sudah memiliki jawaban di hatinya. Matanya seketika terasa panas. Dia pun langsung menangis histeris.Kakek Kelima segera memeluk Braden, lalu berusaha menenangkannya dengan suara pelan, “Braden, hidup, tua, sakit, dan mati adalah hukum alam. Cepat atau lambat, semua orang akan melalui tahapan itu.”Braden tidak menjawab. Dia memeluk Kakek Kelima dengan erat sembari membenamkan wajah kecilnya di dalam pelukan Kakek Kelima. Dia menangis dengan tersedu-sedu ….Master Bercodet tertegun di tempat. Kedua matanya terbuka lebar ketika melihat Kakek Kelima. Dia kelihatan tidak percaya! Beberapa detik kemudian, dia berbalik dan berlari! Dia berlari dengan sangat cepat!Kakek Kelima tahu dia hendak pergi mencari Kakek Kedua. Jadi, K
“Asal kamu tahu, jangan harap! Kalau kamu berani mati, aku akan menghapus namamu dari Keluarga Juandra! Aku akan bikin Keluarga Juandra memutuskan hubungan sama kamu! Aku akan suruh Papa dan Mama putus hubungan sama kamu juga!”Ekspresi Kakek Kedua kelihatan sedih. “Ardi ….”Master Bercodet menangis. “Kamu nggak boleh memperlakukanku seperti ini. Aku sudah membencimu selama bertahun-tahun. Aku sudah mencarimu selama bertahun-tahun. Tadi aku baru saja menemukanmu. Kamu nggak boleh pergi begitu saja!”“Sejak kematian Papa dan Mama, aku nggak pernah melewati hidupku dengan tenang! Sekarang akhirnya aku menemukanmu. Akhirnya hidupku baru merasa bahagia. Kamu malah ingin mencampakkanku, meninggalkan dunia ini sendiri! Kalau kamu mati, gimana sama aku? Gimana sama aku? Huhuhu ….”Master Bercodet menangis dengan histeris. Seorang pria yang berusia 60-an tahun malah kelihatan seperti anak kecil di hadapan Kakek Kedua.Seperti kata pepatah, tidak peduli berapa besar umur seseorang, dia selalu a
Kakek Kedua berkata lagi, “Tapi aku nggak sedih sama sekali. Waktu itu, ketika aku melihatmu, aku pun merasa sangat gembira! Aku benar-benar mengira seumur hidupku, aku nggak akan berkesempatan untuk makan dan ngobrol sama kamu lagi. Nggak disangka, kamu akan ikut Hayden kemari.”“Sebelumnya saat mengajarinya seni bela diri, aku sengaja menyembunyikan beberapa jurus. Hanya kamu saja yang bisa menyadari kalau dia diajari olehku.”Kakek Kedua berbicara sembari mengangkat kepalanya. Dia melihat langit dari celah tumpukan daun pohon, lalu berkata, “Aku merasa Tuhan sudah memperlakukanku dengan sangat baik. Ketika kecil dulu, aku memang sudah dicampakkan oleh orang tua kandungku, tapi aku bertemu dengan guru dan istri guru. Kemudian, mereka melahirkanmu. Aku pun bertambah seorang adik lagi. Hidupku semakin bahagia dan sempurna saja.”“Setelah itu, terjadi sesuatu dengan mereka, aku juga nggak bisa menemani di sisimu. Aku merasa sangat kesepian. Tapi, pada saat itu, aku bertemu dengan mereka
Haih ….Kakek Ketiga diam-diam menghela napas dalam hati. “Ayo, kita gantung di kamarnya.”“Emm.”Pria tua dan anak kecil mengambil tulisan pergi ke kamar Kakek Kedua. Baru saja mereka menggantung, Braden dan Kakek Kelima pun kembali.Ketika melihat mata merah Braden, Hayden segera bertanya, “Kak, ada apa?”Braden tahu Hayden masih belum mengetahui masalah itu. Jadi untuk sementara, dia juga merahasiakannya dari Hayden. “Nggak kenapa-napa. Tadi aku baru teleponan sama Mama. Aku merindukan Mama.”Hayden segera bertanya, “Apa Mama baik-baik saja? Dia pasti sangat merindukan kita. Aku juga sangat merindukannya.”Braden berkata, “Mama baik sekali. Dia selalu kepikiran kita. Aku beri tahu dia, kita lagi di dalam pegunungan, suruh dia nggak usah khawatir. Besok saat minta izin sama guru, tolong bantu minta izin beberapa hari buat kita.”Kedua mata Hayden terbelalak. “Apa Mama sudah tahu?”Braden mengangguk. “Emm, tahu.”“Jadi … apa Mama nggak senang?”“Nggak, kok. Mama hanya merasa kaget saj
Senyuman Kakek Kelima itu lebih lebar berkali-kali lipat. Dia benar-benar sangat menyukai Hayden!Tidak peduli soal bakat maupun karakternya, Hayden benar-benar seperti perpaduan dari dirinya dan juga Kakek Kedua!Dari diri Hayden, dapat terlihat bayangan Kakek Kedua dan juga bayangan Kakek Kelima.Aliansi yang kuat ini pasti akan semakin kuat lagi!Setelah Hayden besar nanti … bukan besar, kira-kira 10 tahun lagi, dia pasti akan lebih hebat daripada Kakek Kedua dan Kakek Kelima!“Hayden, coba kamu lihat model senjata yang aku desain.”Bocah kecil itu melihat. “Produk belum jadi?”“Emm, apa kamu punya masukan?”Hayden memiringkan kepalanya sembari melihat dengan sangat serius. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Tambahkan sepasang sayap yang bisa mengecil. Sayap itu bisa berubah menjadi sayap untuk terbang dan juga bisa berubah menjadi dayung untuk berenang di air. Gimana menurutmu?”Kakek Kelima menyipitkan matanya sembari berkata, “Ide bagus, tapi sulit untuk diwujudkan.”“Meski su
Nenek sedang meneliti virus di laboratorium. Kakek Kelima pun sedang meneliti alat tempur model terbaru di rumahnya. Sementara, Kakek Ketiga selalu menulis kaligrafi dan melukis, juga bertugas untuk memasak.Braden menghabiskan kebanyakan waktunya di kamar Kakek Pertama dan Kakek Keempat. Malam harinya, dia akan menemani Hayden untuk tidur bersama Kakek Kedua.Namun, gambaran seperti ini tidaklah lama ….Suatu siang di 2 minggu kemudian, Master Bercodet tiba-tiba menggendong Kakek Kedua pulang ke rumah! Dia menerobos rumah Nenek dengan buru-buru. Bibirnya gemetar dan ucapannya tidaklah jelas.“Tolong … dia! Tolong selamatkan dia!”Saat orang lain mendengar gerakan ini, semuanya berlari kemari.Begitu melihat kondisi Kakek Kedua, semua orang tahu telah terjadi masalah besar!Seluruh tubuh Hayden gemetar. Dia menangis dengan terisak-isak.“Kakek Buyut Kedua muntah darah. Dia muntah banyak darah …. Huhuhu ….”Kening Kakek Pertama berkerut. “Letakkan dia di atas ranjang!”Master Bercodet m
Hidup, mati, perpisahan, dan kepergian adalah salah satu hal paling menyakitkan dalam dunia ini.Bagaimanapun, setelah manusia mati, mereka tidak bisa hidup kembali. Setelah mati, mereka pun akan tiada, berpisah dengan dunia dan kehidupan ini untuk selamanya.Meskipun sangat merindukannya, tetap saja tidak mungkin bisa bertemu lagi.Semua orang menatap Kakek Kedua dengan bersedih. Kata-kata perpisahan sudah pernah diucapkan. Semuanya terdiam beberapa saat, baru bersama-sama meninggalkan ruangan.Mereka menyisakan waktu terakhir untuk Hayden, membiarkan Hayden dan Kakek Kedua berpamitan untuk yang terakhir kalinya.Mata Kakek Kedua memerah. Dia mengusap kepala Hayden dengan perlahan, lalu memanggil dengan suara kecil, “Hayden ….”Hayden bersandar di atas dada Kakek Kedua, lalu menangis dengan semakin histeris lagi. “Aku nggak mau Kakek Buyut Kedua pergi. Jangan, aku nggak mau … huhuhu ….”“Kakek … Kakek Buyut Kedua paling memanjakanku. Semua permintaanku … akan dipuaskan sama Kakek Buyu
Hayden mengangguk. “Aku … aku sudah mengingatnya! Tapi, aku … aku nggak ingin Kakek Buyut Kedua mati …. Aku takut! Aku takut! Huhuhu …. Kakek Buyut Kedua, aku takut ….”Bocah itu menangis dengan sakit hati. Seluruh tubuhnya merinding.Anak yang biasanya aktif, optimis, periang, dan tidak takut dengan apa pun langsung berubah menjadi lemah, kecil, tidak berdaya, dan kasihan ….Tidak seperti seorang anak kecil berbakat. Dia seperti anak berumur 5 tahun biasa saja.Air mata Kakek Kedua kembali membasahi matanya. Hatinya benar-benar terasa tidak nyaman!Air mata kembali menetes di wajah Kakek Kedua. Dia berusaha untuk menenangkan Hayden. “Tapi kalau Kakek Buyut Kedua nggak mati, aku akan kesakitan sekali. Hayden, Kakek Buyut Kedua lagi sakit. Penyakitku sudah menyebar sampai ke sumsum tulangku. Aku merasa sangat nggak nyaman …. Kalau aku mati, itu berarti aku sudah tidur. Kakek Buyut Kedua nggak akan kesakitan lagi ….”Bibir Hayden gemetar. “Kalau tidur, masih bisa bangun lagi. Kalau mati,
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj
Caden mengangkat bahunya dengan tidak berdaya. “Aku juga nggak tahu jelas. Dia bilang nggak. Oh iya, hari ini, Braden menelepon.”Naomi langsung bertanya dengan buru-buru, “Apa katanya? Semuanya baik-baik saja?”Caden tidak mengungkit masalah Kakek Kedua. Dia hanya menjawab, “Dua hari lalu, Hayden demam.”Ekspresi Naomi langsung berubah. “Demam?”“Emm. Tapi, Braden suruh kita nggak usah khawatir. Itu cuma demam biasa. Kalau sudah benar-benar sembuh, mereka akan pulang. Nanti, kamu minta izin beberapa hari lagi saja untuk mereka.”Naomi merasa cemas. “Kenapa bisa demam?”“Katanya, di sana hujan beberapa hari yang lalu. Hayden kehujanan.”“Demamnya tinggi?”“Nggak.”Naomi berkata dengan sedih, “Pantas saja aku nggak berhenti mimpi buruk akhir-akhir ini. Sudah kubilang, selain Camila, pasti masih ada hal buruk lain yang terjadi. Ternyata Hayden sakit! Jangan lihat Hayden biasanya nakal dan suka berkelahi. Dia sebenarnya paling takut disuntik sama minum obat. Dulu, setiap sakit, aku harus
Naomi bertanya, “Setiap … kalinya kamu tambah makan sebanyak ini?”“Emm!”“Tapi, kulihat-lihat sepertinya kamu nggak gendutan?”Camila tersenyum bangga. “Ajaib, ‘kan? Tuhan sayang sama aku! Meski aku makan banyak, aku nggak gemuk-gemuk! Orang-orang di perusahaan kami juga iri banget sama aku!”Naomi bertanya, “Apa ada perubahan dalam tubuhmu? Kamu makan sebanyak ini, apa lambungmu sanggup?”Camila makan sembari menjawab, “Sanggup, kok. Aku nggak merasakan ada yang nggak nyaman. Lagi pula, aku merasa sekarang aku pasti lebih sehat daripada sebelumnya. Dulu hidupku nggak sehat banget, tidurku nggak nyenyak, selera makan biasa-biasa saja, juga banyak pikiran.”“Sekarang aku punya nafsu makan. Selain itu, aku bisa langsung tidur setelah berbaring setengah jam. Keesokan paginya aku juga sangat energik. Aku merasa aku sudah kembali ke umur 18 tahun saja!”Usai berbicara, Camila menyantap mienya. “Mie kuah pedas kedai ini enak sekali, apalagi mie mereka buatan tangan. Kalau kamu dan Tiara ber
Gisela segera mengangguk dan melanjutkan, “Aku tahu masalah itu! Dengar-dengar gara-gara masalah ini, Bu Joana pernah beberapa kali coba untuk bunuh diri!”“Haih, pemikiran anak zaman sekarang sangat terbuka. Mereka semua nggak bersedia punya anak. Ada banyak yang keguguran tanpa sengaja atau dengan sengaja!”“Jadi, hamil itu nggak tergolong kabar bahagia. Bisa melahirkan baru dinamakan kabar gembira. Jangan gembira terlalu cepat!”Begitu Lyana mendengar, dia semakin kesal lagi. Bukannya mereka sedang mengutuk Keluarga Hermanto?Ekspresi Lyana langsung berubah. Dia langsung menyindir, “Kenapa mengandung bukan kabar gembira? Keluarga mana yang nggak senang kalau ada yang hamil? Nggak semua keluarga berkesempatan untuk menggendong cucu!”“Lebih baik kalian berdua gunakan waktu kalian menyindirku untuk berbincang dengan putra kalian. Suruh mereka cepat punya anak!”“Oh, ya, sebelum kalian ngobrol sama anak kalian, kalian mesti ngobrol sama suami kalian dulu. Jangan sampai duluan ada anak
Ketika melihat mereka berdua berbicara dengan semakin gembira, hati Dylan pun terasa penat. Dia memang tidak ingin melukai mereka, tetapi tidak mungkin masalah dibiarkan seperti ini!Konon katanya, semakin besar harapan, semakin besar rasa kecewanya!Kalau tidak kepikiran ide bagus, lebih baik beri tahu kenyataan kepada mereka.Dylan berpikir sejenak, lalu menyantap sesuap buah kiwi. Dia mengangkat kepalanya menatap Lyana dan Kevin, kemudian langsung berterus terang. “Papa, Mama, kalian berdua berhenti dulu. Dengar apa kataku ….”Belum selesai Dylan berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Pintu kamar pun dibuka.Ada dua ibu-ibu kaya berdiri di depan pintu. Mereka sedang mengintip ke dalam kamar. Saat melihat mereka berdua, Lyana langsung merasa tidak gembira. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Brenda dan Gisela. Mereka adalah teman satu lingkaran yang sering bertemu di acara kumpul bersama. Hanya saja, Lyana sangat tidak menyukai mereka!Sebab, mereka selalu suka bergo
“Uwek ….”Dylan langsung duduk dan membungkukkan tubuhnya untuk muntah di samping ranjang. Kali ini, Dylan tidak memuntahkan apa-apa, dia hanya merasa mual saja.Dylan benar-benar ingin menangis. Dosa apa yang telah dia perbuat? Dia tidak sakit, tetapi kenapa dia malah muntah?Orang tua kandungnya malah menancapkan pisau di luka Dylan.“Kenapa muntah hingga separah ini? Kelihatannya sangat menyiksa. Untung saja bukan Camila yang muntah.”“Camila muntah parah dalam kehamilan kali ini. Waktu itu saat aku mengandung Dylan, reaksiku juga nggak separah ini. Sepertinya anak di dalam kandungannya bandel. Hehe, bandel saja. Lagi pula, papamu yang merasakannya. Kamu menyiksa papamu, bukan menyiksa mamamu. Kamu memang patuh.”Dylan terdiam membisu. Dia merasa dirinya bagai bonus yang diberikan ketika orang tuanya membeli pulsa saja! Dia juga merasa dirinya bagai benar-benar sedang mengandung saja!Ketika melihat buah kiwi di atas piring buah, Dylan menenangkan dirinya sejenak, lalu berkata semba
Tiba-tiba Lyana tersenyum. “Kalau benar itu mual karena hamil, berarti nggak usah terlalu khawatir, lagi pula juga bukan penyakit serius. Walaupun memang nggak nyaman, setidaknya lebih baik kamu yang merasa nggak nyaman daripada Camila.”Heh?Dylan menatap ibu kandungnya sendiri dengan tatapan tidak percaya!Apanya lebih baik Dylan yang merasa tidak nyaman daripada Camila?Satu detik kemudian, Kevin berkata, “Camila itu cewek. Terlalu kasihan untuk dia menerima siksaan ini. Lagi pula, dulu dia sudah cukup menderita, sudah seharusnya kamu mewakilinya untuk memikul penderitaan ini.”Dylan terdiam membisu. Dia menggigit bibirnya sembari melihat ayah dan juga ibu kandungnya.“Memangnya aku nggak sakit? Aku nggak tersiksa?”Usai bertanya, Dylan pun merasa menyesal. Camila juga tidak sedang mengandung. Untuk apa dia mempermasalahkan hal ini? Dengan Dylan berbicara seperti ini, seolah-olah Camila memang sedang berbadan dua saja!Tanpa menunggu Dylan menjelaskan, Lyana pun berkata, “Kamu pasti
Suster yang berada di samping adalah asisten Robbin, juga adalah adik sepupunya. Jadi, dia tidaklah asing dengan Caden dan Dylan.Saat mendengar pembahasan mereka, gadis cilik itu berkata dengan mata terbelalak, “Cowok itu nggak mungkin bisa hamil! Tapi, cowok itu bisa punya reaksi seperti ibu hamil. Pak Dylan, apa kekasihmu nggak menunjukkan reaksi apa-apa dalam masa kehamilannya?”Belakangan ini, kabar hamilnya kekasih Dylan telah tersebar luas di kalangan konglomerat. Suster ini juga adalah anggota dari Keluarga Lukman. Dia juga mengetahui masalah itu. Apalagi, Dylan juga tidak maju untuk membantah. Dia pun percaya dengan berita itu.Wajah Dylan kelihatan memucat. Belum sempat dia menjelaskan, gadis cilik berkata lagi, “Reaksi saat masa kehamilan itu bisa berpindah tempat. Ada banyak ibu hamil yang merasa tubuhnya ringan, berenergik, dan selera makannya besar. Sementara, suaminya malah mual parah. Serius.”Dylan menjulingkan bola matanya dengan napas terengah-engah!Dylan percaya re
Ternyata terjadi sesuatu dengan Kakek Kedua ….Sepertinya benar-benar ada ikatan batin di dunia ini!Sebelumnya Caden memang tidak tergolong banyak berhubungan dengan Kakek Kedua, perasaannya terhadap Kakek Kedua tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan Naomi dan Hayden. Namun ketika kepikiran dengan suara dan senyuman Kakek Kedua, Caden juga merasa sesak.Orang yang begitu unggul dan hebat malah pergi begitu saja. Seorang pahlawan besar telah gugur. Sejak saat ini, dunia benar-benar kehilangan Raja Bela Diri, sosok yang menantang negeri asing seorang diri, menumbangkan 7 perguruan bela diri, dan membuat para petarung asing gentar sekaligus membencinya!Semua ini bukan hanya kerugian dan penyesalan bagi mereka, tapi juga kerugian dan penyesalan bagi bangsa ini!“Apa kalian … baik-baik saja?”Suara Braden terdengar serak. “Semuanya sangat sedih. Hayden menangis paling sedih dan paling putus asa …. Tapi, kamu nggak usah khawatirkan kami. Kakek Buyut Kedua sudah dimakamkan. Kami sudah n