Setelah memberikan uang tersebut kepada kasir, Ammara pun langsung pulang menuju apartemennya.
Di dalam kamar mandi, Ammara merasa deg-degan menunggu hasil testpack nya. Dan taraaaaa,
Ternyata hasil testpacknya garis dua. Ammara yang sudah lama menantikan kehadiran buah hati, menangis haru, karena pada akhirnya, dia akan memiliki anak kandungnya sendiri, selama ini dia selalu di pandang perempuan mandul oleh keluarga suaminya. Tapi dia tidak peduli, selama sang suami Fandi bersamanya, dia selalu berfikir bahwa itu semua hanya omong belakang, toh kata dokter spog, rahim Ammara baik-baik saja, begitu pun sperma suami tidak ada masalah.
Tapi kali ini keadaan sangat berbeda, sang suami yang dianggapnya setia, telah selingkuh di belakangnya. Entah apa yang ada di dalam pikiran suaminya, sehingga dia mau selingkuh dengan perempuan itu.
Apakah dia harus memberitahu suaminya? Atau dia sembunyikan saja kehamilannya dari sang suami? Sedangkan setelah kejadian itu dia tidak pulang ke apartemen. Jangan kan untuk memberi kabar, untuk menchat Ammara saja dia tidak pernah, setelah kejadian itu. Dan Ammara pun juga tidak ada menghubunginya.
Setelah memikirkan semuanya matang-matang Ammara akan memberitahukan kehamilannya kepada sang suami.
Di saat Ammara ingin memberitahukan kehamilannya kepada suami, tiba-tiba bel apartemennya berbunyi, Ammara yang bisa melihat dari dalam rumah lewat kamera cctv terkejut, melihat kedatangan adik sang suami.
Ammara lalu membukakan pintu untuk adik iparnya tersebut.
“Silah kan masuk fa?” ujar Ammara kepada adik ipar
“Lama banget sih kak bukanya! Aku tu ke sini di suruh ibu, mas Fandi di telpon nggak ngangkat telponnya. Kakak di telpon HP nya mati, aku tanya ke kantornya, dia ngambil cuti kata bawahannya. Jadi aku di suruh ibu untuk datang ke sini”
“iya HP kakak kemarin mati fa, tadi pagi baru hidup, soal mas Fandi kakak juga nggak tahu dia ke mana, sudah satu minggu dia nggak pulang ke rumah”
“Ini pasti gara-gara masalah viral itu kak?” tanyanya sambil mengernyitkna dahi
Ammara hanya menggeleng tanpa menjawab, lalu duduk di atas sofa sambil memandangi hasil testpack nya.
“kok kakak nggak jawab pertanyaan aku sih?” Hingga matanya tertuju pada tiga testpack yang ada di atas meja sofa
“Ini testpack punya kakak? Berarti kakak sekarang hamil?”
Ammara yang dari tadi diam, mengangguk mengiyakan pertanyaan sang adik ipar.
“Udah berapa bulan kak?” tanyanya sambil tersenyum
“Kakak juga belum tahu fa, kalau di kalender kesuburan kakak sepertinya sudah telat dua minggu.”
“terus kenapa kakak nggak ngasih tahu aku ibu sama ayah? Mas Fandi sudah tahu kalau kakak hamil?”
“Kakak aja baru tadi beli testpack nya fa, mas Fandi belum kakak kasih tahu lagi”
“biar aku yang ngasih tahu ya kak, sekalian kejutan untuk dia?”
Lalu Safa pun mencoba menelpon kakaknya tapi tetap tidak di jawab, tapi Safa tidak kehilangan akal, dia pun mengirimkan foto testpack itu kepada sang kakak. Dan benar saja, kakaknya yang duluan menelponnya.
[Hallo Safa, kamu hamil! Jangan macam-macam kamu ya?]
[Mas sekarang lagi di mana? Cepetan pulang, aku sekarang lagi di rumah mas sama kak Ammara]
[Cepetan kalau nggak aku bakalan ngasih tahu ibu dan ayah masalah ini, biar mereka marahin kakak karena nggak bisa jagain adeknya]
[Iya aku pulang sekarang, tunggu] ucapnya tanpa mengucapkan salam dan langsung memutuskan panggilan telpon.
***
Di tempat lain ternyata Fandi memang bersama selingkuhannya, melihat Fandi terburu-buru pergi, dia langsung menghalanginya.
“kamu mau kemana sih mas, buru-buru banget, kita kan lagi menghabiskan waktu bersama anak kita” ujar si wanita sambil mengusap-ngusap perutnya.
“aku harus pulang tasya, adikku hamil”
“bukannya kamu bilang adik kamu belum nikah mas?”
“aku juga nggak tahu, sekarang aku harus pulang” Ujarnya seraya membenarkan resleting celananya
“Ok, kamu aku izinin pulang sekarang, tapi hanya sehari aja, kalau nggak makan jabatan kamu sebagai manajer bank, akan di copot oleh ibuku? Gimana?”
“Iya, iya nanti aku bakalan ke sini lagi” ujarnya sambil berlari keluar apartemen yang sangat mewah, besar dan sangat ekslusif.
Sepertinya selingkuhannya itu adalah anak orang kaya, terlihat dari apartemen yang dihuni nya.
Setelah sampai di apartemen miliknya, Fandi pun langsung masuk ke dalam apartemennya. Karena hanya dia dan Ammara yang tahu password apartemennya.
“Safa kamu di mana?” ujarnya sambil berteriak
“Taraaaa” ujar sang adik memberikan kejutan sambil memegang tiga testpack
“apa-apa kamu fa? Kamu kan belum nikah?” tanya Fandi seraya memegang erat tangan adeknya, tanpa mempeduli kan sang istri yang dari tadi memperhatikannya.
“mas senang nggak ngelihat testpack ini?” ujar sang adik sambil tersenyum lebar tanpa menghiraukan masalah yang sedang viral kemarin.
“apa-apa sih kamu fa, masa mas harus senang ngelihat adik sendiri hamil, kan kamu belum nikah?” ujar nya sekali lagi
“ini bukan punya aku mas, ini punya kak Ammara?” ujar sang adik kegirangan
Fandi yang dari tadi tidak memperhatikan istrinya, terbelalak kaget mendengar apa yang di bilang oleh adiknya.
Sekarang apa yang harus dia lakukan?
Dia memang masih sangat mencintai Ammara, dan sekarang di tambah lagi Ammara hamil buah cintanya yang selama ini diimpikannya.
Ataukah dia harus memilih putri sang direktur utama perusahaan yang juga sedang hamil anaknya. Kalau dia tidak memilihnya, maka karir nya akan hancur.
Sekarang apa yang harus dia lakukan?Dia memang masih sangat mencintai Ammara, dan sekarang di tambah lagi Ammara hamil buah cintanya yang selama ini diimpikannya.Ataukah dia harus memilih putri sang direktur utama perusahaan yang juga sedang hamil anaknya. Kalau dia tidak memilihnya, maka karir nya akan hancur.Setelah mendengar apa yang dikatakan adiknya, kaki Fandi terasa lemas, bahkan untuk berdiri saja tidak kakinya tidak mampu, dia terduduk di lantai rumah, memandangi wajah sang istri yang sedang kecewa atas kelakuan suaminya.Ammara yang dari tadi duduk di sofa tidak mempedulikan suaminya, dan berpindah tempat duduk. Karena masih kecewa terhadap Fandi.Tak berapa lama, dering telpon Fandi pun berbunyi, Fandi yang menaruh HP nya di dalam saku celana membiarkan HP nya terus berbunyi tanpa mengangkatnya. Hingga HP tersebut berbunyi untuk yang ketiga kalinya[Kamu kenapa belum pulang sih mas? Udah tiga jam lo kamu di sana?] ujar seseorang dari balik telpon dan ternyata orang itu a
“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.Sekarang Tasya sudah tak malu datang ke kantor untuk menjumpai Fandi. Apalagi dia adalah anak sang direktur utama di bank tersebut.Pekerjaan nya sebagai model dan selebgram, tidak menghalangi niatnya untuk terus bersama Fandi, walaupun di media sosial netizen sudah banyak yang menghujatnya. Follower instagram nya saja yang awalnya 1 juta, sekarang hanya tersisa sekitar 600 ribu saja. Dia tidak peduli selama bisa bersama Fandi.“sayang kamu harus nikahin aku secepatnya? Aku nggak mau sampai mama dan papa aku tahu kalau aku hamil di luar nikah. Orang tua aku pasti malu banget sayang” ujar Tasya memaksa Fandi untuk menikahinya.“tapi aku sama Ammara gimana Tasya? Ammara juga sedang mengandung anakku.”“aku nggak peduli sayang, yang terpenting sekarang kamu harus nikahin aku dulu”Fandi hanya terdiam,
Hari pernikahan Fandi dan Tasya pun telah tiba, cinta yang dulunya menyebar di seluruh aliran darah Ammara kini hanya tinggal kenangan, dia sudah tak berharap banyak kepada suaminya, lima tahun pengabdiannya menjadi istri yang setia dan selalu mendampinginya, kini telah hancur karena orang ketiga, kandungannya semakin membesar hanya itu yang membuat Ammara semangat menjalani hari-hari di rumah itu.Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, orang tua Fandi sedang bersiap-siap untuk pergi ke pernikahan kedua anaknya, walau mereka tahu itu tidak benar, mereka harus merestui nya, karena mereka juga tahu kalau Tasya sedang hamil anak Fandi, dan karena mereka juga amat menyayangi Fandi sebagai anak laki-laki satu-satunya.Ammara yang sudah memakai dress untuk pergi pernikahan suaminya sedang duduk termenung di dekat jendela apartemennya, menghirup udara yang berpolusi di langit Jakarta. Irama jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dunia serasa gelap di mata Ammara, walaupun cahaya mentari sedang
“kami sudah berusaha sebaik mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain, saya harap bapak dan keluarga bersabar menghadapi ujian ini” “maksudnya apa ya dok?” Tanya Andra yang masih bingung dengan penjelasan sang dokter “kami turut berduka cita ya pak, bayi nyonya Ammara sudah meninggal dunia karena benturan yang terlalu keras di bagian perut nyonya Ammara, dan alhamdulillah kondisi nyonya Ammara sekarang sudah melewati masa kritis” Mendengar penjelasan dari dokter, Andra yang sudah khawatir dari awal, bertambah panik, apa yang akan dia jelaskan nanti kepada Ammara tentang bayinya yang sudah meninggal. “lalu bagaimana dengan Ammara dokter? Apa yang akan saya jelaskan nanti?” ujar Andra dengan nada khawatir “untuk saat ini lebih baik bapak sembunyikan dulu tentang kematian anaknya, nanti kalau kondisinya sudah stabil, baru di bicarakan pelan-pelan ya pak, saya pergi dulu ya pak” “Terima kasih dok” ujar Andra seraya menyalami dokter yang menangani Ammara “Ya sama-sama Pak” Dua menit
“Nggak mungkin, anak ku masih hidup kan fa?”Safa yang tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini, mencoba menenangkan Ammara.“Kakak yang sabar ya?”“Nggak mungkin Fa, anak ku masih hidup. Mungkin itu anak orang lain yang kamu lihat.” Ujar Ammara seraya ingin melepaskan selang infus yang ada di tangannya.Andra yang berada di belakang Safa mencoba menenangkan Ammara.“Kamu tenang dulu Ammara, nanti dokter yang akan menjelaskan semuanya, lebih baik kamu sekarang istirahat dulu” ujar Andra yang kemudian menarik tangan Safa yang sedang khawatir melihat kakak iparnya histeris.“maaf, sebaiknya kamu nggak usah kasih tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan bayi Ammara, dia itu masih shock karena kecelakaan kemarin” ujar AndraSafa yang terpukau akan ketampanan Andra, diam tak bergerak. Seraya tersenyum tak mengerdipkan matanya.“Hei, kamu dengar saya nggak” teriak Andra lantang sambil memukul bahu Safa.“eh iya, hmm apa?” sahut Safa sambil tersenyum“Sebaiknya Ammara jangan di kasi
Andra yang sedari tadi berada di belakang Ammara ikut terharu dan meneteskan air matanya. Dia tak sanggup melihat wanita yang dicintainya terluka seperti itu. Safa yang berdiri di samping Ammara ikut menangis melihat kesedihan kakak iparnya. Sembari mengelus rambut sang kakak ipar. Andra yang ikut meneteskan air mata mencoba menenangkan Ammara yang masih memeluk jasad bayinya. “Kamu yang tenang ya ra? Ini semua ujian dari Allah buat kamu, dan sekarang kamu harus ikhlaskan bayi mu?” ujar Andra berusaha menguatkan Ammara seraya memegang tangannya. “Baik buk, sekarang ibu, kakak dan masnya silahkan keluar, kami akan mempersiapkan bayinya untuk di kuburkan” ujar sang perawat yang sedari tadi menemani mereka “Aku nggak mau pergi, aku mau sama bayi aku, kembalikan bayi aku sekarang juga!” teriak Ammara sembari ingin berdiri. Dia sudah tak mempedulikan rasa sakit bekas operasi nya. Namun apa daya kaki belum kuat untuk berdiri karena nyeri perut sehabis operasi, sehingga membuat Ammara te
maksud kamu apa mas!” ujar Ammara yang segera meletakkan Claire ke dalam stroller.“Safa udah panik nyariin kamu, ternyata kamu enak-enakan di sini main gila sama laki-laki lain” teriak Fandi sambil menunjuk Andra dengan penuh perasaan iri hatiAndra yang dari tadi diam mulai terpancing emosinya “maksud anda apa nuduh saya sama Ammara main gila? Ha!” teriak Andra sambil mendorong dada Fandi“Lo nggak usah ikut campur ya! Lu tu bukan siapa-siapa Ammara, gua suaminya, wajar kalau gue marahin dia!” teriak Fandi kembali seraya ikut-ikutan mendorong dada Andra yang kekar“Suami anda bilang? Suami macam apa anda! Di saat istri anda kehilangan bayi kalian anda ada di mana! Itu yang Anda bilang suami?”“Anda nggak ada hak untuk ngejudge suami saya seperti itu ya? Emang dasar dia nya perempuan nggak bener! ” timpal Tasya yang berada di situ ikut-ikutan membela suaminya dan menjelek-jelekan AmmaraAmmara yang dari tadi emosi berusaha untuk tidak meluapkan semua emosinya, dia menarik napas dala
Setelah menghempaskan badan Ammara ke atas tempat tidur, Fandi pun dengan leluasa menguasai tubuh istrinya tersebut, Ammara hanya bisa mendesah, sekarang mereka berdua sudah tak berbusana, yang ada hanya kulit bertemu kulit, sudah tidak ada debar-debar di dada, hanya perasaan yang tak ingin berpisah satu sama lainnya, peluh keringat kini menghujani tubuh Fandi dan Ammara yang dipenuhi gairah nafsu. Hingga tibalah di ujung klimaks.Fandi yang kelelahan berusaha memeluk tubuh istrinya tersebut, dan menciumi seluruh wajah cantik Ammara.“Terima kasih ya sayang, semoga kita akan seperti ini selamanya. Aamiin” ucap Fandi sembari menatap mata Ammara yang berada di dalam pelukannya.Ammara yang juga puas terhadap gairah Fandi, tersenyum dan mengangguk bahagia di pelukan Fandi dan di bawah selimut yang menutup tubuh mereka.***Kembali ke masa sekarang.Ammara yang sedang berjalan pergi meninggalkan taman seketika tersadar ketika ada suara klakson mobil, dan Andra menarik tangan Ammara ke dal
Jantung Andra berdebar kencang, ia tak menyangka akan bisa sedekat itu dengan Ammara. Dulu dia hanya bisa mengagumi kecantikan Ammara dari jauh, tanpa berani mendekat dan memperkenalkan diri.“Udah rapi nih” ujar Ammara, kemudian duduk ke kursi lagi.“Ah, hm, terima kasih ya Ra?”“Ya, sama-sama”“Jadi gimana lanjut nggak nih, interviewnya?” ujar Ammara berseloroh“Nggak usah pakai interview deh, kamu langsung aja kerja hari ini jadi sekretaris pribadi saya”“Beneran ndra? Kamu nggak bohong kan?”“Iya, saya serius, buat apa saya bohong”“Makasih banyak ya ndra?”Andra pun mengangguk, lalu kemudian menelpon seseorang lewat telepon kantornya“Kamu ke ruangan saya sekarang” ucap Andra kepada seseorang di balik telponHingga tak berapa lama datanglah seorang perempuan muda, perutnya besar, mungkin sedang hamil.“Tania, perkenalkan ini Ammara yang nanti akan menggantikan kamu, selama cuti” ujar Andra kepada Tania sang sekretaris lama“Hai, saya Ammara” ujar Ammara sembari mengulurkan tangan
Fandi yang tidak peduli terhadap ucapan Tasya menghempaskantangan Tasya yang memegangnya, lalu mengejar Ammara yang pergi berlalumeninggalkannya dan Tasya, dia tak peduli orang-orang yang melihatnya, diahanya tak ingin bercerai dari Ammara.Waktu yang ditentukan sudah tiba, Ammara yang sudah adadi ruang tunggu pengadilan agama bersama pengacaranya duduk di bangku yangsudah di persiapkan. Hari ini adalah agenda mediasi. Hatinya hancur, dia tidakpernah membayangkan pernikahan akan berakhir dengan cara seperti ini.Fandi yang datang sendirian duduk di sebelah Ammara,hingga pegawai pengadilan agama memanggil nomor antrian yang Ammara pegang, danmeminta mereka masuk ke ruangan mediasi.Fandi dan Ammara yang sama-sama tertunduk lesu kali inimasuk ke ruangan mediasi, secara bersamaan hingga pegawai pengadilan agama memulaiacara mediasi.Fandi yang semenjak tadi terdiam kali ini memohon danberlutu di depan kaki Ammara.“Aku mohon Ammara, aku nggak mau pisah dari kamu. Akumasih cinta sama kamu
Setelah menghempaskan badan Ammara ke atas tempat tidur, Fandi pun dengan leluasa menguasai tubuh istrinya tersebut, Ammara hanya bisa mendesah, sekarang mereka berdua sudah tak berbusana, yang ada hanya kulit bertemu kulit, sudah tidak ada debar-debar di dada, hanya perasaan yang tak ingin berpisah satu sama lainnya, peluh keringat kini menghujani tubuh Fandi dan Ammara yang dipenuhi gairah nafsu. Hingga tibalah di ujung klimaks.Fandi yang kelelahan berusaha memeluk tubuh istrinya tersebut, dan menciumi seluruh wajah cantik Ammara.“Terima kasih ya sayang, semoga kita akan seperti ini selamanya. Aamiin” ucap Fandi sembari menatap mata Ammara yang berada di dalam pelukannya.Ammara yang juga puas terhadap gairah Fandi, tersenyum dan mengangguk bahagia di pelukan Fandi dan di bawah selimut yang menutup tubuh mereka.***Kembali ke masa sekarang.Ammara yang sedang berjalan pergi meninggalkan taman seketika tersadar ketika ada suara klakson mobil, dan Andra menarik tangan Ammara ke dal
maksud kamu apa mas!” ujar Ammara yang segera meletakkan Claire ke dalam stroller.“Safa udah panik nyariin kamu, ternyata kamu enak-enakan di sini main gila sama laki-laki lain” teriak Fandi sambil menunjuk Andra dengan penuh perasaan iri hatiAndra yang dari tadi diam mulai terpancing emosinya “maksud anda apa nuduh saya sama Ammara main gila? Ha!” teriak Andra sambil mendorong dada Fandi“Lo nggak usah ikut campur ya! Lu tu bukan siapa-siapa Ammara, gua suaminya, wajar kalau gue marahin dia!” teriak Fandi kembali seraya ikut-ikutan mendorong dada Andra yang kekar“Suami anda bilang? Suami macam apa anda! Di saat istri anda kehilangan bayi kalian anda ada di mana! Itu yang Anda bilang suami?”“Anda nggak ada hak untuk ngejudge suami saya seperti itu ya? Emang dasar dia nya perempuan nggak bener! ” timpal Tasya yang berada di situ ikut-ikutan membela suaminya dan menjelek-jelekan AmmaraAmmara yang dari tadi emosi berusaha untuk tidak meluapkan semua emosinya, dia menarik napas dala
Andra yang sedari tadi berada di belakang Ammara ikut terharu dan meneteskan air matanya. Dia tak sanggup melihat wanita yang dicintainya terluka seperti itu. Safa yang berdiri di samping Ammara ikut menangis melihat kesedihan kakak iparnya. Sembari mengelus rambut sang kakak ipar. Andra yang ikut meneteskan air mata mencoba menenangkan Ammara yang masih memeluk jasad bayinya. “Kamu yang tenang ya ra? Ini semua ujian dari Allah buat kamu, dan sekarang kamu harus ikhlaskan bayi mu?” ujar Andra berusaha menguatkan Ammara seraya memegang tangannya. “Baik buk, sekarang ibu, kakak dan masnya silahkan keluar, kami akan mempersiapkan bayinya untuk di kuburkan” ujar sang perawat yang sedari tadi menemani mereka “Aku nggak mau pergi, aku mau sama bayi aku, kembalikan bayi aku sekarang juga!” teriak Ammara sembari ingin berdiri. Dia sudah tak mempedulikan rasa sakit bekas operasi nya. Namun apa daya kaki belum kuat untuk berdiri karena nyeri perut sehabis operasi, sehingga membuat Ammara te
“Nggak mungkin, anak ku masih hidup kan fa?”Safa yang tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini, mencoba menenangkan Ammara.“Kakak yang sabar ya?”“Nggak mungkin Fa, anak ku masih hidup. Mungkin itu anak orang lain yang kamu lihat.” Ujar Ammara seraya ingin melepaskan selang infus yang ada di tangannya.Andra yang berada di belakang Safa mencoba menenangkan Ammara.“Kamu tenang dulu Ammara, nanti dokter yang akan menjelaskan semuanya, lebih baik kamu sekarang istirahat dulu” ujar Andra yang kemudian menarik tangan Safa yang sedang khawatir melihat kakak iparnya histeris.“maaf, sebaiknya kamu nggak usah kasih tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan bayi Ammara, dia itu masih shock karena kecelakaan kemarin” ujar AndraSafa yang terpukau akan ketampanan Andra, diam tak bergerak. Seraya tersenyum tak mengerdipkan matanya.“Hei, kamu dengar saya nggak” teriak Andra lantang sambil memukul bahu Safa.“eh iya, hmm apa?” sahut Safa sambil tersenyum“Sebaiknya Ammara jangan di kasi
“kami sudah berusaha sebaik mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain, saya harap bapak dan keluarga bersabar menghadapi ujian ini” “maksudnya apa ya dok?” Tanya Andra yang masih bingung dengan penjelasan sang dokter “kami turut berduka cita ya pak, bayi nyonya Ammara sudah meninggal dunia karena benturan yang terlalu keras di bagian perut nyonya Ammara, dan alhamdulillah kondisi nyonya Ammara sekarang sudah melewati masa kritis” Mendengar penjelasan dari dokter, Andra yang sudah khawatir dari awal, bertambah panik, apa yang akan dia jelaskan nanti kepada Ammara tentang bayinya yang sudah meninggal. “lalu bagaimana dengan Ammara dokter? Apa yang akan saya jelaskan nanti?” ujar Andra dengan nada khawatir “untuk saat ini lebih baik bapak sembunyikan dulu tentang kematian anaknya, nanti kalau kondisinya sudah stabil, baru di bicarakan pelan-pelan ya pak, saya pergi dulu ya pak” “Terima kasih dok” ujar Andra seraya menyalami dokter yang menangani Ammara “Ya sama-sama Pak” Dua menit
Hari pernikahan Fandi dan Tasya pun telah tiba, cinta yang dulunya menyebar di seluruh aliran darah Ammara kini hanya tinggal kenangan, dia sudah tak berharap banyak kepada suaminya, lima tahun pengabdiannya menjadi istri yang setia dan selalu mendampinginya, kini telah hancur karena orang ketiga, kandungannya semakin membesar hanya itu yang membuat Ammara semangat menjalani hari-hari di rumah itu.Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, orang tua Fandi sedang bersiap-siap untuk pergi ke pernikahan kedua anaknya, walau mereka tahu itu tidak benar, mereka harus merestui nya, karena mereka juga tahu kalau Tasya sedang hamil anak Fandi, dan karena mereka juga amat menyayangi Fandi sebagai anak laki-laki satu-satunya.Ammara yang sudah memakai dress untuk pergi pernikahan suaminya sedang duduk termenung di dekat jendela apartemennya, menghirup udara yang berpolusi di langit Jakarta. Irama jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dunia serasa gelap di mata Ammara, walaupun cahaya mentari sedang
“ya udah, mending kita makan aja yuk yang, ntar makanannya kalau kelamaan di makan jadi nggak enak”Lalu merekapun makan siang berdua tanpa ada merasa bersalah sedikit pun Terhadap Ammara.Sekarang Tasya sudah tak malu datang ke kantor untuk menjumpai Fandi. Apalagi dia adalah anak sang direktur utama di bank tersebut.Pekerjaan nya sebagai model dan selebgram, tidak menghalangi niatnya untuk terus bersama Fandi, walaupun di media sosial netizen sudah banyak yang menghujatnya. Follower instagram nya saja yang awalnya 1 juta, sekarang hanya tersisa sekitar 600 ribu saja. Dia tidak peduli selama bisa bersama Fandi.“sayang kamu harus nikahin aku secepatnya? Aku nggak mau sampai mama dan papa aku tahu kalau aku hamil di luar nikah. Orang tua aku pasti malu banget sayang” ujar Tasya memaksa Fandi untuk menikahinya.“tapi aku sama Ammara gimana Tasya? Ammara juga sedang mengandung anakku.”“aku nggak peduli sayang, yang terpenting sekarang kamu harus nikahin aku dulu”Fandi hanya terdiam,