"Ee, Ya sudah ya sudah. Baiklah." Ayah mendorong tubuh Elfa agar masuk ke dalam Taksi."Begitu dong, sekali kali Ayah yang menurutnya, jangan aku terus yang disuruh menurut.""Ah, baiklah. Hati hati ya Nak. Ingat pesan Ayah.""HM.." Elfa menyambut tangan Ayahnya , sebelum akhirnya sang taksi pun melaju."Dasar Anak Muda jaman sekarang. Susah jika sudah urusan hati. Hem... Tidak seperti aku dulu. Cus , ketemu langsung lamar dan nikah. Tidak seribet Anak jaman sekarang." Ayah menggeleng gelengkan kepala, melangkah untuk kembali ke rumah.Sementara di kediaman Glen Alazka.Ellena sedang duduk di ruangan tengah. Tentu saja ada Fic yang senantiasa di sisinya selalu. Mana bisa Fic tidak ada. Ellena pasti akan berteriak.Fic menghela nafas, seperti sedang merangkai kata untuk memulai bicara. Ellena mengerti itu. Tapi sengaja tidak ingin bertanya."Nona!" Fic akhirnya membuka suara."Em.." Ellena mendekatkan wajahnya."Apa? Mau bicara apa? Gelisah sekali?"Fic tersenyum, hanya bisa memandang
Khale membawa Ellena duduk di bangku panjang yang dekat dengan api unggun.Melirik dua saudaranya yang sibuk menyantap Barbeque dan jagung bakar."Apa kamu senang berada di Villa ini?" tanya Khale, hanya sekedar basa basi."Tentu saja. Aku sudah lama tidak menghirup udara segar Villa ini. Setelah hampir sepuluh tahun lamanya.""Kamu benar. Dulu kita sering kemari bersama orang tua kita. Apa kau ingat, bagaimana kamu begitu nakal dulu?""Kamu yang nakal Khal, sampai aku membencimu dan kedua saudaramu itu." sangkal Ellena melirik Keyan dan Kimmy yang melempar senyuman padanya.Khale terbahak."Itu kan dulu. Karena kita semua masih kecil. Sekarang berbeda. Lihatlah, mereka berdua sudah dewasa dan begitu tampan. Begitu juga denganku."Ellena tergelak mendengar itu. "Kamu benar. Kalian sudah dewasa dan Tampan. Tapi sayang , masih saja nakal." Ellena meninju lengan Khale yang langsung menangkap tangannya.Fic bisa melihat itu dari kejauhan. Mendengar keduanya tertawa bahagia.Fic memejamkan
"Kenapa, Fic? Kenapa?" Ellena menangis pilu, kedua tangannya mencengkram rambut Fic dengan kuat, memohon penjelasan. Namun Fic hanya diam, terus mendekap tubuh Ellena yang berada di bawah selimut yang ditariknya erat-erat."Kamu tidak mencintaiku, kan? Itulah sebabnya kamu tidak mau melakukannya demi diriku?" Isak Ellena semakin menjadi-jadi. "Padahal, Aku hanya ingin hadiah ini darimu di hari ulang tahunku!" Dia mengulangi permintaannya untuk kesekian kalinya, namun Fic tetap tak bergeming."Aku mencintaimu, Ellena," ujar Fic akhirnya, mengangkat wajahnya dari dekapan mereka. Ia menatap mata Ellena yang basah oleh air mata. "Harus bagaimana lagi aku mengatakannya padamu?""Kamu bohong!" Ellena mengepalkan tinjunya dan memukul punggung Fic yang sedang berbaring di atas tubuhnya. Mata Ellena berkaca-kaca, menatap tajam ke arah Fic. "Karena aku sangat mencintaimu, aku tidak akan mungkin merusakmu," ucap Fic lembut, menciumi kening Ellena."Aku takut kita tidak bisa bersama, Fic! Apa ka
Keyan sudah melayangkan tinjunya.Namun Fic cepat menangkap tangan itu dengan tepat."Tolong jangan membuat keributan disini, Tuan Muda. Nona Ellena bisa terbangun!" membuang tangan Keyan dengan kasar.Keyan tak peduli itu, kembali melayangkan tinjunya. Namun kali ini Khale cepat mencegah."Cukup!""Khal, Jangan terlalu percaya padanya! Fic ingin mengambil Nona Ellena darimu! Kamu tidak sadar apa?" seru Keyan."Ellena itu, belum milik siapa siapa! Kamu saja yang kelewatan!" sahut Khale."Aku hanya ingin memberinya pelajaran agar dia tau diri! Kalau dia hanya seorang kepala pelayan! Tidak lebih! Sikapnya kenapa Nona Ellena sudah melampaui batas!""Cukup Key, Ayo kita kembali ke kamar!" Sahut Khale.Keyan dan Kimmy mendengus kesal. Sama sama melotot penuh ancaman ke arah Fic, yang juga memberi tatapan tajam kearah keduanya."Heh! Kalian tidak mendengarku?" Khale lagi lagi berseru kepada mereka.Akhirnya Keyan dan Kimmy melangkah penuh kejengkelan mengikuti Khale.Sementara Fic, menghela
Hampir setengah harian ini Ellena mengurung diri di kamar. Fic dan Daniah sudah beberapa kali mengetuk pintu untuk mencoba membujuk."Sebenarnya ada apa lagi?" saat ini Glen yang kebetulan sudah pulang dari Kantor menghampiri Fic.Fic hanya bisa menunduk tanpa menjawab pertanyaan Glen."Fic! Kamu tidak mau mengatakannya padaku?" Glen mengulang pertanyaan.Fic menghela nafas cukup panjang, kini melangkah dan duduk di hadapan Nathan."Nona Ellena," Fic menjeda kalimatnya."Katakan saja, Fic! Ada apa?"Fic kembali menghela nafas."Nona Ellena, ingin aku melamarnya segera, Tuan."Glen sama sekali tidak terkejut mendengar ucapan Fic. Dia hanya tersenyum."Lalu? Apa kamu belum siap?" Justru Glen bertanya demikian membuat Fic mendongak. "Bukan aku belum siap, Tuan. Aku hanya ingin membicarakan hal ini pada Tuan Ken terlebih dahulu. Aku hanya ingin memastikan, jika ini tidak akan mengecewakan Tuan Ken. Jika Tuan Ken tidak menyetujuiku, maka aku akan tetap memperjuangkan Nona Ellena." ucap F
Saat ini Daniah sudah histeris. Menangis tanpa henti di sisi Ellena yang belum juga sadar.Tim Medis khusus milik keluarga Glen pun sudah dihubungi Fic dan kini sedang dalam perjalanan kemari.Sementara di luar kamar Ellena.Glen matanya sungguhmemerah. Dengan bibir yang cukup bergetar menahan marah ketika mendengar jika Ellena pingsan karena terkena pukulan.Fic dan Khale, dua pria itu sudah menekuk lutut mereka masing masing di hadapan Glen."Maafkan aku Tuan. Maafkan aku, aku tidak bisa melindungi Nona Ellena. Sungguh aku tidak melihat jika Nona Ellena tiba-tiba berlari hanya untuk menghadang Tuan muda dengan badannya." Fic menunduk, mengusap air matanya yang terus saja mengalir tanpa isakan, dari pertama merebahkan tubuh Ellena tadi."Ini semua salahku Paman. Khale yang bersalah. Pukulanku yang sudah membuat Ellena pingsan. Hukum aku Paman. Aku pantas mendapatkan hukuman." Khale pun pasrah.Glen terlihat mengusap wajahnya berkali-kali. Berusaha untuk meredam amarahnya. Namun tang
Mendengar itu Fic pun ikut beranjak."Kamu temani Ellena saja Fic." ucap Glen."Aku juga perlu menjelaskannya pada Tuan Ken, Tuan.""Biar kami berbicara dulu. Temani Ellena dulu. Dia membutuhkanmu." Glen menepuk bahu Fic. Fic hanya bisa mengangguk, menatap semua yang kini melangkah keluar kamar.______Terdengar Ken menghela nafas, setelah mendengar semua penjelasan dari Glen.Walau terlihat raut kekecewaan yang tidak bisa disembunyikan dari tatapannya. Tapi Ken berusaha untuk tetap tenang."Kenapa tidak mengatakan ini sejak awal Tuan?" ucap Ken."Maafkan aku Ken. Aku menunggu waktu yang tepat. Aku tidak tau, jika sebelum waktu itu, Khale lebih dulu tau." sahut Glen."Sebagai orang tua, aku tidak mungkin menjadi penghalang untuk kebahagiaan Putriku sendiri. Ku harap kamu bisa mengerti. Tidak ada yang di hati Ellena kecuali Fic. Dan Fic, tidak mungkin berani menghancurkan hatinya." sambung Glen.Semua kini terdiam untuk waktu yang lama."Kamu boleh kecewa padaku Ken, karena aku sudah m
"Tidak mungkin. Mana mungkin? Putriku selalu terlihat baik-baik saja. Apa penyebabnya?" teriak Glen."Tuan, jika hasil dari pemeriksaan, kemungkinan penyakit Nona ini sudah ada sejak Nona Ellena lahir. Tapi karena tubuh Nona selalu sehat dan terjaga, maka tidak terdeteksi dari awal. Dan ku rasa beberapa tahun ini, Nona sudah merasakannya. Mungkin Nona Ellena menyembunyikan hal ini dari kalian, atau Nona Ellena sendiri tidak memperdulikan adanya gejala gejala sakit yang dirasakan.""Itu tidak benar! Kalian pasti sudah salah Diagnosa! Nona selalu baik-baik saja. Sejak kecil dia sangat kuat dan tidak sedikitpun ada keluhan. Aku yang menjaganya sejak dia lahir!" Fic kini mendekat, mencoba menyangkal penjelasan dokter."Tuan Fic. Itu sebabnya tidak terlihat sedikit pun gejala penyakit ini. Tapi seiringnya waktu berjalan, menambahnya usia Nona. Emosinya tidak lagi stabil saat dia masih kanak kanak. Dan mungkin ada hal yang membuat Nona Ellena tertekan akhir-akhir ini.""Apa ini karena pukula