แชร์

7. Tidak Fokus

ผู้เขียน: dtyas
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-12 22:13:38

Chat yang dikirim Luna tak juga dibaca apalagi dibalas. Ditelpon pun tidak dijawab. Membuatnya semakin khawatir, bukan hanya khawatir karena ucapan Ratna kalau ia harus hati-hati jangan sampai Irwan tergoda dengan Sherin atau sebaliknya. Namun, khawatir kalau terjadi sesuatu dalam perjalanan, kecelakaan misalnya.

Menghubungi Sherin, tidak enak hati. Bisa-bisa sang kakak tersinggung, karena merasa diawasi atau tidak dipercaya. Luna menghela nafasnya, bingung dan khawatir membuatnya tidak fokus. Sudah satu jam setelah kembali dari makan siang dan belum mengerjakan apapun. Hanya memandang layar laptop lalu beralih menatap layar ponsel, itu saja yang dilakukan sejak tadi.

“Ya ampun Luna, kamu kenapa begini. Tidak mungkin Mas Irwan dan Mbak Sherin aneh-aneh.” Menggeleng pelan berusaha mengenyahkan segala pikiran buruk.

Ponselnya bergetar ternyata ada pesan masuk dari Sadam.

[ke ruanganku, sekarang!]

Gegas Luna mengantongi ponsel dan membawa notebook menuju ruang kerja Sadam. Sempat menget
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ambil Saja Suamiku   8. Aku Sayang, Mas

    “Makasih ya, pak.” Luna menyerahkan helm pada ojek yang sudah mengantarnya pulang.“Sama-sama, mbak.”Rumahnya tampak sepi, padahal baru jam sembilan malam. Saat membuka pintu pagar dan menutupnya kembali serta langsung memasang gembok, ia sempat melirik ke arah motor milik suaminya.Irwan baru membalas chat tadi sore. Waktu menghubungi untuk menyampaikan kalau Luna akan lembur pun Irwan menjawab hanya dengan singkat. Padahal ia berharap sang suami akan menjemput ke kantor karena khawatir istrinya pulang malam.“Lembur lagi?”“Eh, iya, Bu,” sahut Luna saat mengunci pintu depan. Ibunya masih menonton TV, ia menghampiri lalu mencium tangan sang ibu.“Jangan sering lembur, kecapekan nanti kamu sakit.”“Kebetulan lagi ada yang urgent bu, kalau sudah aman pasti pulang kerja seperti biasa. Ibu kok belum tidur?”“Ini mau tidur.” Ibu mematikan televisi lalu meletakan remote di atas meja. “Sudah makan belum?”“Sudah bu.”“Coba kamu bicarakan lagi dengan Irwan, Ibu tidak masalah kalian bantu di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-13
  • Ambil Saja Suamiku   9. Khawatir Selingkuh

    Luna menatap sekitar, mencari keberadaan Sadam. Sudah berkirim pesan saat berada dalam perjalanan kalau pria itu menunggu di depan pintu masuk. Padahal Sadam bisa saja menunggu di lounge, toh mereka sudah memiliki tiket elektronik.“Ah, itu dia,” gumam Luna gegas menyeret koper menghampiri Sadam yang berdiri sambil menekuni ponselnya. “Selamat pagi, pak,” sapa Luna.Sadam mengangkat wajahnya menatap Luna tanpa berkedip. Penampilan Luna kali ini dengan rambut digerai dan penjepit rambut di atas telinga kanan serta tanpa kaca mata membuat penampilannya berbeda.Pakaiannya pun tidak terlalu resmi. Blouse wrap dengan ikatan pita di sisi kiri dan bawahan celana pensil serta flatshoes lengkap dengan totebag di bahu kanannya memberikan kesan casual, tapi tetap elegan.Sadam mengenakan kemeja lengan panjang berwarna maroon yang lengannya dilipat sampai siku dengan bawahan celana bahan hitam. Lengkap dengan loafers coklat. Ia berdehem karena sempat terpaku sesaat. “Pagi. Ayo, masuk!”Mereka be

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-14
  • Ambil Saja Suamiku   10. Kenalan Dulu

    “Jangan gitu, Luna nggak mungkin selingkuh. Kamu kepala keluarga iya dibicarakan baik-baik,” ujar Sherin.Irwan meneguk kopinya lalu terdiam.“Aku paham kekhawatiran kamu. Karena pernah ada di posisi itu,” ujar Sherin lagi dan berhasil mendapatkan atensi dari Irwan. “Percaya dengan pasangan yang sedang cari nafkah, taunya malah main belakang. Ada affair dengan rekan kerjanya.”“Maaf mbak, saya bukan ….”“Tidak apa, saya sedang berbagi pengalaman aja. Biar kamu nggak mengalami apa yang saya rasakan.”“Tapi mau minta Luna berhenti kerja juga nggak enak, saya belum ada kerjaan. Jadi ya disabar-sabarin aja dulu. Meski rasanya gondok. Bayangin mbak, untuk sekedar kopi dan makan aja kadang saya harus ambil dan buat sendiri. Berasa masih bujangan,” tutur Irwan.Curahan hati Irwan sepertinya tercurahkan pada orang yang salah. Seharusnya ia menyampaikan keluh kesah rumah tangganya bersama Luna kepada Ibu mertua atau orangtua sang istri.“Ya sabar, kalian rencana buka usaha ‘kan?”“Iya, tapi ng

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-15
  • Ambil Saja Suamiku   11. Tergoda

    Sama-sama sibuk dan keras kepala sampai tidak ada yang mau mengalah, sumber masalah pernikahannya harus berakhir. Mantan istri Sadam yang bekerja di salah satu stasiun TV dan memiliki jabatan yang bagus kadang lebih sibuk dari suaminya.Komunikasi terbatas, bertemu pun jarang. Hubungan mereka semakin asing. Muncul perdebatan dan pertengkaran kecil sampai akhirnya Sadam memutuskan untuk tinggal di apartemen. Nyatanya hubungan mereka makin kacau.Sadam menemukan ada mantan istrinya bersama seorang pria di kamar rumah mereka sedang memadu kasih, padahal ia pulang berniat mengajak duduk bersama dan membicarakan kelanjutan hubungan mereka. Nyatanya malah mendapatkan kejutan luar biasa.“Hah.”Kepala Sadam rasanya penat mengingat lagi masa kelam rumah tangganya dan sekarang Mami ingin mengenalkan dia dengan perempuan pilihannya. Meski tidak menjamin kalau hubungan mereka tidak berhasil karena perjodohan. Toh wanita pilihannya sendiri atas dasar sama-sama cinta akhirnya kandas.[Sadam, giman

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-15
  • Ambil Saja Suamiku   12. Berdua Saja

    Luna mengusap tengkuknya, agak pegal sejak tadi pagi hanya duduk mendampingi Sadam rapat. Bukan hanya tadi pagi, malah sejak kemarin. Setelah sarapan, Luna dan Sadam langsung cek out dan langsung ke kantor cabang meneruskan rapat kemarin. Barang bawaan mereka disimpan di mobil antar jemput.Sempat terjadi perdebatan antara Sadam dan pihak cabang. Namun, Sadam memiliki dasar dan alasan yang kuat sesuai dengan laporan dan dokumen yang mereka miliki. Sesekali Sadam melirik ke arah Luna yang terlihat tidak nyaman.“Kamu baik-baik saja?” tanya Sadam berbisik.“Saya ke belakang dulu, pak.”Sadam mengangguk pelan mengizinkan asistennya meninggalkan ruangan. Luna butuh meregangkan ototnya, ia menuju toilet lalu berdiam diri di ruang tunggu tidak jauh dari ruang rapat.“Ya ampun, badan aku kayaknya perlu dipijat.” Luna membuka ponsel yang sejak tadi ia simpan di kantong blazernya.Berharap ada panggilan atau pesan dari Irwan, nyatanya tidak ada. Malah ibunya sudah dua kali mengirimkan pesan me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-16
  • Ambil Saja Suamiku   13. Numpang Hidup

    Selama di pesawat kembali ke Jakarta, tidak ada yang bicara baik Sadam ataupun Luna. Sama-sama lelah, ingin lekas sampai. Luna bahkan tertidur sedangkan Sadam hanya terpejam dan masih terjaga.Terdengar informasi kalau pesawat akan mendarat, Sadam menoleh menatap Luna yang masih tertidur.“Luna,” panggil Sadam pelan. Namun, tidak ada pergerakan. “Luna, kita hampir sampai. Kamu harus pakai safety belt,” ujar Sadam lagi kali ini sampai menepuk lengan Luna.“Eh, kenapa pak?”“Pakai safety belt, sebentar lagi kita mendarat. Nanti lanjut istirahat di rumah.”Luna hanya mengangguk dan langsung memakai safety belt. Keluar dari armada dan menunggu bagasi, ia sempat menguap dan ulahnya tidak luput dari perhatian Sadam.“Saya boleh langsung pulang, pak?” tanya Luna.“Hm. Kamu dijemput?” Sadam balik bertanya sambil menyeret koper mereka melewati gate kedatangan.“Nggak pak, paling naik taksi.”“Tidak usah, nanti ikut saya,” usul Sadam.Luna menghentikan langkahnya tidak enak dengan ajakan pria i

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-17
  • Ambil Saja Suamiku   14. Aku Percaya, Mas

    Selama ini Luna sudah berusaha sabar dan menjaga ucapannya, tidak ingin sampai menyakiti Irwan. Dalam kondisi mereka, sudah pasti perasaan suaminya lebih sensitif. Meninggalkan rumah kontrakan karena tidak terbayar lalu menumpang di rumah orangtuanya, sampai harus berganti peran karena ia yang bekerja.Meskipun banyak alasan untuknya marah atau sekedar menyinggung sang suami. Kalau dipikir, Irwan malah semakin malas. Ada informasi lowongan kerja dari tetangga atau kerabatnya disambut biasa saja. Lokasi terlalu jauh, bukan bidangnya, tidak cocok, gaji tidak sesuai dan segala macam alasan lain.Rencana buka usaha pun harus dibarengi dengan modal. Tidak mungkin bisa terealisasi kalau hanya mengandalkan penghasilannya saja. Apalagi semua keperluan berdua, ia juga yang tanggung. Entah kapan terkumpul modal untuk buka usaha.Tuduhan Irwan kali ini sangat menyudutkan. Tidak terbersit dalam benak Luna ia merasa hebat dari suaminya. Ini hanya soal mau atau tidak mau berusaha, bukan siapa yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-18
  • Ambil Saja Suamiku   Prolog

    Lelah, itulah yang Luna rasakan. Hampir sebulan ini ia harus pulang lebih lambat karena lembur. Ketika ada proyek selesai maka ia dan rekan satu tim akan sibuk mengaudit hasil laporan proyek.Sebenarnya ia hanya staf, tapi dua bulan lalu diangkat menjadi wakil manager. Tentu saja apa yang harus dikerjakan dan tanggung jawabnya semakin berat. Selama ia bekerja menjadi tulang punggung menggantikan suaminya yang masih pengangguran, hubungan mereka terasa hambar.Beruntung Irwan tidak menuntut untuk selalu dilayani karena saat tiba di rumah tubuhnya begitu letih. Hari ini ia izin untuk pulang lebih cepat dan kebetulan besok hari libur. Luna tersenyum membayangkan akan melakukan banyak hal dengan suaminya. Pergi berdua setelah cukup lama meluangkan waktu bersama, mungkin cek in di hotel yang harga kamarnya masih terjangkau dengan isi dompet atau makan malam romantis dan menonton. “Mas Irwan pasti kaget dengan kejutan aku.”Tiba di rumah, ia melihat motor suaminya terparkir artinya pria it

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-09

บทล่าสุด

  • Ambil Saja Suamiku   14. Aku Percaya, Mas

    Selama ini Luna sudah berusaha sabar dan menjaga ucapannya, tidak ingin sampai menyakiti Irwan. Dalam kondisi mereka, sudah pasti perasaan suaminya lebih sensitif. Meninggalkan rumah kontrakan karena tidak terbayar lalu menumpang di rumah orangtuanya, sampai harus berganti peran karena ia yang bekerja.Meskipun banyak alasan untuknya marah atau sekedar menyinggung sang suami. Kalau dipikir, Irwan malah semakin malas. Ada informasi lowongan kerja dari tetangga atau kerabatnya disambut biasa saja. Lokasi terlalu jauh, bukan bidangnya, tidak cocok, gaji tidak sesuai dan segala macam alasan lain.Rencana buka usaha pun harus dibarengi dengan modal. Tidak mungkin bisa terealisasi kalau hanya mengandalkan penghasilannya saja. Apalagi semua keperluan berdua, ia juga yang tanggung. Entah kapan terkumpul modal untuk buka usaha.Tuduhan Irwan kali ini sangat menyudutkan. Tidak terbersit dalam benak Luna ia merasa hebat dari suaminya. Ini hanya soal mau atau tidak mau berusaha, bukan siapa yang

  • Ambil Saja Suamiku   13. Numpang Hidup

    Selama di pesawat kembali ke Jakarta, tidak ada yang bicara baik Sadam ataupun Luna. Sama-sama lelah, ingin lekas sampai. Luna bahkan tertidur sedangkan Sadam hanya terpejam dan masih terjaga.Terdengar informasi kalau pesawat akan mendarat, Sadam menoleh menatap Luna yang masih tertidur.“Luna,” panggil Sadam pelan. Namun, tidak ada pergerakan. “Luna, kita hampir sampai. Kamu harus pakai safety belt,” ujar Sadam lagi kali ini sampai menepuk lengan Luna.“Eh, kenapa pak?”“Pakai safety belt, sebentar lagi kita mendarat. Nanti lanjut istirahat di rumah.”Luna hanya mengangguk dan langsung memakai safety belt. Keluar dari armada dan menunggu bagasi, ia sempat menguap dan ulahnya tidak luput dari perhatian Sadam.“Saya boleh langsung pulang, pak?” tanya Luna.“Hm. Kamu dijemput?” Sadam balik bertanya sambil menyeret koper mereka melewati gate kedatangan.“Nggak pak, paling naik taksi.”“Tidak usah, nanti ikut saya,” usul Sadam.Luna menghentikan langkahnya tidak enak dengan ajakan pria i

  • Ambil Saja Suamiku   12. Berdua Saja

    Luna mengusap tengkuknya, agak pegal sejak tadi pagi hanya duduk mendampingi Sadam rapat. Bukan hanya tadi pagi, malah sejak kemarin. Setelah sarapan, Luna dan Sadam langsung cek out dan langsung ke kantor cabang meneruskan rapat kemarin. Barang bawaan mereka disimpan di mobil antar jemput.Sempat terjadi perdebatan antara Sadam dan pihak cabang. Namun, Sadam memiliki dasar dan alasan yang kuat sesuai dengan laporan dan dokumen yang mereka miliki. Sesekali Sadam melirik ke arah Luna yang terlihat tidak nyaman.“Kamu baik-baik saja?” tanya Sadam berbisik.“Saya ke belakang dulu, pak.”Sadam mengangguk pelan mengizinkan asistennya meninggalkan ruangan. Luna butuh meregangkan ototnya, ia menuju toilet lalu berdiam diri di ruang tunggu tidak jauh dari ruang rapat.“Ya ampun, badan aku kayaknya perlu dipijat.” Luna membuka ponsel yang sejak tadi ia simpan di kantong blazernya.Berharap ada panggilan atau pesan dari Irwan, nyatanya tidak ada. Malah ibunya sudah dua kali mengirimkan pesan me

  • Ambil Saja Suamiku   11. Tergoda

    Sama-sama sibuk dan keras kepala sampai tidak ada yang mau mengalah, sumber masalah pernikahannya harus berakhir. Mantan istri Sadam yang bekerja di salah satu stasiun TV dan memiliki jabatan yang bagus kadang lebih sibuk dari suaminya.Komunikasi terbatas, bertemu pun jarang. Hubungan mereka semakin asing. Muncul perdebatan dan pertengkaran kecil sampai akhirnya Sadam memutuskan untuk tinggal di apartemen. Nyatanya hubungan mereka makin kacau.Sadam menemukan ada mantan istrinya bersama seorang pria di kamar rumah mereka sedang memadu kasih, padahal ia pulang berniat mengajak duduk bersama dan membicarakan kelanjutan hubungan mereka. Nyatanya malah mendapatkan kejutan luar biasa.“Hah.”Kepala Sadam rasanya penat mengingat lagi masa kelam rumah tangganya dan sekarang Mami ingin mengenalkan dia dengan perempuan pilihannya. Meski tidak menjamin kalau hubungan mereka tidak berhasil karena perjodohan. Toh wanita pilihannya sendiri atas dasar sama-sama cinta akhirnya kandas.[Sadam, giman

  • Ambil Saja Suamiku   10. Kenalan Dulu

    “Jangan gitu, Luna nggak mungkin selingkuh. Kamu kepala keluarga iya dibicarakan baik-baik,” ujar Sherin.Irwan meneguk kopinya lalu terdiam.“Aku paham kekhawatiran kamu. Karena pernah ada di posisi itu,” ujar Sherin lagi dan berhasil mendapatkan atensi dari Irwan. “Percaya dengan pasangan yang sedang cari nafkah, taunya malah main belakang. Ada affair dengan rekan kerjanya.”“Maaf mbak, saya bukan ….”“Tidak apa, saya sedang berbagi pengalaman aja. Biar kamu nggak mengalami apa yang saya rasakan.”“Tapi mau minta Luna berhenti kerja juga nggak enak, saya belum ada kerjaan. Jadi ya disabar-sabarin aja dulu. Meski rasanya gondok. Bayangin mbak, untuk sekedar kopi dan makan aja kadang saya harus ambil dan buat sendiri. Berasa masih bujangan,” tutur Irwan.Curahan hati Irwan sepertinya tercurahkan pada orang yang salah. Seharusnya ia menyampaikan keluh kesah rumah tangganya bersama Luna kepada Ibu mertua atau orangtua sang istri.“Ya sabar, kalian rencana buka usaha ‘kan?”“Iya, tapi ng

  • Ambil Saja Suamiku   9. Khawatir Selingkuh

    Luna menatap sekitar, mencari keberadaan Sadam. Sudah berkirim pesan saat berada dalam perjalanan kalau pria itu menunggu di depan pintu masuk. Padahal Sadam bisa saja menunggu di lounge, toh mereka sudah memiliki tiket elektronik.“Ah, itu dia,” gumam Luna gegas menyeret koper menghampiri Sadam yang berdiri sambil menekuni ponselnya. “Selamat pagi, pak,” sapa Luna.Sadam mengangkat wajahnya menatap Luna tanpa berkedip. Penampilan Luna kali ini dengan rambut digerai dan penjepit rambut di atas telinga kanan serta tanpa kaca mata membuat penampilannya berbeda.Pakaiannya pun tidak terlalu resmi. Blouse wrap dengan ikatan pita di sisi kiri dan bawahan celana pensil serta flatshoes lengkap dengan totebag di bahu kanannya memberikan kesan casual, tapi tetap elegan.Sadam mengenakan kemeja lengan panjang berwarna maroon yang lengannya dilipat sampai siku dengan bawahan celana bahan hitam. Lengkap dengan loafers coklat. Ia berdehem karena sempat terpaku sesaat. “Pagi. Ayo, masuk!”Mereka be

  • Ambil Saja Suamiku   8. Aku Sayang, Mas

    “Makasih ya, pak.” Luna menyerahkan helm pada ojek yang sudah mengantarnya pulang.“Sama-sama, mbak.”Rumahnya tampak sepi, padahal baru jam sembilan malam. Saat membuka pintu pagar dan menutupnya kembali serta langsung memasang gembok, ia sempat melirik ke arah motor milik suaminya.Irwan baru membalas chat tadi sore. Waktu menghubungi untuk menyampaikan kalau Luna akan lembur pun Irwan menjawab hanya dengan singkat. Padahal ia berharap sang suami akan menjemput ke kantor karena khawatir istrinya pulang malam.“Lembur lagi?”“Eh, iya, Bu,” sahut Luna saat mengunci pintu depan. Ibunya masih menonton TV, ia menghampiri lalu mencium tangan sang ibu.“Jangan sering lembur, kecapekan nanti kamu sakit.”“Kebetulan lagi ada yang urgent bu, kalau sudah aman pasti pulang kerja seperti biasa. Ibu kok belum tidur?”“Ini mau tidur.” Ibu mematikan televisi lalu meletakan remote di atas meja. “Sudah makan belum?”“Sudah bu.”“Coba kamu bicarakan lagi dengan Irwan, Ibu tidak masalah kalian bantu di

  • Ambil Saja Suamiku   7. Tidak Fokus

    Chat yang dikirim Luna tak juga dibaca apalagi dibalas. Ditelpon pun tidak dijawab. Membuatnya semakin khawatir, bukan hanya khawatir karena ucapan Ratna kalau ia harus hati-hati jangan sampai Irwan tergoda dengan Sherin atau sebaliknya. Namun, khawatir kalau terjadi sesuatu dalam perjalanan, kecelakaan misalnya.Menghubungi Sherin, tidak enak hati. Bisa-bisa sang kakak tersinggung, karena merasa diawasi atau tidak dipercaya. Luna menghela nafasnya, bingung dan khawatir membuatnya tidak fokus. Sudah satu jam setelah kembali dari makan siang dan belum mengerjakan apapun. Hanya memandang layar laptop lalu beralih menatap layar ponsel, itu saja yang dilakukan sejak tadi. “Ya ampun Luna, kamu kenapa begini. Tidak mungkin Mas Irwan dan Mbak Sherin aneh-aneh.” Menggeleng pelan berusaha mengenyahkan segala pikiran buruk.Ponselnya bergetar ternyata ada pesan masuk dari Sadam.[ke ruanganku, sekarang!]Gegas Luna mengantongi ponsel dan membawa notebook menuju ruang kerja Sadam. Sempat menget

  • Ambil Saja Suamiku   6. Godaan Ipar

    Pikiran Irwan traveling ke arah adegan dewasa karena dipeluk oleh Sherin. Rasanya merinding disko. Sebagai pria dewasa dan normal, tentu saja apa yang dilakukan Sherin sangat menggoda.“Maaf ya, aku peluk kamu, takut jatuh,” ujar Sherin sambil mencondongkan wajah agar suaranya terdengar oleh Irwan dan semakin membuat dadanya menempel di punggung pria itu“Nggak pa-pa, mbak,” jawab Irwan. Tanpa Sherin tahu, Irwan tersenyum di balik helm yang digunakan.Ya ampun, baru nempel aja udah bikin enak begini apalagi gue rasain. Pasti … mantap, batin Irwan dengan pikiran mulai kotor.Setelah memastikan motornya terparkir aman di basement, Irwan dan Sherin berjalan di sepanjang deretanstore.“Udah lama aku nggak ke mall,” ucap Sherin.“Masa mbak?”“Iya. Selama menikah sampai bercerai, hanya sibuk di rumah. Berusaha jadi istri setia, nggak pernah cari hiburan. Tahunya malah Ayahnya Beni cari hiburan di luar juga.” Wajah Sherin mendadak sendu.“Sabar ya mbak,” ucap Irwan sambil mengusap punggung S

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status