Sekarang apa yang harus dia lakukan?
Dia memang masih sangat mencintai Ammara, dan sekarang di tambah lagi Ammara hamil buah cintanya yang selama ini diimpikannya.
Ataukah dia harus memilih putri sang direktur utama perusahaan yang juga sedang hamil anaknya. Kalau dia tidak memilihnya, maka karir nya akan hancur.
Setelah mendengar apa yang dikatakan adiknya, kaki Fandi terasa lemas, bahkan untuk berdiri saja tidak kakinya tidak mampu, dia terduduk di lantai rumah, memandangi wajah sang istri yang sedang kecewa atas kelakuan suaminya.
Ammara yang dari tadi duduk di sofa tidak mempedulikan suaminya, dan berpindah tempat duduk. Karena masih kecewa terhadap Fandi.
Tak berapa lama, dering telpon Fandi pun berbunyi, Fandi yang menaruh HP nya di dalam saku celana membiarkan HP nya terus berbunyi tanpa mengangkatnya. Hingga HP tersebut berbunyi untuk yang ketiga kalinya
[Kamu kenapa belum pulang sih mas? Udah tiga jam lo kamu di sana?] ujar seseorang dari balik telpon dan ternyata orang itu adalah selingkuhannya.
[Kamu berisik banget sih, mending sekarang kamu pergi jalan-jalan kek, kemana kek] jawab Fandi kesal terhadap Tasya selingkuhannya.
Dia merasa bersalah terhadap Ammara, dulu dia sangat mencintainya, hingga dalam beberapa bulan belakangan Tasya hadir di hidupnya, dengan pesonanya yang aduhai dan badannya yang seksi, di tambah lagi ibunya adalah direktur utama bank tempat Fandi bekerja. Sedangkan ayah Tasya adalah seorang politikus yang sangat terkenal.
Mereka bertemu ketika Tasya ikut ibunya untuk mengaudit keuangan di kantor cabang tempat Fandi bekerja sebagai manajer. Pesona Fandi yang seperti oppa Korea, membuat Tasya ingin memilikinya, walaupun dia tahu kalau Fandi sudah mempunyai istri.
Lalu tak berapa lama, HP Fandi berbunyi lagi, ternyata itu pesan WA dari Tasya,
[Kalau kamu nggak pulang sekarang, aku ke sana untuk nge jemput kamu]
Awalnya Fandi hanya membaca pesan selingkuhannya itu, tapi kemudian Tasya terus menerus mengancamnya lewat pesan WA.
Fandi yang sedang pusing pun langsung pergi ke luar rumah tanpa pamit kepada istri.
Ammara yang dari tadi hanya diam, akhirnya bersuara.
“Terus aja manjain lo**e kesayangan kamu mas?” ucap Ammara kasar
Fandi yang ingin membuka pintu terhenti sejenak, mendengar ucapan Ammara. Safa yang juga masih di situ, ikut menimpali kata-kata Ammara.
“kamu mau kemana sih mas? Apa nggak bisa di rumah aja dulu nemenin kak Ammara, kak Ammara lagi hamil anak kamu loh mas?”
Fandi yang masih di depan pintu akhirnya memutuskan untuk pergi tanpa mendengarkan kata-kata Ammara dan adiknya.
Karena dia lebih takut kehilangan karirnya yang selama ini dibangunnya dengan susah payah.
**
Setelah kembali dari cuti Fandi pun masuk kerja dan kembali bekerja seperti biasa sebagai manajer bank. Tapi tatapan orang-orang di kantornya sekarang sudah berbeda, ada yang melihat sinis, ada juga yang mencemooh nya dari belakang.
“pantesan ya, masih muda bisa jadi manajer, mainannya nggak main-main sih” ujar salah satu karyawan yang bekerja di situ
“ya iyalah bisa jadi manajer, ternyata macarin anak dirut” ujar karyawan yang lainnya.
“Kasihan ya bu Ammara, kalah saing sama yang lebih kaya” ujar salah satu karyawan perempuan berbisik kepada temannya.
Fandi yang merasa malu tetap melanjutkan langkah kaki menuju ruang kantornya tanpa menjawab apapun yang didengarnya di luar. Karena dia tetaplah pimpinan di kantor itu.
Setelah sampai di dalam ruangannya, Fandi menghempaskan tas kerjanya ke atas meja. Lalu berjalan mondar-mandir di dalam ruangan.
Sambil memikirkan apa yang harus di lakukannya lagi, para karyawannya saja sudah berani mengejeknya terang-terangan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, Fandi berniat ingin makan siang di kantin, tapi tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, dan ternyata Ammara yang datang dengan membawa bekal makan siang untuknya.
“ngapain kamu ke sini, kamu mau tambah mempermalu kan aku, biar kamu di lihat sama orang-orang sebagai perempuan yang tersakiti?” ucapnya sambil marah-marah kepada Ammara
“aku ke sini cuma mau ngantar makan siang kesukaan kamu mas? Tadi aku masak banyak, karena ingat kamu suka ikan gurame, sama tumis kangkung, makanya aku anterin” ujar Ammara dingin
“sekarang aku mau pulang dulu. Dan aku nggak ada niat sekalipun untuk mempermalukan kamu. Hati aku memang masih sakit atas perselingkuhan kamu mas, tapi aku tidak mau mengedepankan egoku, bayi yang aku kandung ini, butuh kasih sayang lengkap dari mama dan papanya, aku pulang dulu mas?”
Fandi yang mendengarkan perkataan Ammara hanya terdiam, “apa yang harus aku perbuat sekarang, Tasya juga sedang hamil dua bulan, dan sekarang Ammara juga mengandung” ucapnya dalam hati.
Setelah kepergian Ammara, tasya datang dengan membawa makanan dari restoran yang biasa Fandi dan Ammara pesan. Dan langsung masuk ke dalam ruangan Fandi.
“sayang lihat aku bawa apa?” ujar Tasya sambil membenarkan tasnya.
“Ini makanan dari siapa sayang? ih nggak banget deh, aku buang aja yah? Mending kita makan ini aja, tadi aku pesan spaghetti bolognese, sama kentang goreng kesukaan kamu? Makanan ini aku buang aja ya?” ucap Tasya sambil mengambil dan membuang makanan yang di antarkan oleh Ammara tadi.
“Tasya kamu apa-apa sih! Sini, aku makan ini aja!” ujar Fandi sambil mengambil kotak makan yang diberikan oleh Ammara.
“Kamu apa-apa sih sayang, kok kasar banget”
Dengan menahan emosi Fandi berusaha untuk merayu Tasya lagi, karena takut akan di pecat.
“Maaf ya sayang, aku lagi banyak pikiran, jadinya kamu deh yang kena getahnya?” ujar Fandi sambil membelai rambut Tasya
“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”
Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.
“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.Sekarang Tasya sudah tak malu datang ke kantor untuk menjumpai Fandi. Apalagi dia adalah anak sang direktur utama di bank tersebut.Pekerjaan nya sebagai model dan selebgram, tidak menghalangi niatnya untuk terus bersama Fandi, walaupun di media sosial netizen sudah banyak yang menghujatnya. Follower instagram nya saja yang awalnya 1 juta, sekarang hanya tersisa sekitar 600 ribu saja. Dia tidak peduli selama bisa bersama Fandi.“sayang kamu harus nikahin aku secepatnya? Aku nggak mau sampai mama dan papa aku tahu kalau aku hamil di luar nikah. Orang tua aku pasti malu banget sayang” ujar Tasya memaksa Fandi untuk menikahinya.“tapi aku sama Ammara gimana Tasya? Ammara juga sedang mengandung anakku.”“aku nggak peduli sayang, yang terpenting sekarang kamu harus nikahin aku dulu”Fandi hanya terdiam,
Hari pernikahan Fandi dan Tasya pun telah tiba, cinta yang dulunya menyebar di seluruh aliran darah Ammara kini hanya tinggal kenangan, dia sudah tak berharap banyak kepada suaminya, lima tahun pengabdiannya menjadi istri yang setia dan selalu mendampinginya, kini telah hancur karena orang ketiga, kandungannya semakin membesar hanya itu yang membuat Ammara semangat menjalani hari-hari di rumah itu.Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, orang tua Fandi sedang bersiap-siap untuk pergi ke pernikahan kedua anaknya, walau mereka tahu itu tidak benar, mereka harus merestui nya, karena mereka juga tahu kalau Tasya sedang hamil anak Fandi, dan karena mereka juga amat menyayangi Fandi sebagai anak laki-laki satu-satunya.Ammara yang sudah memakai dress untuk pergi pernikahan suaminya sedang duduk termenung di dekat jendela apartemennya, menghirup udara yang berpolusi di langit Jakarta. Irama jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dunia serasa gelap di mata Ammara, walaupun cahaya mentari sedang
“kami sudah berusaha sebaik mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain, saya harap bapak dan keluarga bersabar menghadapi ujian ini” “maksudnya apa ya dok?” Tanya Andra yang masih bingung dengan penjelasan sang dokter “kami turut berduka cita ya pak, bayi nyonya Ammara sudah meninggal dunia karena benturan yang terlalu keras di bagian perut nyonya Ammara, dan alhamdulillah kondisi nyonya Ammara sekarang sudah melewati masa kritis” Mendengar penjelasan dari dokter, Andra yang sudah khawatir dari awal, bertambah panik, apa yang akan dia jelaskan nanti kepada Ammara tentang bayinya yang sudah meninggal. “lalu bagaimana dengan Ammara dokter? Apa yang akan saya jelaskan nanti?” ujar Andra dengan nada khawatir “untuk saat ini lebih baik bapak sembunyikan dulu tentang kematian anaknya, nanti kalau kondisinya sudah stabil, baru di bicarakan pelan-pelan ya pak, saya pergi dulu ya pak” “Terima kasih dok” ujar Andra seraya menyalami dokter yang menangani Ammara “Ya sama-sama Pak” Dua menit
“Nggak mungkin, anak ku masih hidup kan fa?”Safa yang tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini, mencoba menenangkan Ammara.“Kakak yang sabar ya?”“Nggak mungkin Fa, anak ku masih hidup. Mungkin itu anak orang lain yang kamu lihat.” Ujar Ammara seraya ingin melepaskan selang infus yang ada di tangannya.Andra yang berada di belakang Safa mencoba menenangkan Ammara.“Kamu tenang dulu Ammara, nanti dokter yang akan menjelaskan semuanya, lebih baik kamu sekarang istirahat dulu” ujar Andra yang kemudian menarik tangan Safa yang sedang khawatir melihat kakak iparnya histeris.“maaf, sebaiknya kamu nggak usah kasih tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan bayi Ammara, dia itu masih shock karena kecelakaan kemarin” ujar AndraSafa yang terpukau akan ketampanan Andra, diam tak bergerak. Seraya tersenyum tak mengerdipkan matanya.“Hei, kamu dengar saya nggak” teriak Andra lantang sambil memukul bahu Safa.“eh iya, hmm apa?” sahut Safa sambil tersenyum“Sebaiknya Ammara jangan di kasi
Andra yang sedari tadi berada di belakang Ammara ikut terharu dan meneteskan air matanya. Dia tak sanggup melihat wanita yang dicintainya terluka seperti itu. Safa yang berdiri di samping Ammara ikut menangis melihat kesedihan kakak iparnya. Sembari mengelus rambut sang kakak ipar. Andra yang ikut meneteskan air mata mencoba menenangkan Ammara yang masih memeluk jasad bayinya. “Kamu yang tenang ya ra? Ini semua ujian dari Allah buat kamu, dan sekarang kamu harus ikhlaskan bayi mu?” ujar Andra berusaha menguatkan Ammara seraya memegang tangannya. “Baik buk, sekarang ibu, kakak dan masnya silahkan keluar, kami akan mempersiapkan bayinya untuk di kuburkan” ujar sang perawat yang sedari tadi menemani mereka “Aku nggak mau pergi, aku mau sama bayi aku, kembalikan bayi aku sekarang juga!” teriak Ammara sembari ingin berdiri. Dia sudah tak mempedulikan rasa sakit bekas operasi nya. Namun apa daya kaki belum kuat untuk berdiri karena nyeri perut sehabis operasi, sehingga membuat Ammara te
maksud kamu apa mas!” ujar Ammara yang segera meletakkan Claire ke dalam stroller.“Safa udah panik nyariin kamu, ternyata kamu enak-enakan di sini main gila sama laki-laki lain” teriak Fandi sambil menunjuk Andra dengan penuh perasaan iri hatiAndra yang dari tadi diam mulai terpancing emosinya “maksud anda apa nuduh saya sama Ammara main gila? Ha!” teriak Andra sambil mendorong dada Fandi“Lo nggak usah ikut campur ya! Lu tu bukan siapa-siapa Ammara, gua suaminya, wajar kalau gue marahin dia!” teriak Fandi kembali seraya ikut-ikutan mendorong dada Andra yang kekar“Suami anda bilang? Suami macam apa anda! Di saat istri anda kehilangan bayi kalian anda ada di mana! Itu yang Anda bilang suami?”“Anda nggak ada hak untuk ngejudge suami saya seperti itu ya? Emang dasar dia nya perempuan nggak bener! ” timpal Tasya yang berada di situ ikut-ikutan membela suaminya dan menjelek-jelekan AmmaraAmmara yang dari tadi emosi berusaha untuk tidak meluapkan semua emosinya, dia menarik napas dala
Setelah menghempaskan badan Ammara ke atas tempat tidur, Fandi pun dengan leluasa menguasai tubuh istrinya tersebut, Ammara hanya bisa mendesah, sekarang mereka berdua sudah tak berbusana, yang ada hanya kulit bertemu kulit, sudah tidak ada debar-debar di dada, hanya perasaan yang tak ingin berpisah satu sama lainnya, peluh keringat kini menghujani tubuh Fandi dan Ammara yang dipenuhi gairah nafsu. Hingga tibalah di ujung klimaks.Fandi yang kelelahan berusaha memeluk tubuh istrinya tersebut, dan menciumi seluruh wajah cantik Ammara.“Terima kasih ya sayang, semoga kita akan seperti ini selamanya. Aamiin” ucap Fandi sembari menatap mata Ammara yang berada di dalam pelukannya.Ammara yang juga puas terhadap gairah Fandi, tersenyum dan mengangguk bahagia di pelukan Fandi dan di bawah selimut yang menutup tubuh mereka.***Kembali ke masa sekarang.Ammara yang sedang berjalan pergi meninggalkan taman seketika tersadar ketika ada suara klakson mobil, dan Andra menarik tangan Ammara ke dal
Fandi yang tidak peduli terhadap ucapan Tasya menghempaskantangan Tasya yang memegangnya, lalu mengejar Ammara yang pergi berlalumeninggalkannya dan Tasya, dia tak peduli orang-orang yang melihatnya, diahanya tak ingin bercerai dari Ammara.Waktu yang ditentukan sudah tiba, Ammara yang sudah adadi ruang tunggu pengadilan agama bersama pengacaranya duduk di bangku yangsudah di persiapkan. Hari ini adalah agenda mediasi. Hatinya hancur, dia tidakpernah membayangkan pernikahan akan berakhir dengan cara seperti ini.Fandi yang datang sendirian duduk di sebelah Ammara,hingga pegawai pengadilan agama memanggil nomor antrian yang Ammara pegang, danmeminta mereka masuk ke ruangan mediasi.Fandi dan Ammara yang sama-sama tertunduk lesu kali inimasuk ke ruangan mediasi, secara bersamaan hingga pegawai pengadilan agama memulaiacara mediasi.Fandi yang semenjak tadi terdiam kali ini memohon danberlutu di depan kaki Ammara.“Aku mohon Ammara, aku nggak mau pisah dari kamu. Akumasih cinta sama kamu
Jantung Andra berdebar kencang, ia tak menyangka akan bisa sedekat itu dengan Ammara. Dulu dia hanya bisa mengagumi kecantikan Ammara dari jauh, tanpa berani mendekat dan memperkenalkan diri.“Udah rapi nih” ujar Ammara, kemudian duduk ke kursi lagi.“Ah, hm, terima kasih ya Ra?”“Ya, sama-sama”“Jadi gimana lanjut nggak nih, interviewnya?” ujar Ammara berseloroh“Nggak usah pakai interview deh, kamu langsung aja kerja hari ini jadi sekretaris pribadi saya”“Beneran ndra? Kamu nggak bohong kan?”“Iya, saya serius, buat apa saya bohong”“Makasih banyak ya ndra?”Andra pun mengangguk, lalu kemudian menelpon seseorang lewat telepon kantornya“Kamu ke ruangan saya sekarang” ucap Andra kepada seseorang di balik telponHingga tak berapa lama datanglah seorang perempuan muda, perutnya besar, mungkin sedang hamil.“Tania, perkenalkan ini Ammara yang nanti akan menggantikan kamu, selama cuti” ujar Andra kepada Tania sang sekretaris lama“Hai, saya Ammara” ujar Ammara sembari mengulurkan tangan
Fandi yang tidak peduli terhadap ucapan Tasya menghempaskantangan Tasya yang memegangnya, lalu mengejar Ammara yang pergi berlalumeninggalkannya dan Tasya, dia tak peduli orang-orang yang melihatnya, diahanya tak ingin bercerai dari Ammara.Waktu yang ditentukan sudah tiba, Ammara yang sudah adadi ruang tunggu pengadilan agama bersama pengacaranya duduk di bangku yangsudah di persiapkan. Hari ini adalah agenda mediasi. Hatinya hancur, dia tidakpernah membayangkan pernikahan akan berakhir dengan cara seperti ini.Fandi yang datang sendirian duduk di sebelah Ammara,hingga pegawai pengadilan agama memanggil nomor antrian yang Ammara pegang, danmeminta mereka masuk ke ruangan mediasi.Fandi dan Ammara yang sama-sama tertunduk lesu kali inimasuk ke ruangan mediasi, secara bersamaan hingga pegawai pengadilan agama memulaiacara mediasi.Fandi yang semenjak tadi terdiam kali ini memohon danberlutu di depan kaki Ammara.“Aku mohon Ammara, aku nggak mau pisah dari kamu. Akumasih cinta sama kamu
Setelah menghempaskan badan Ammara ke atas tempat tidur, Fandi pun dengan leluasa menguasai tubuh istrinya tersebut, Ammara hanya bisa mendesah, sekarang mereka berdua sudah tak berbusana, yang ada hanya kulit bertemu kulit, sudah tidak ada debar-debar di dada, hanya perasaan yang tak ingin berpisah satu sama lainnya, peluh keringat kini menghujani tubuh Fandi dan Ammara yang dipenuhi gairah nafsu. Hingga tibalah di ujung klimaks.Fandi yang kelelahan berusaha memeluk tubuh istrinya tersebut, dan menciumi seluruh wajah cantik Ammara.“Terima kasih ya sayang, semoga kita akan seperti ini selamanya. Aamiin” ucap Fandi sembari menatap mata Ammara yang berada di dalam pelukannya.Ammara yang juga puas terhadap gairah Fandi, tersenyum dan mengangguk bahagia di pelukan Fandi dan di bawah selimut yang menutup tubuh mereka.***Kembali ke masa sekarang.Ammara yang sedang berjalan pergi meninggalkan taman seketika tersadar ketika ada suara klakson mobil, dan Andra menarik tangan Ammara ke dal
maksud kamu apa mas!” ujar Ammara yang segera meletakkan Claire ke dalam stroller.“Safa udah panik nyariin kamu, ternyata kamu enak-enakan di sini main gila sama laki-laki lain” teriak Fandi sambil menunjuk Andra dengan penuh perasaan iri hatiAndra yang dari tadi diam mulai terpancing emosinya “maksud anda apa nuduh saya sama Ammara main gila? Ha!” teriak Andra sambil mendorong dada Fandi“Lo nggak usah ikut campur ya! Lu tu bukan siapa-siapa Ammara, gua suaminya, wajar kalau gue marahin dia!” teriak Fandi kembali seraya ikut-ikutan mendorong dada Andra yang kekar“Suami anda bilang? Suami macam apa anda! Di saat istri anda kehilangan bayi kalian anda ada di mana! Itu yang Anda bilang suami?”“Anda nggak ada hak untuk ngejudge suami saya seperti itu ya? Emang dasar dia nya perempuan nggak bener! ” timpal Tasya yang berada di situ ikut-ikutan membela suaminya dan menjelek-jelekan AmmaraAmmara yang dari tadi emosi berusaha untuk tidak meluapkan semua emosinya, dia menarik napas dala
Andra yang sedari tadi berada di belakang Ammara ikut terharu dan meneteskan air matanya. Dia tak sanggup melihat wanita yang dicintainya terluka seperti itu. Safa yang berdiri di samping Ammara ikut menangis melihat kesedihan kakak iparnya. Sembari mengelus rambut sang kakak ipar. Andra yang ikut meneteskan air mata mencoba menenangkan Ammara yang masih memeluk jasad bayinya. “Kamu yang tenang ya ra? Ini semua ujian dari Allah buat kamu, dan sekarang kamu harus ikhlaskan bayi mu?” ujar Andra berusaha menguatkan Ammara seraya memegang tangannya. “Baik buk, sekarang ibu, kakak dan masnya silahkan keluar, kami akan mempersiapkan bayinya untuk di kuburkan” ujar sang perawat yang sedari tadi menemani mereka “Aku nggak mau pergi, aku mau sama bayi aku, kembalikan bayi aku sekarang juga!” teriak Ammara sembari ingin berdiri. Dia sudah tak mempedulikan rasa sakit bekas operasi nya. Namun apa daya kaki belum kuat untuk berdiri karena nyeri perut sehabis operasi, sehingga membuat Ammara te
“Nggak mungkin, anak ku masih hidup kan fa?”Safa yang tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini, mencoba menenangkan Ammara.“Kakak yang sabar ya?”“Nggak mungkin Fa, anak ku masih hidup. Mungkin itu anak orang lain yang kamu lihat.” Ujar Ammara seraya ingin melepaskan selang infus yang ada di tangannya.Andra yang berada di belakang Safa mencoba menenangkan Ammara.“Kamu tenang dulu Ammara, nanti dokter yang akan menjelaskan semuanya, lebih baik kamu sekarang istirahat dulu” ujar Andra yang kemudian menarik tangan Safa yang sedang khawatir melihat kakak iparnya histeris.“maaf, sebaiknya kamu nggak usah kasih tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan bayi Ammara, dia itu masih shock karena kecelakaan kemarin” ujar AndraSafa yang terpukau akan ketampanan Andra, diam tak bergerak. Seraya tersenyum tak mengerdipkan matanya.“Hei, kamu dengar saya nggak” teriak Andra lantang sambil memukul bahu Safa.“eh iya, hmm apa?” sahut Safa sambil tersenyum“Sebaiknya Ammara jangan di kasi
“kami sudah berusaha sebaik mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain, saya harap bapak dan keluarga bersabar menghadapi ujian ini” “maksudnya apa ya dok?” Tanya Andra yang masih bingung dengan penjelasan sang dokter “kami turut berduka cita ya pak, bayi nyonya Ammara sudah meninggal dunia karena benturan yang terlalu keras di bagian perut nyonya Ammara, dan alhamdulillah kondisi nyonya Ammara sekarang sudah melewati masa kritis” Mendengar penjelasan dari dokter, Andra yang sudah khawatir dari awal, bertambah panik, apa yang akan dia jelaskan nanti kepada Ammara tentang bayinya yang sudah meninggal. “lalu bagaimana dengan Ammara dokter? Apa yang akan saya jelaskan nanti?” ujar Andra dengan nada khawatir “untuk saat ini lebih baik bapak sembunyikan dulu tentang kematian anaknya, nanti kalau kondisinya sudah stabil, baru di bicarakan pelan-pelan ya pak, saya pergi dulu ya pak” “Terima kasih dok” ujar Andra seraya menyalami dokter yang menangani Ammara “Ya sama-sama Pak” Dua menit
Hari pernikahan Fandi dan Tasya pun telah tiba, cinta yang dulunya menyebar di seluruh aliran darah Ammara kini hanya tinggal kenangan, dia sudah tak berharap banyak kepada suaminya, lima tahun pengabdiannya menjadi istri yang setia dan selalu mendampinginya, kini telah hancur karena orang ketiga, kandungannya semakin membesar hanya itu yang membuat Ammara semangat menjalani hari-hari di rumah itu.Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, orang tua Fandi sedang bersiap-siap untuk pergi ke pernikahan kedua anaknya, walau mereka tahu itu tidak benar, mereka harus merestui nya, karena mereka juga tahu kalau Tasya sedang hamil anak Fandi, dan karena mereka juga amat menyayangi Fandi sebagai anak laki-laki satu-satunya.Ammara yang sudah memakai dress untuk pergi pernikahan suaminya sedang duduk termenung di dekat jendela apartemennya, menghirup udara yang berpolusi di langit Jakarta. Irama jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dunia serasa gelap di mata Ammara, walaupun cahaya mentari sedang
“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.Sekarang Tasya sudah tak malu datang ke kantor untuk menjumpai Fandi. Apalagi dia adalah anak sang direktur utama di bank tersebut.Pekerjaan nya sebagai model dan selebgram, tidak menghalangi niatnya untuk terus bersama Fandi, walaupun di media sosial netizen sudah banyak yang menghujatnya. Follower instagram nya saja yang awalnya 1 juta, sekarang hanya tersisa sekitar 600 ribu saja. Dia tidak peduli selama bisa bersama Fandi.“sayang kamu harus nikahin aku secepatnya? Aku nggak mau sampai mama dan papa aku tahu kalau aku hamil di luar nikah. Orang tua aku pasti malu banget sayang” ujar Tasya memaksa Fandi untuk menikahinya.“tapi aku sama Ammara gimana Tasya? Ammara juga sedang mengandung anakku.”“aku nggak peduli sayang, yang terpenting sekarang kamu harus nikahin aku dulu”Fandi hanya terdiam,