POV ANGEL
Waktu menunjukkan Pukul 11.00 WIB, hari ini Amanda menelpon mengajak aku dan Mbak Ana untuk makan siang bersama. Bukan karena dia mau menraktir kami berdua, tetapi dia sedang ada masalah dan ingin berbagi dengan kami. Amanda, awalnya aku cukup iri dengan kehidupannya. Ternyata, hidupnya tidak seindah terlihat.
Sebelum berangkat ke Resto tempat kami janjian, aku mencari Mbk Ana diruangannya tapi dia tidak ada di ruangannya.
“Gung, Mbk Ana dimana?”tanyaku pada Agung, staf Mbk Ana.
“Tadi dipanggil Pak Yoga, Mbak. Mungkin masih diruangan Pak Yoga.”jawab Agung.
“Oh, nanti kalo Mbak Ana udah keluar dari ruangan Pak Yoga tolong sampaikan aku nunggu di ruangan ya.”pintaku pada Agung.
“Baik Mbak, nanti Agung sampaikan.”
“Terimakasih Gung.” Akupun berlalu meninggalkan Agung dan kembali ke ruanganku. Tak lama ponselku berdering, ternyata Mama meneleponku. Hufh… Bukannya aku tak Bahagia Mama menelepon, tetapi aku tahu betul mengapa Mama menelepon.
“Assalamualaikum Mama.” Aku menjawab panggilan telepon dari Mama.
“Waalaikumsalam, Njel! Gimana Njel, kapan kamu pulang? Bulan depan keluarganya Rahman akan dating untuk melamar ”jawab Mama kemudian bertanya dari sebrang sana.
“Mama, coba deh kalo telepon itu tanya anaknya udah makan belum? Sehat atau nggak? Ini nanyain itu terus.”
“Njel, kamu tuh sudah umur 32 tahun. Nggak perlu lagi lah, Mama tanya yang begitu. Kapan Mama ini bisa jadi Nenek? Kalo kamu nggak pernah mikirin pernikahan kamu. Lamaran ini udah 2 kali ditunda loh, Njel.”ujar Mama panjang lebar.
“Iya…iya Ma. Akhir bulan Angel pulang, Ma!jawabku sekenanya. Padahal aku belum tahu aku bisa dapat cuti atau tidak. Kegiatan kantor sedang padat-padatnya akhir bulan ini.
“Bener ya sayang? Janji ya?”
“Iya Mama. Udah dulu ya Ma, Angel dipanggil bos ni! Assalamualaikum.” Aku bergegas mengakhiri pembicaraan sebelum Mama menambah pertanyaannya.
“Waalaikumsalam.”jawab Mama kemudian aku langsung menutup panggilan tersebut. Hmm…pernikahan? Entah kapan terakhir aku merasakan jatuh cinta. Kemandirian ini, memuat aku tidak membutuhkan makhluk yang bernama laki-laki. Bang Rahman, laki-laki yang Mama pilihkan untukku. Menurut Mama, dia sosok luar biasa yang akan bisa menjadi pendampingku. Namun, dari pertemuan pertama kami bagiku dia laki-laki biasa saja dan aku sama sekali tidak tertarik. Terpaksa aku menyetujui perjodohan ini, demi hasrat Mama yang ingin segera menimang cucu.
“Hei, ngelamunin apa? Mbk dari tadi lo duduk disini.” Tiba-tiba Mbk Ana mengagetkanku.
“Biasalah Mbk, barusan Mama telepon.”jawabku lesu.
“Bilangin ke Mamamu Njel, Mbk Ana ini udah umur 40 tahun belum nikah juga. Heheh. Cepet nikah nanti gala uterus kayak si Manda tuh”ungkap Mbk Ana.
“Lain kasus kita Mbk. Hahahahah.” Kami berdua pun tertawa bersama
“ Udah yuk cabut kita, nanti Manda keburu nyemplung ke laut sangking galau nungguin kita.”ajak Mbk Ana. Kamipun berdua bergegas meninggalkan kantor menuju resto tempat kami janjian.
Setibanya di resto, Amanda sudah duduk di pojokan dan melamun kosong. Entah apalagi kegundahan Amanda. Aku tahu beban berat dipikulnya, namun dia selalu Nampak tegar. Kecuali orang yang sudah sangat mengenal dia, akan tahu dia sedang baik-baik saja atau tidak.
“Udah lama disini, Nda?”tanya Mbk Ana pada Amanda yang sedang menghirup Jus Nanas kesukaannya.
“Nggak Mbak, baru 15 menitan aja.”jawab Amanda.
“Are u okay, Nda?”tanyaku bodoh. Sudah tau dia ajak ketemu karena dia mau cerita. Berati dia tidak baik-baik saja.
“Menurut lo?”tanya Amanda sewot.
“Sory, Manda! Nggak usah sewot juga kali..” Kurangkul bahu Amanda yang duduk disebelahku.
“Udahlah, Nda! Cere aja deh kamu, kita semua tu berhak bahagia,Nda!” Mbk Ana langsung pada intinya.
“Selow Mbk, pesen makan dulu! Jangan langsung ngegas. Ntar beneran nyemplung ke laut si Manda. Kalo dia nyemplung, Zea sama aku ya Mbk. Mbk ambil Zio aja ya…hahahha “candaku pada dua wanita itu.
“Ya Allah jahat amat sih kalian!” Amanda mulai mewek. Percakapan kami saat itu, seputar masalah rumah tangga Amanda. Rumah tangga yang bagi Amanda masih berjalan hanya karena buah hati mereka. Puja memang terlihat sangat mencintai Amanda, namun menurut Amanda itu bukan versi asli dari Puja. Tetapi, aku melihat ini semua karena sudut pandang ekonomi. Puja yang tidak memiliki pekerjaan tetap, sedangkan Amanda juga harus menghidupi orang tua dan Adik-adiknya. Dia terpaksa menjadi pekerja keras. Sedangkan Puja tidak memahami itu. Itu dari sudut pandangku. Namun, sepertinya banyak hal juga yang belum aku ketahui tentang rumah tangga Amanda dan itu hak dia untuk berbagi atau tidak. Aku hanya tahu tentang sosok Haryo. Sosok yang mampu mengisi kehampaan Amanda.
Hal yang terjadi pada orang sekitarkulah yang terkadang membuat aku takut berumah tangga. Bagiku, dengan sendiri ini aku bahagia itu sudah cukup. Namun, aku tidak hidup sendiri dan tidak bisa bahagia sendiri. Aku punya Mama dan Papa yang juga ingin memiliki menantu dan cucu. Besar harapan mereka padaku. Sedangkan saat ini, aku sudah menjadi buah bibir dikeluarga dan lingkungan kampung halamanku. Usiaku yang sudah kepala tiga belum juga memiliki seorang suami. Perawan tua… Yah, itulah julukan untukku.
POV Ana “Iya, sayang! Nanti, perginya cuma ama Manda dan Angel kok. Klo gak percaya telepon saja si Angel.” Ujarku pada Mas Danu. Pria beristri yang kukencani dan tergila-gila padaku. “Yadeh, hati-hati ya sayang. I Love U.”ungkapnya padaku. “Love u too, Mas jangan lupa makan siang ya.” Kami mengakhiri panggilan. Tok..tok!” Suara pintu ruanganku diketuk. “Masuk!”perintahku sambil memasukkan ponselku dalam tas. Seorang pria Nampak muncul dari balik pintu, pria yang umurnya nyaris setengah dari umurku. Ya… dia Agung s
“Ya, kalo Mbk sih mendingan kamu ambil keputusan. Pisah atau lanjut. Udah gitu aja!”ungkap Ana pada Amanda. “Anak-anak aku gimana mbk?”tanya Amanda sambil menyeka air matanya. “Dari dulu akum aku mau pisah dengan Mas Puja sejak Zea lahir, tapi selalu aku kembali berpikir gimana kehidupan selanjutnya nanti. Aku berharap Mas Puja itu bisa berubah,Mbk.”Lanjut Amanda kemudian. “Manda, susah buat kita merubah seseorang. Kamu aja deh, kamu bilang kamu gak bisa masak, kamu gak bisa dandan dan kamu cuek. Bisa gak kamu berubah? Setelah sekian lama ini?” Angel memberi gambaran kepada Amanda. “Ya, aku tahu emang mengubah seseorang itu susah. Aku berharap dia selingkuh sehingga dengan mudah aku menceraikan dia. Kalo sekarang, selalu
Pagi minggu yang cerah, ketika matahari baru saja menunjukkan wajahnya dilangit biru. Amanda, Angel dan Ana sudah berada di Pantai Rindu. Ini adalah agenda rutin mereka, olahraga pagi sekaligus melepas penat setelah seminggu full beraktivitas. “Berasa gadis ya bu!”ledek Angel pada Amanda. “Ho oh, nggak keliatan kan diriku ini emak anak dua.” Amanda memuji dirinya sendiri. “Nggak usah sok deh, Mbk ni keliatan sebaya kan dengan kalian? Padahal 10 tahun lo jarak kita.”ungkap Ana sambil berkacak pinggang. “Ya…ya… itu lebih tepat memang.”aku Angel atas peenyataan Ana. Mereka pun melanjutkan olahraga pagi mereka. Dinginnya pagi cukup menusuk ku
“Woy!” Amanda mengagetkan Angel. “Melamun aja, masih pagi kali Buuu, bagi minum aku haus!” “Noh…”Angel melempar botol minumnya pada Amanda. “Mana Mbak Ana?”tanya Angel karena melihat Ana tidak bersama Amanda. “Tuh, nyangkut! Amanda menunjuk ke arah Ana yang sedang membeli siomay. “Huh… percuma aja lari keliling-keliling udahnya langsung beli siomay.”gerutu Angel. “Itu seimbang namanya, Jumlah kalori keluar dan masuknya!”protes Amanda. 
Tok..tok.”seseorang mengetuk jendela mobil Angel. Sontak mereka bertiga kaget melihat sosok yang mengetuk jendela. “Mbk, gimana?”tanya Angel panik. “Ya uda buka aja gih.”jawab Ana. Angel pun membuka kaca jendelanya. “Ada apa bu?”tanya Angel kepada perempuan yang ada diluar mobilnya “Cuma mau balikin ini, kayaknya ini punya Ana. Iya bukan An?”ungkap wanita itu dengan menunjukkan sebuah gelang. Gelang itu gelang yang sama dengan milik Angel dan Amanda. Kebetulan hari ini gelang itu dipakai oleh Angel dan Amanda. Sedangkan Ana tidak mengenakannya. “Eh…hmm…iya Mbk, itu pu
Café HDS sore itu belum begitu ramai, hanya ada beberapa orang terlihat di dalam café. Waktu menunjukkan Pukul 14.55 WIB. Ana masih duduk dengan pandangan hampa, masih ada seribu tanya yang mungkin dia akan temukan jawabnya sore ini. Aini nampak belum tiba, hanya segelas es kopi susu alpukat favorit Ana yang menemani Ana menunggu kedatangan Aini. Tak lama waktu berselang, sebuah sedan berwarna ungu tiba di halaman Café HDS. Ana menebak-nebak bahwa itu adalah mobil Aini. Sedikit banyak Danu menceritakan sosok istrinya ini. Aini istri yang baik menurut Danu. Hanya menjadi baik saja tidak cukup. Betul dugaan Ana, mobil sedan berwarna ungu itu memanglah Aini. “ Sudah lama An?”tanya Aini sesampainya dia di café itu. “Nggak mbk, baru sebentar juga.”jawab Ana. Aini pun langsung dud
“Nda, kok gak kasih tau Mbk sih.”protes Ana pada Amanda setibanya dikamar Zea dirawat. “Udah dikasih tau kali Mbk, coba liat WA Mbk deh! Telpon juga nggak diangkat-angkat.”sambar Angel pada Ana. “Iya…ya…maaf yah. Mbk, tadi pusing banget. Terus juga tadi mbk ketemuan sama Istrinya Mas Danu.” “Apa?” Amanda dan Angel kaget berbarengan. “Biasa aja dong. Nanti aja ceritanya. Gimana Zea?”Ana menolak bercerita, sebelum ditagih dua sahabtnya itu. Sambil duduk disebelah ranjang Zea yang sedang tidur. Anak berumur 3 th itu tampak lemas dengan jarum infus ditangannya. &nbs
Amanda berjalan melewati koridor rumah sakit, ia hendak menenangkan dirinya sejenak. Pernikahan yang sudah tak tahu harus dibawa kemana arahnya. Dulu Puja adalah sosok yang dia puja. “Halo, Ma!”Amanda mengangkat telepon yang sedari tadi berdering. “Halo,sayang! Apa kabar?”tanya suara diseberang sana. “Baik,Ma! Mama apa kabar?”Amanda balik bertanya. “Baik juga sayang, Nda ini udah tanggal 30, Aida belum bayar semesterannya. Katanya besok terakhir, Nda!”ujar sang Mama. “Ya, ma! Manda ngerti, nanti malam Manda transfer ya.
Amanda berjalan melewati koridor rumah sakit, ia hendak menenangkan dirinya sejenak. Pernikahan yang sudah tak tahu harus dibawa kemana arahnya. Dulu Puja adalah sosok yang dia puja. “Halo, Ma!”Amanda mengangkat telepon yang sedari tadi berdering. “Halo,sayang! Apa kabar?”tanya suara diseberang sana. “Baik,Ma! Mama apa kabar?”Amanda balik bertanya. “Baik juga sayang, Nda ini udah tanggal 30, Aida belum bayar semesterannya. Katanya besok terakhir, Nda!”ujar sang Mama. “Ya, ma! Manda ngerti, nanti malam Manda transfer ya.
“Nda, kok gak kasih tau Mbk sih.”protes Ana pada Amanda setibanya dikamar Zea dirawat. “Udah dikasih tau kali Mbk, coba liat WA Mbk deh! Telpon juga nggak diangkat-angkat.”sambar Angel pada Ana. “Iya…ya…maaf yah. Mbk, tadi pusing banget. Terus juga tadi mbk ketemuan sama Istrinya Mas Danu.” “Apa?” Amanda dan Angel kaget berbarengan. “Biasa aja dong. Nanti aja ceritanya. Gimana Zea?”Ana menolak bercerita, sebelum ditagih dua sahabtnya itu. Sambil duduk disebelah ranjang Zea yang sedang tidur. Anak berumur 3 th itu tampak lemas dengan jarum infus ditangannya. &nbs
Café HDS sore itu belum begitu ramai, hanya ada beberapa orang terlihat di dalam café. Waktu menunjukkan Pukul 14.55 WIB. Ana masih duduk dengan pandangan hampa, masih ada seribu tanya yang mungkin dia akan temukan jawabnya sore ini. Aini nampak belum tiba, hanya segelas es kopi susu alpukat favorit Ana yang menemani Ana menunggu kedatangan Aini. Tak lama waktu berselang, sebuah sedan berwarna ungu tiba di halaman Café HDS. Ana menebak-nebak bahwa itu adalah mobil Aini. Sedikit banyak Danu menceritakan sosok istrinya ini. Aini istri yang baik menurut Danu. Hanya menjadi baik saja tidak cukup. Betul dugaan Ana, mobil sedan berwarna ungu itu memanglah Aini. “ Sudah lama An?”tanya Aini sesampainya dia di café itu. “Nggak mbk, baru sebentar juga.”jawab Ana. Aini pun langsung dud
Tok..tok.”seseorang mengetuk jendela mobil Angel. Sontak mereka bertiga kaget melihat sosok yang mengetuk jendela. “Mbk, gimana?”tanya Angel panik. “Ya uda buka aja gih.”jawab Ana. Angel pun membuka kaca jendelanya. “Ada apa bu?”tanya Angel kepada perempuan yang ada diluar mobilnya “Cuma mau balikin ini, kayaknya ini punya Ana. Iya bukan An?”ungkap wanita itu dengan menunjukkan sebuah gelang. Gelang itu gelang yang sama dengan milik Angel dan Amanda. Kebetulan hari ini gelang itu dipakai oleh Angel dan Amanda. Sedangkan Ana tidak mengenakannya. “Eh…hmm…iya Mbk, itu pu
“Woy!” Amanda mengagetkan Angel. “Melamun aja, masih pagi kali Buuu, bagi minum aku haus!” “Noh…”Angel melempar botol minumnya pada Amanda. “Mana Mbak Ana?”tanya Angel karena melihat Ana tidak bersama Amanda. “Tuh, nyangkut! Amanda menunjuk ke arah Ana yang sedang membeli siomay. “Huh… percuma aja lari keliling-keliling udahnya langsung beli siomay.”gerutu Angel. “Itu seimbang namanya, Jumlah kalori keluar dan masuknya!”protes Amanda. 
Pagi minggu yang cerah, ketika matahari baru saja menunjukkan wajahnya dilangit biru. Amanda, Angel dan Ana sudah berada di Pantai Rindu. Ini adalah agenda rutin mereka, olahraga pagi sekaligus melepas penat setelah seminggu full beraktivitas. “Berasa gadis ya bu!”ledek Angel pada Amanda. “Ho oh, nggak keliatan kan diriku ini emak anak dua.” Amanda memuji dirinya sendiri. “Nggak usah sok deh, Mbk ni keliatan sebaya kan dengan kalian? Padahal 10 tahun lo jarak kita.”ungkap Ana sambil berkacak pinggang. “Ya…ya… itu lebih tepat memang.”aku Angel atas peenyataan Ana. Mereka pun melanjutkan olahraga pagi mereka. Dinginnya pagi cukup menusuk ku
“Ya, kalo Mbk sih mendingan kamu ambil keputusan. Pisah atau lanjut. Udah gitu aja!”ungkap Ana pada Amanda. “Anak-anak aku gimana mbk?”tanya Amanda sambil menyeka air matanya. “Dari dulu akum aku mau pisah dengan Mas Puja sejak Zea lahir, tapi selalu aku kembali berpikir gimana kehidupan selanjutnya nanti. Aku berharap Mas Puja itu bisa berubah,Mbk.”Lanjut Amanda kemudian. “Manda, susah buat kita merubah seseorang. Kamu aja deh, kamu bilang kamu gak bisa masak, kamu gak bisa dandan dan kamu cuek. Bisa gak kamu berubah? Setelah sekian lama ini?” Angel memberi gambaran kepada Amanda. “Ya, aku tahu emang mengubah seseorang itu susah. Aku berharap dia selingkuh sehingga dengan mudah aku menceraikan dia. Kalo sekarang, selalu
POV Ana “Iya, sayang! Nanti, perginya cuma ama Manda dan Angel kok. Klo gak percaya telepon saja si Angel.” Ujarku pada Mas Danu. Pria beristri yang kukencani dan tergila-gila padaku. “Yadeh, hati-hati ya sayang. I Love U.”ungkapnya padaku. “Love u too, Mas jangan lupa makan siang ya.” Kami mengakhiri panggilan. Tok..tok!” Suara pintu ruanganku diketuk. “Masuk!”perintahku sambil memasukkan ponselku dalam tas. Seorang pria Nampak muncul dari balik pintu, pria yang umurnya nyaris setengah dari umurku. Ya… dia Agung s
POV ANGEL Waktu menunjukkan Pukul 11.00 WIB, hari ini Amanda menelpon mengajak aku dan Mbak Ana untuk makan siang bersama. Bukan karena dia mau menraktir kami berdua, tetapi dia sedang ada masalah dan ingin berbagi dengan kami. Amanda, awalnya aku cukup iri dengan kehidupannya. Ternyata, hidupnya tidak seindah terlihat. Sebelum berangkat ke Resto tempat kami janjian, aku mencari Mbk Ana diruangannya tapi dia tidak ada di ruangannya. “Gung, Mbk Ana dimana?”tanyaku pada Agung, staf Mbk Ana. “Tadi dipanggil Pak Yoga, Mbak. Mungkin masih diruangan Pak Yoga.”jawab Agung. “Oh, nanti kalo Mbak Ana udah keluar dar