“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”
Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.
Sekarang Tasya sudah tak malu datang ke kantor untuk menjumpai Fandi. Apalagi dia adalah anak sang direktur utama di bank tersebut.
Pekerjaan nya sebagai model dan selebgram, tidak menghalangi niatnya untuk terus bersama Fandi, walaupun di media sosial netizen sudah banyak yang menghujatnya. Follower i*******m nya saja yang awalnya 1 juta, sekarang hanya tersisa sekitar 600 ribu saja. Dia tidak peduli selama bisa bersama Fandi.
“sayang kamu harus nikahin aku secepatnya? Aku nggak mau sampai mama dan papa aku tahu kalau aku hamil di luar nikah. Orang tua aku pasti malu banget sayang” ujar Tasya memaksa Fandi untuk menikahinya.
“tapi aku sama Ammara gimana Tasya? Ammara juga sedang mengandung anakku.”
“aku nggak peduli sayang, yang terpenting sekarang kamu harus nikahin aku dulu”
Fandi hanya terdiam, memikirkan bagaimana dia akan memberi tahu Ammara tentang masalah ini.
“kalau kamu nggak mau nikahin aku, aku bakal bikin karir kamu hancur sayang, dan kamu nggak akan bisa dapet kerja lagi di jakarta”.
“kamu jangan gitu dong sayang, iya aku janji bakal nikahin kamu, tapi kita nikah siri aja dulu ya?”
“aku mau kita nikah resmi sayang, kan kamu tinggal minta tanda tangan istri kamu saja, kalau dia mengizinkan kamu nikah lagi, yang penting nanti mama dan papa aku tahu kalau aku hamil ada bapaknya. Makasih ya sayang, i love you?” ucap Tasya sambil duduk di pangkuan Fandi seraya mencium pipinya.
**
Ammara yang sedang asik menonton TV di kagetkan dengan bunyi bel apartemen. Ammara lalu berdiri dan berjalan membuka pintu apartemennya, password pintunya memang sengaja dia ganti, untuk menghindari pencuri.
Setelah melihat kamera pintu, Ammara pun membuka kunci pintunya, ternyata ada Fandi yang pulang, setelah dua mingguan tidak pulang ke rumah.
“Aku kira kamu sudah nggak ingat jalan pulang lagi mas?” ucap Ammara menyindir Fandi
Fandi yang sedang pusing, langsung masuk ke dalam apartemen, tanpa menghiraukan Ammara..
Ammara yang juga sudah kecewa berat terhadap suaminya, mengikutinya dari belakang.
“Ammara, aku sebentar lagi mau nikah sama Tasya, sekarang kamu harus pilih dimadu atau cerai” ucap Fandi secara tiba-tiba
Ammara yang dari tadi mengikutinya di belakang terdiam seperti mematung, dia tak menyangka suaminya akan membuat pertanyaan yang akan sangat menyakitinya. Dunia serasa mau kiamat buat Ammara, tak pernah terpikir olehnya suaminya akan mengucapkan kalimat itu, dia yang ingin mendapatkan kembali hati suaminya, sekarang terguncang akan kata-katanya.
“Maksud kamu apa mas?”
“Iya sebentar lagi aku bakal nikah sama Tasya, sekarang kamu harus memilih, di madu atau kita pisah”
“Tapi aku sekarang lagi hamil anak kamu mas? Kamu kan tahu dalam agama Islam kamu tidak boleh menceraikan istri yang sedang hamil”
“Iya aku tahu, makanya aku tawarkan kamu untuk di madu dengan Tasya.”
Ammara terdiam melihat tekad suaminya yang kuat. Dan dia tidak tega melihat anaknya nanti, tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah.
“Baiklah mas, aku rela di madu, asalkan kamu bisa memberikan waktumu untuk menemaniku dan kasih sayangmu, juga harus utuh untuk anak kita nanti”
“baik lah, sekarang pembicaraan ini sudah selesai. Aku mau mandi dulu” ucap Fandi tanpa merasa bersalah.
Ammara yang dari tadi menahan tangisnya segera pergi ke kamarnya, dan menangis sejadi-jadinya. Dia tahu kalau suami sudah memiliki dua istri dia tidak bisa bakalan adil. Tapi Ammara harus bertahan demi anaknya.
**
Setelah Ammara menyetujui pernikahannya, Fandi dan Tasya sibuk mengurus segala keperluan untuk pernikahan mereka, Tasya ingin pernikahan mereka terlihat mewah. Apalagi orang tuanya juga mendukung pernikahan anak pertamanya harus mewah, walaupun mereka tahu kalau Fandi sebenarnya sudah punya istri.
Fandi yang masih pulang ke apartemen Ammara, memberikan undangan pernikahannya dengan Tasya.
“Nanti kamu datang ya ke acara nikahan aku sama Tasya, biar orang-orang itu lihat kalau kami menikah atas persetujuanmu?” ucap Fandi tanpa rasa bersalah.
“Gampang banget kamu ngomong gitu ya mas? Istri mana sih yang rela di madu?” ujar Ammara dengan lantang
“pokoknya kamu harus datang, oh ya, nanti ibu sama ayah mau datang sehari sebelum aku nikah, mereka nginap di sini, tolong kamu layani dengan baik”
“Sejak kapan mereka ke sini nggak aku layani dengan baik mas? Aku tahu tugasku sebagai menantu”
“Baguslah kalau begitu, ya sudahlah aku capek, pengen istirahat dulu”
Semenjak ketahuan selingkuh di hotel, Ammara memang sudah tak memberikan nafkah batin pada suaminya sedangkan untuk nafkah lahir masih dia penuhi, begitupun dengan Fandi dia juga tidak memintanya kepada Ammara.
**
Sehari menjelang hari pernikahan, kebetulan Fandi memang tidur di apartemennya bersama Ammara karena mereka masih suami istri. Jam menunjukkan pukul dua siang,
Ting tong, tong tong
Bel apartemen Ammara berbunyi, kebetulan saat itu Ammara sedang mencuci piring makan siang, karena Bel berbunyi dia cepat-cepat membasuh tangannya, dan berjalan menuju pintu apartemen, setelah melihat kamera pintu, dia langsung membukanya, ternyata yang datang adalah kedua mertuanya dan juga Safa adik dari Fandi.
“maaf ya bu ayah, Ara lambat buka pintunya” ucap Ammara sambil menyalami kedua mertuanya.
“Iya nggak apa-apa nak, kan kamu lagi hamil juga” ucapnya lembut
“Iya ma, silah kan masuk, biar Ara yang bawa tas mama”
“Nggak usah nak, mama bisa bawa sendiri”
Tidak biasanya mertuanya menolak dibawakan tas oleh Ammara, mungkin karena segan karena anaknya telah menyakiti Ammara.
“kakak gimana? Sehat? Dedek bayinya sehat juga kan kak?” ucap Safa yang sedari tadi sudah duduk di atas sofa.
“alhamdulillah semuanya baik fa” jawab Ammara
“Kamu udah pergi periksa nak? Kalau belum ayo kita periksa besok, ibu sama ayah rencananya mau nginap seminggu di sini?” ucap mertua laki-lakinya penuh perhatian
Memang selama ini, mertuanya sangat menyayangi Ammara, mereka menyayanginya sama seperti Fandi dan adiknya Safa.
“Belum yah, dari kemarin sibuk terus, banyak kerjaan, sekarang Ara kan juga jualan baju online?”
“ Ya sudah, kalau acara nya sudah selesai besok ayah sama ibu akan antar kamu periksa kandungan kamu ya?”
“iya yah” ucap Ammara sambil menyembunyikan air matanya.
Sudah dua bulan usia kandungan Ammara, tidak sekalipun Fandi menawarkan untuk mengajaknya melakukan pemeriksaan USG. Dan Ammara pun juga sudah malas meminta ini, dan itu kepada suaminya. Cinta yang dulu 99,99% untuk suaminya, sekarang hanya tinggal 30% saja.
Hari pernikahan Fandi dan Tasya pun telah tiba, cinta yang dulunya menyebar di seluruh aliran darah Ammara kini hanya tinggal kenangan, dia sudah tak berharap banyak kepada suaminya, lima tahun pengabdiannya menjadi istri yang setia dan selalu mendampinginya, kini telah hancur karena orang ketiga, kandungannya semakin membesar hanya itu yang membuat Ammara semangat menjalani hari-hari di rumah itu.Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, orang tua Fandi sedang bersiap-siap untuk pergi ke pernikahan kedua anaknya, walau mereka tahu itu tidak benar, mereka harus merestui nya, karena mereka juga tahu kalau Tasya sedang hamil anak Fandi, dan karena mereka juga amat menyayangi Fandi sebagai anak laki-laki satu-satunya.Ammara yang sudah memakai dress untuk pergi pernikahan suaminya sedang duduk termenung di dekat jendela apartemennya, menghirup udara yang berpolusi di langit Jakarta. Irama jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dunia serasa gelap di mata Ammara, walaupun cahaya mentari sedang
“kami sudah berusaha sebaik mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain, saya harap bapak dan keluarga bersabar menghadapi ujian ini” “maksudnya apa ya dok?” Tanya Andra yang masih bingung dengan penjelasan sang dokter “kami turut berduka cita ya pak, bayi nyonya Ammara sudah meninggal dunia karena benturan yang terlalu keras di bagian perut nyonya Ammara, dan alhamdulillah kondisi nyonya Ammara sekarang sudah melewati masa kritis” Mendengar penjelasan dari dokter, Andra yang sudah khawatir dari awal, bertambah panik, apa yang akan dia jelaskan nanti kepada Ammara tentang bayinya yang sudah meninggal. “lalu bagaimana dengan Ammara dokter? Apa yang akan saya jelaskan nanti?” ujar Andra dengan nada khawatir “untuk saat ini lebih baik bapak sembunyikan dulu tentang kematian anaknya, nanti kalau kondisinya sudah stabil, baru di bicarakan pelan-pelan ya pak, saya pergi dulu ya pak” “Terima kasih dok” ujar Andra seraya menyalami dokter yang menangani Ammara “Ya sama-sama Pak” Dua menit
“Nggak mungkin, anak ku masih hidup kan fa?”Safa yang tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini, mencoba menenangkan Ammara.“Kakak yang sabar ya?”“Nggak mungkin Fa, anak ku masih hidup. Mungkin itu anak orang lain yang kamu lihat.” Ujar Ammara seraya ingin melepaskan selang infus yang ada di tangannya.Andra yang berada di belakang Safa mencoba menenangkan Ammara.“Kamu tenang dulu Ammara, nanti dokter yang akan menjelaskan semuanya, lebih baik kamu sekarang istirahat dulu” ujar Andra yang kemudian menarik tangan Safa yang sedang khawatir melihat kakak iparnya histeris.“maaf, sebaiknya kamu nggak usah kasih tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan bayi Ammara, dia itu masih shock karena kecelakaan kemarin” ujar AndraSafa yang terpukau akan ketampanan Andra, diam tak bergerak. Seraya tersenyum tak mengerdipkan matanya.“Hei, kamu dengar saya nggak” teriak Andra lantang sambil memukul bahu Safa.“eh iya, hmm apa?” sahut Safa sambil tersenyum“Sebaiknya Ammara jangan di kasi
Andra yang sedari tadi berada di belakang Ammara ikut terharu dan meneteskan air matanya. Dia tak sanggup melihat wanita yang dicintainya terluka seperti itu. Safa yang berdiri di samping Ammara ikut menangis melihat kesedihan kakak iparnya. Sembari mengelus rambut sang kakak ipar. Andra yang ikut meneteskan air mata mencoba menenangkan Ammara yang masih memeluk jasad bayinya. “Kamu yang tenang ya ra? Ini semua ujian dari Allah buat kamu, dan sekarang kamu harus ikhlaskan bayi mu?” ujar Andra berusaha menguatkan Ammara seraya memegang tangannya. “Baik buk, sekarang ibu, kakak dan masnya silahkan keluar, kami akan mempersiapkan bayinya untuk di kuburkan” ujar sang perawat yang sedari tadi menemani mereka “Aku nggak mau pergi, aku mau sama bayi aku, kembalikan bayi aku sekarang juga!” teriak Ammara sembari ingin berdiri. Dia sudah tak mempedulikan rasa sakit bekas operasi nya. Namun apa daya kaki belum kuat untuk berdiri karena nyeri perut sehabis operasi, sehingga membuat Ammara te
maksud kamu apa mas!” ujar Ammara yang segera meletakkan Claire ke dalam stroller.“Safa udah panik nyariin kamu, ternyata kamu enak-enakan di sini main gila sama laki-laki lain” teriak Fandi sambil menunjuk Andra dengan penuh perasaan iri hatiAndra yang dari tadi diam mulai terpancing emosinya “maksud anda apa nuduh saya sama Ammara main gila? Ha!” teriak Andra sambil mendorong dada Fandi“Lo nggak usah ikut campur ya! Lu tu bukan siapa-siapa Ammara, gua suaminya, wajar kalau gue marahin dia!” teriak Fandi kembali seraya ikut-ikutan mendorong dada Andra yang kekar“Suami anda bilang? Suami macam apa anda! Di saat istri anda kehilangan bayi kalian anda ada di mana! Itu yang Anda bilang suami?”“Anda nggak ada hak untuk ngejudge suami saya seperti itu ya? Emang dasar dia nya perempuan nggak bener! ” timpal Tasya yang berada di situ ikut-ikutan membela suaminya dan menjelek-jelekan AmmaraAmmara yang dari tadi emosi berusaha untuk tidak meluapkan semua emosinya, dia menarik napas dala
Setelah menghempaskan badan Ammara ke atas tempat tidur, Fandi pun dengan leluasa menguasai tubuh istrinya tersebut, Ammara hanya bisa mendesah, sekarang mereka berdua sudah tak berbusana, yang ada hanya kulit bertemu kulit, sudah tidak ada debar-debar di dada, hanya perasaan yang tak ingin berpisah satu sama lainnya, peluh keringat kini menghujani tubuh Fandi dan Ammara yang dipenuhi gairah nafsu. Hingga tibalah di ujung klimaks.Fandi yang kelelahan berusaha memeluk tubuh istrinya tersebut, dan menciumi seluruh wajah cantik Ammara.“Terima kasih ya sayang, semoga kita akan seperti ini selamanya. Aamiin” ucap Fandi sembari menatap mata Ammara yang berada di dalam pelukannya.Ammara yang juga puas terhadap gairah Fandi, tersenyum dan mengangguk bahagia di pelukan Fandi dan di bawah selimut yang menutup tubuh mereka.***Kembali ke masa sekarang.Ammara yang sedang berjalan pergi meninggalkan taman seketika tersadar ketika ada suara klakson mobil, dan Andra menarik tangan Ammara ke dal
Fandi yang tidak peduli terhadap ucapan Tasya menghempaskantangan Tasya yang memegangnya, lalu mengejar Ammara yang pergi berlalumeninggalkannya dan Tasya, dia tak peduli orang-orang yang melihatnya, diahanya tak ingin bercerai dari Ammara.Waktu yang ditentukan sudah tiba, Ammara yang sudah adadi ruang tunggu pengadilan agama bersama pengacaranya duduk di bangku yangsudah di persiapkan. Hari ini adalah agenda mediasi. Hatinya hancur, dia tidakpernah membayangkan pernikahan akan berakhir dengan cara seperti ini.Fandi yang datang sendirian duduk di sebelah Ammara,hingga pegawai pengadilan agama memanggil nomor antrian yang Ammara pegang, danmeminta mereka masuk ke ruangan mediasi.Fandi dan Ammara yang sama-sama tertunduk lesu kali inimasuk ke ruangan mediasi, secara bersamaan hingga pegawai pengadilan agama memulaiacara mediasi.Fandi yang semenjak tadi terdiam kali ini memohon danberlutu di depan kaki Ammara.“Aku mohon Ammara, aku nggak mau pisah dari kamu. Akumasih cinta sama kamu
Jantung Andra berdebar kencang, ia tak menyangka akan bisa sedekat itu dengan Ammara. Dulu dia hanya bisa mengagumi kecantikan Ammara dari jauh, tanpa berani mendekat dan memperkenalkan diri.“Udah rapi nih” ujar Ammara, kemudian duduk ke kursi lagi.“Ah, hm, terima kasih ya Ra?”“Ya, sama-sama”“Jadi gimana lanjut nggak nih, interviewnya?” ujar Ammara berseloroh“Nggak usah pakai interview deh, kamu langsung aja kerja hari ini jadi sekretaris pribadi saya”“Beneran ndra? Kamu nggak bohong kan?”“Iya, saya serius, buat apa saya bohong”“Makasih banyak ya ndra?”Andra pun mengangguk, lalu kemudian menelpon seseorang lewat telepon kantornya“Kamu ke ruangan saya sekarang” ucap Andra kepada seseorang di balik telponHingga tak berapa lama datanglah seorang perempuan muda, perutnya besar, mungkin sedang hamil.“Tania, perkenalkan ini Ammara yang nanti akan menggantikan kamu, selama cuti” ujar Andra kepada Tania sang sekretaris lama“Hai, saya Ammara” ujar Ammara sembari mengulurkan tangan
Jantung Andra berdebar kencang, ia tak menyangka akan bisa sedekat itu dengan Ammara. Dulu dia hanya bisa mengagumi kecantikan Ammara dari jauh, tanpa berani mendekat dan memperkenalkan diri.“Udah rapi nih” ujar Ammara, kemudian duduk ke kursi lagi.“Ah, hm, terima kasih ya Ra?”“Ya, sama-sama”“Jadi gimana lanjut nggak nih, interviewnya?” ujar Ammara berseloroh“Nggak usah pakai interview deh, kamu langsung aja kerja hari ini jadi sekretaris pribadi saya”“Beneran ndra? Kamu nggak bohong kan?”“Iya, saya serius, buat apa saya bohong”“Makasih banyak ya ndra?”Andra pun mengangguk, lalu kemudian menelpon seseorang lewat telepon kantornya“Kamu ke ruangan saya sekarang” ucap Andra kepada seseorang di balik telponHingga tak berapa lama datanglah seorang perempuan muda, perutnya besar, mungkin sedang hamil.“Tania, perkenalkan ini Ammara yang nanti akan menggantikan kamu, selama cuti” ujar Andra kepada Tania sang sekretaris lama“Hai, saya Ammara” ujar Ammara sembari mengulurkan tangan
Fandi yang tidak peduli terhadap ucapan Tasya menghempaskantangan Tasya yang memegangnya, lalu mengejar Ammara yang pergi berlalumeninggalkannya dan Tasya, dia tak peduli orang-orang yang melihatnya, diahanya tak ingin bercerai dari Ammara.Waktu yang ditentukan sudah tiba, Ammara yang sudah adadi ruang tunggu pengadilan agama bersama pengacaranya duduk di bangku yangsudah di persiapkan. Hari ini adalah agenda mediasi. Hatinya hancur, dia tidakpernah membayangkan pernikahan akan berakhir dengan cara seperti ini.Fandi yang datang sendirian duduk di sebelah Ammara,hingga pegawai pengadilan agama memanggil nomor antrian yang Ammara pegang, danmeminta mereka masuk ke ruangan mediasi.Fandi dan Ammara yang sama-sama tertunduk lesu kali inimasuk ke ruangan mediasi, secara bersamaan hingga pegawai pengadilan agama memulaiacara mediasi.Fandi yang semenjak tadi terdiam kali ini memohon danberlutu di depan kaki Ammara.“Aku mohon Ammara, aku nggak mau pisah dari kamu. Akumasih cinta sama kamu
Setelah menghempaskan badan Ammara ke atas tempat tidur, Fandi pun dengan leluasa menguasai tubuh istrinya tersebut, Ammara hanya bisa mendesah, sekarang mereka berdua sudah tak berbusana, yang ada hanya kulit bertemu kulit, sudah tidak ada debar-debar di dada, hanya perasaan yang tak ingin berpisah satu sama lainnya, peluh keringat kini menghujani tubuh Fandi dan Ammara yang dipenuhi gairah nafsu. Hingga tibalah di ujung klimaks.Fandi yang kelelahan berusaha memeluk tubuh istrinya tersebut, dan menciumi seluruh wajah cantik Ammara.“Terima kasih ya sayang, semoga kita akan seperti ini selamanya. Aamiin” ucap Fandi sembari menatap mata Ammara yang berada di dalam pelukannya.Ammara yang juga puas terhadap gairah Fandi, tersenyum dan mengangguk bahagia di pelukan Fandi dan di bawah selimut yang menutup tubuh mereka.***Kembali ke masa sekarang.Ammara yang sedang berjalan pergi meninggalkan taman seketika tersadar ketika ada suara klakson mobil, dan Andra menarik tangan Ammara ke dal
maksud kamu apa mas!” ujar Ammara yang segera meletakkan Claire ke dalam stroller.“Safa udah panik nyariin kamu, ternyata kamu enak-enakan di sini main gila sama laki-laki lain” teriak Fandi sambil menunjuk Andra dengan penuh perasaan iri hatiAndra yang dari tadi diam mulai terpancing emosinya “maksud anda apa nuduh saya sama Ammara main gila? Ha!” teriak Andra sambil mendorong dada Fandi“Lo nggak usah ikut campur ya! Lu tu bukan siapa-siapa Ammara, gua suaminya, wajar kalau gue marahin dia!” teriak Fandi kembali seraya ikut-ikutan mendorong dada Andra yang kekar“Suami anda bilang? Suami macam apa anda! Di saat istri anda kehilangan bayi kalian anda ada di mana! Itu yang Anda bilang suami?”“Anda nggak ada hak untuk ngejudge suami saya seperti itu ya? Emang dasar dia nya perempuan nggak bener! ” timpal Tasya yang berada di situ ikut-ikutan membela suaminya dan menjelek-jelekan AmmaraAmmara yang dari tadi emosi berusaha untuk tidak meluapkan semua emosinya, dia menarik napas dala
Andra yang sedari tadi berada di belakang Ammara ikut terharu dan meneteskan air matanya. Dia tak sanggup melihat wanita yang dicintainya terluka seperti itu. Safa yang berdiri di samping Ammara ikut menangis melihat kesedihan kakak iparnya. Sembari mengelus rambut sang kakak ipar. Andra yang ikut meneteskan air mata mencoba menenangkan Ammara yang masih memeluk jasad bayinya. “Kamu yang tenang ya ra? Ini semua ujian dari Allah buat kamu, dan sekarang kamu harus ikhlaskan bayi mu?” ujar Andra berusaha menguatkan Ammara seraya memegang tangannya. “Baik buk, sekarang ibu, kakak dan masnya silahkan keluar, kami akan mempersiapkan bayinya untuk di kuburkan” ujar sang perawat yang sedari tadi menemani mereka “Aku nggak mau pergi, aku mau sama bayi aku, kembalikan bayi aku sekarang juga!” teriak Ammara sembari ingin berdiri. Dia sudah tak mempedulikan rasa sakit bekas operasi nya. Namun apa daya kaki belum kuat untuk berdiri karena nyeri perut sehabis operasi, sehingga membuat Ammara te
“Nggak mungkin, anak ku masih hidup kan fa?”Safa yang tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini, mencoba menenangkan Ammara.“Kakak yang sabar ya?”“Nggak mungkin Fa, anak ku masih hidup. Mungkin itu anak orang lain yang kamu lihat.” Ujar Ammara seraya ingin melepaskan selang infus yang ada di tangannya.Andra yang berada di belakang Safa mencoba menenangkan Ammara.“Kamu tenang dulu Ammara, nanti dokter yang akan menjelaskan semuanya, lebih baik kamu sekarang istirahat dulu” ujar Andra yang kemudian menarik tangan Safa yang sedang khawatir melihat kakak iparnya histeris.“maaf, sebaiknya kamu nggak usah kasih tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan bayi Ammara, dia itu masih shock karena kecelakaan kemarin” ujar AndraSafa yang terpukau akan ketampanan Andra, diam tak bergerak. Seraya tersenyum tak mengerdipkan matanya.“Hei, kamu dengar saya nggak” teriak Andra lantang sambil memukul bahu Safa.“eh iya, hmm apa?” sahut Safa sambil tersenyum“Sebaiknya Ammara jangan di kasi
“kami sudah berusaha sebaik mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain, saya harap bapak dan keluarga bersabar menghadapi ujian ini” “maksudnya apa ya dok?” Tanya Andra yang masih bingung dengan penjelasan sang dokter “kami turut berduka cita ya pak, bayi nyonya Ammara sudah meninggal dunia karena benturan yang terlalu keras di bagian perut nyonya Ammara, dan alhamdulillah kondisi nyonya Ammara sekarang sudah melewati masa kritis” Mendengar penjelasan dari dokter, Andra yang sudah khawatir dari awal, bertambah panik, apa yang akan dia jelaskan nanti kepada Ammara tentang bayinya yang sudah meninggal. “lalu bagaimana dengan Ammara dokter? Apa yang akan saya jelaskan nanti?” ujar Andra dengan nada khawatir “untuk saat ini lebih baik bapak sembunyikan dulu tentang kematian anaknya, nanti kalau kondisinya sudah stabil, baru di bicarakan pelan-pelan ya pak, saya pergi dulu ya pak” “Terima kasih dok” ujar Andra seraya menyalami dokter yang menangani Ammara “Ya sama-sama Pak” Dua menit
Hari pernikahan Fandi dan Tasya pun telah tiba, cinta yang dulunya menyebar di seluruh aliran darah Ammara kini hanya tinggal kenangan, dia sudah tak berharap banyak kepada suaminya, lima tahun pengabdiannya menjadi istri yang setia dan selalu mendampinginya, kini telah hancur karena orang ketiga, kandungannya semakin membesar hanya itu yang membuat Ammara semangat menjalani hari-hari di rumah itu.Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, orang tua Fandi sedang bersiap-siap untuk pergi ke pernikahan kedua anaknya, walau mereka tahu itu tidak benar, mereka harus merestui nya, karena mereka juga tahu kalau Tasya sedang hamil anak Fandi, dan karena mereka juga amat menyayangi Fandi sebagai anak laki-laki satu-satunya.Ammara yang sudah memakai dress untuk pergi pernikahan suaminya sedang duduk termenung di dekat jendela apartemennya, menghirup udara yang berpolusi di langit Jakarta. Irama jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dunia serasa gelap di mata Ammara, walaupun cahaya mentari sedang
“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.Sekarang Tasya sudah tak malu datang ke kantor untuk menjumpai Fandi. Apalagi dia adalah anak sang direktur utama di bank tersebut.Pekerjaan nya sebagai model dan selebgram, tidak menghalangi niatnya untuk terus bersama Fandi, walaupun di media sosial netizen sudah banyak yang menghujatnya. Follower instagram nya saja yang awalnya 1 juta, sekarang hanya tersisa sekitar 600 ribu saja. Dia tidak peduli selama bisa bersama Fandi.“sayang kamu harus nikahin aku secepatnya? Aku nggak mau sampai mama dan papa aku tahu kalau aku hamil di luar nikah. Orang tua aku pasti malu banget sayang” ujar Tasya memaksa Fandi untuk menikahinya.“tapi aku sama Ammara gimana Tasya? Ammara juga sedang mengandung anakku.”“aku nggak peduli sayang, yang terpenting sekarang kamu harus nikahin aku dulu”Fandi hanya terdiam,