Suasana menjadi hening seketika. Baik Joshua maupun Amanda sibuk bergumul dengan pikiran masing-masing. Walaupun pengakuanku tadi berisiko membuatku kehilangan gadis ini untuk selama-lamanya, tapi hatiku jadi terasa lega, batin Joshua puas. Seakan-akan beban yang menghimpit dalam dadaku selama ini berkurang banyak. Kejujuran memang bagaikan dua sisi mata uang. Bisa menimbulkan kebaikan sekaligus keburukkan dalam waktu yang sama. Apapun keputusan Amanda, aku sudah pasrah, pikir laki-laki tampan itu berbesar hati.
“Bagaimana, Manda?” tanya Joshua penuh penantian.
“Bagaimana apanya, Mas?” balas gadis pujaannya pura-pura bego.
Ayah Celine itu tersenyum simpul. Masa dia tak mengerti maksud pertanyaanku tadi? pikirnya ge
Gadis ceria itu menanggapi dengan santai, “Nggak apa-apa, Mas. Aku juga sudah tiga tahun bekerja di sana. Sudah waktunya mencari-cari pengalaman di sekolah lain mumpung masih muda. Lagipula aku juga mempunyai beberapa murid les privat, kok. Penghasilannya bisa menutupi keuanganku jika nanti agak lama memperoleh pekerjaan baru.” “Apakah kamu tidak mau membantuku bekerja di perusahaanku saja, Manda?”Gadis itu menggeleng ringan. “Menjadi seorang guru TK itu sudah menjadi bagian dalam hidupku, Mas. Itulah jati diriku yang sesungguhnya. Barangkali minggu depan aku sudah siap untuk menceritakan alasannya kepadamu. Itu pelayan sudah berjalan kemari untuk mengembalikan kartu kreditmu. Abis itu kita pulang, yuk.”Laki-laki di hadapannya meng
Amanda dengan gemas langsung mencubit hidung Fanny. Sahabatnya yang sedang lengah itu spontan berteriak lebay, “Auwww! Sakit sekali, Bu Guru!”“Seri, dong! Hahaha….”Kedua gadis itu tertawa terbahak-bahak. Fanny yang masih penasaran lalu meminta sahabatnya menceritakan secara detil proses jadiannya dengan Joshua kemarin malam. Amanda yang memang sering curhat pada gadis ini tak segan-segan membeberkan semuanya.“Hmm…,” gumam gadis berambut keriting itu setelah teman akrabnya selesai bercerita. Dahinya berkerut seperti sedang berpikir keras.“Kamu sudah mempertimbangkannya matang-matang, Man?”“Apanya?”
Hari Kamis sore Amanda menumpang mobil travel menuju ke Malang, kota kelahirannya. Dulu dibutuhkan waktu sekitar tiga jam dari kota Surabaya menuju Malang dengan mobil. Sekarang sudah ada jalan tol yang mempercepat perjalanan tersebut menjadi sejam saja. Namun karena harus menurunkan penumpang satu per satu ke tempat tujuan masing-masing, baru setengah jam kemudian gadis itu sampai di rumahnya.Seorang pembantu muda berlari-lari kecil membuka pintu pagar rumah yang berwarna coklat tua setelah Amanda membunyikan bel. Hmm…, pembantu baru lagi, gumam gadis itu dalam hati. Rita, ibunya memang cerewet sekali dan perfeksionis. Tak heran banyak pembantu yang tak bertahan lama bekerja di rumahnya. Padahal ukuran rumah tersebut tidak terlalu besar. Hanya terdiri dari satu lantai dengan empat kamar tidur dan satu kamar pembantu. Halaman depannya memang luas sebagaimana rumah lama pada umumnya. Namun halama
“Kenapa kau membuat adikmu menangis?!” tanya sebuah suara yang menggelegar penuh kemarahan. Amanda dan Valerie berpaling ke arah suara itu berasal. Tampak sesosok tubuh ramping perempuan setengah baya yang berwajah mirip Valerie berdiri dengan angkuh di depan mereka.“Mama!” seru Amanda spontan. Dilihatnya ibunya itu menatapnya dengan marah dan kedua tangan berkacak pinggang. Sementara itu seorang pria yang berumur lebih tua dan bertubuh kurus tampak berdiri termangu di belakangnya.“Iya, aku. Rupanya kamu masih mengenaliku setelah setahun lebih tidak pulang ke rumah!”Aku pulang juga tidak dianggap olehmu, gerutu Amanda dalam hati. Hanya Papa dan Valerie yang selalu menyambut kedatanganku dengan ramah.
Saat ini laki-laki itu seolah-olah berubah menjadi sebuah pribadi yang kuat dan berwibawa.“Amanda,” ujar Hengky melunak, “Kamu sepertinya belum mandi dan beristirahat semenjak datang dari Surabaya.”Putri sulungnya mengangguk membenarkan. “Kalau begitu,” lanjut ayahnya dengan sorot mata syahdu, “Ajaklah adikmu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat dulu. Papa akan memasukkan kopermu ke dalam kamarmu. Setelah itu mandilah. Kita akan berbicara kembali sesudah makan malam nanti.”“Baik, Pa,” jawab Amanda patuh. Dibantunya Valerie bangkit berdiri dan dibimbingnya melangkah menuju ke kamarnya. Ayah mereka sendiri beranjak menuju ke ruang tamu dan menggiring koper merah muda yang
“Mendiang kakek dan nenek kalian dari pihak Mama merasa sangat berterima kasih sehingga mereka membelikan rumah ini sebagai hadiah perkawinan Papa dan Mama. Selanjutnya Papa diajak untuk ikut bekerja membantu di toko. Semula toko itu hanyalah menjual peralatan tulis, namun Papa kemudian mengusulkan agar ditambahi dengan mesin fotokopi sehingga lebih ramai karena lokasinya dekat dengan beberapa sekolah dan universitas,” jelas Hengky sembari menatap kedua anak perempuannya.Lalu pandangannya berfokus pada putri sulungnya. “Tak berapa lama kemudian kamu lahir, Manda…. Seorang bayi mungil yang cantik dan lucu menggemaskan. Akulah yang memberimu nama Amanda, artinya layak untuk dicintai. Karena itulah perasaanku yang sesungguhnya, Anakku. Kau benar-benar kuanggap sebagai anak kandungku sendiri. Selama ini tak pernah sekalipun aku membeda-bedakan dirimu dari Valerie, kan?”&nbs
Seketika terbersit bayangan wajah Joshua dalam benak Amanda. Mas Josh, kini aku mulai dapat membaca mengapa Tuhan mempertemukan kita, ucapnya dalam hati. Di dunia ini memang tidak ada yang kebetulan. Segala sesuatu terjadi atas kehendakNya.“Manda sudah mempunyai kekasih, Pa. Dia ayah dari muridku sendiri. Istrinya meninggal dunia ketika melahirkan.”“Kamu berpacaran dengan seorang duda, Nak? Mamamu pasti tidak akan setuju kalau mengetahuinya.” “Mengapa begitu, Pa? Dia seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Kan lebih baik Manda menikah dengan dia daripada Val menerima lamaran lelaki yang telah merenggut kehormatannya?!”Hengky tak berkutik me
“Bu Beatrice dan Arnold nanti siang mau datang kemari,” ucap Rita saat mereka sekeluarga menikmati sarapan bersama di ruang makan. Valerie terperangah mendengarnya. Ia lalu bertanya dengan curiga, “Buat apa, Ma? Kan acara lamaran besok sudah dibatalkan.”“Justru itu, mereka mau datang untuk membicarakan kejelasan hubunganmu dengan Arnold.”“Val kan nggak ada hubungan apa-apa dengan dia, Ma. Apalagi yang mau dibicarakan?”Rita menggerakkan dagunya ke arah perut gadis itu. “Mereka menanyakan kejelasan nasib janin dalam kandunganmu, Val.”Gadis itu langsung menoleh pada ayahnya untuk meminta dukungan, “