Home / Fantasi / Alkisah Bunga Teratai / 3. Ketika si cepat bertemu si kuat

Share

3. Ketika si cepat bertemu si kuat

Author: brotheract
last update Last Updated: 2023-02-04 12:22:58

Di koridor sebuah gedung yang memiliki sekitar delapan ruangan dalam satu lantai, tampak seorang lelaki yang mengenakan kacamata dan kemeja kotak-kotak yang dimasukkan dalam celana kain sedang bersembunyi di balik tembok. Dia sedang mengamati keadaan lorong yang saat itu dipadati orang lain―yang mondar-mandir untuk mencari ruang kuliah. Menjauh dari keramaian, dia ingin memastikan sesuatu sebelum memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dari lantai utama. Ada yang membuatnya khawatir jauh di sana.

Bertempat di Universitas Jaya―kampus milik swasta yang berlokasi di pusat kota Jakarta―para mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan memadati dua gedung utama. Gedung yang berhadapan langsung itu adalah gedung fakultas lain. Sedangkan fakultas di sini khusus untuk Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kesenian. Tiap gedung memiliki lima lantai yang bisa diisi sampai dua departemen.

Setelah memastikan kalau keadaan di seberang aman, dia bernapas lega. Kalau keadaan seperti ini setiap hari, hidupnya akan luar biasa damai. Dia juga tidak perlu merasa khawatir.

Baru saja melangkahkan kaki dan keluar dari tempat persembunyian, kerah lelaki itu ditarik dari arah belakang. Akibatnya, dia tertahan. Ketika menoleh ke belakang, matanya membesar beriringan dengan meningkatnya detak jantung yang seperti dikejar anjing pemburu.

Dari belakang, dua mahasiswa yang menahan langkah lelaki itu mendorongnya melewati koridor dengan menaruh tangan mereka di bahu kiri dan kanan. Mereka berjalan bersebelahan dan dari jauh tampak akrab, padahal yang terjadi sebenarnya adalah dia seperti diseret dua lelaki itu ke neraka. Dia juga tidak berani menatap mata mereka yang justru tampak bahagia.

“Udah lama juga ya kita gak ketemu, Brodi.” Mahasiswa di sisi kanan lelaki itu yang mengenakan kaus lengan pendek dan celana ripped jeans membuka percakapan dengan nada ramah. Walaupun kedengarannya baik, tetapi bagi lelaki kacamata itu terdengar mengerikan seperti disapa malaikat maut.

“Lo pastinya gak lupa dong,” ujar mahasiswa satu lagi yang mengenakan jaket denim dengan dalaman kaus berwarna hitam. Dia juga mengenakan jeans yang berwarna lebih gelap dari teman terdekatnya.

“Maaf, Kak, tapi saya lagi gak punya uang hari ini.” Dengan menundukkan kepala, lelaki kacamata itu berkata dengan nada bergetar. Dia sudah jelas ketakutan dengan dua orang yang sedang bersamanya.

Ucapan itu membuat keduanya kompak berhenti dan lelaki kacamata itu juga ikut berhenti. Mereka tidak bisa dibohongi. Oleh karena itu, lelaki jaket denim segera memasukkan tangannya ke saku celana kain milik lelaki kacamat tersebut. Dengan cekatan pula, dia mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dalam saku. “Lumayan nih!” serunya setelah berhasil merampas uang milik orang lain.

Thanks ya, Brodi!” ujar lelaki kaus lengan pendek yang menepuk bahu lelaki kacamata tersebut sebelum meninggalkannya.

“Tapi, Kak, itu uang jajan bulanan saya yang terakhir.” Mencoba menghentikan mereka, namun lelaki kacamata itu terlambat. Mereka sudah terlalu jauh darinya dan terlalu jauh untuk bisa disusul. Oleh karena itu, dia menunduk sedih karena uangnya dirampas begitu saja.

Berhasil memalak salah satu mahasiswa, tidak membuat dua insan yang berbuat sesuka hati itu merasa puas dengan apa yang mereka perbuat. Saat membagi-bagikan lima lembar uang berwarna merah, mereka malah berdebat untuk mendapatkan selembar lagi yang tersisa. Mereka juga sempat adu mulut.

“Eh, itu Rama deh!” ucap lelaki kaus pendek itu yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan dan secara tidak langsung juga menghentikan perdebatan. Matanya mengarah ke punggung seorang mahasiswa yang baru saja bersinggungan arah dengan mereka. Bola matanya tampak cerah lagi, seolah menemukan target baru.

Dengan kompak, dua insan yang menjadi alasan mahasiswa lain menjadi kesal tersebut mendekati pemilik punggung seorang lelaki yang mengenakan jaket kulit dengan dalaman kaus berwarna putih. Mereka juga merangkul pundak orang itu dengan akrab dan tersenyum kepadanya. Hal itu membuat lelaki yang memiliki mata bundar tersebut menatap mereka dengan datar. Dia juga tidak bereaksi.

“Ram! Minta uang lo dong. Lo kan yang paling kaya nih di kampus ini,” ujar lelaki jaket denim yang memulai pembicaraan dengan nada sok ramah.

Lelaki yang dipanggil Rama lantas membuang muka dan tidak tertarik untuk menanggapi dua insan yang selalu memiliki akal bulus untuk menjatuhkan musuhnya. “Lo kan udah malak yang lain. Kenapa lagi mau malakin gue,” jawabnya ketus.

“Kita gak malak kok. Kita akrab banget, ya ‘kan? Makanya gue minta uang lo, hitung-hitung buat nolongin teman juga.” Dengan ramah, lelaki yang mengenakan kaus lengan pendek memberikan alibi dengan nada akrab.

“Gak butuh teman kayak lo,” jawab Rama yang mengakhiri dengan memutar bola mata. Dihampiri mereka membuat suasana hatinya memburuk, karena dia tahu reputasi mereka di kampus ini. Mereka sangat terkenal sebagai pemalak uang orang lain.

Tanpa aba-aba dan tanpa menunggu izin Rama, lelaki jaket denim segera memasukkan tangannya ke saku celana Rama yang membuat lelaki itu tersentak.  Tidak hanya satu orang, namun lelaki kaus lengan pendek juga ikut merogoh saku di celana sisi kanan. “Lo mau ngapain, anjir!” bentak Rama yang mulai memberontak dan ingin melepaskan diri.

Tidak butuh waktu lama, sebuah dompet berbahan kulit muncul dari tangan lelaki jaket denim yang mengulurkannya ke atas kepala. Sedangkan mata lelaki kaus lengan pendek itu berbinar-binar ketika menyaksikan dompet kulit yang diidamkan muncul di depan mata. Seperti menyambut kotak harta karun yang terkubur di dasar laut selama tenggelam beberapa tahun.

“Makasih ya, Ram!”

“Jumpa lagi, Brodi!”

“Kembaliin dompet gue, jir!” Rama yang tidak bisa sabar lagi meluapkan emosinya. Dia juga tadi meninggikan suara, namun terlambat. Dua insan yang berbuat semuanya itu sudah berlari menjauh. Rama menggelengkan kepala dan mengembuskan napas. Dia sadar kalau dia tidak bisa membiarkannya begitu saja. Dia harus memberi mereka pelajaran. “Bangsat banget mereka,” gerutunya dengan berkacak pinggang.

Dua mahasiswa itu kemudian berhenti setelah merampas dompet Rama. Mereka saat itu sedang membagi-bagikan uang hasil curiannya dari dalam dompet kulit yang tidak banyak dimiliki orang lain seperti Rama. Seperti yang sering terjadi, mereka kembali berdebat untuk memperebutkan uang yang tersisa. Kali ini, adu mulut mereka tampak lebih serius dan lebih intens dibandingkan yang tadi.

Sedetik kemudian, tiba-tiba saja ada angin kencang yang berembus namun terjadi dalam satu detik saja. Bersamaan dengan itu, uang yang ada di tangan masing-masing juga mendadak menghilang. Tidak hanya itu, dompet Rama juga hilang padahal sudah digenggam dengan erat. Tiba-tiba saja benda itu menghilang tanpa jejak.

“Heh, dua orang goblok!”

Seruan yang berasal dari tempat yang tidak jauh dengan keberadaan mereka membuat keduanya menoleh. Tahu-tahu saja, Rama sudah berada di depan mereka sambil mengulurkan dompet kulit miliknya ke udara untuk mempermainkan mereka. Tidak ada yang tahu sejak kapan lelaki bermata bundar itu berpapasan dengan mereka setelah kabur tadi. Mereka juga tidak tahu sejak kapan dompet tersebut ada di tangannya.

“Lo mau cari mati ya!” bentak lelaki kaus lengan pendek yang mulai meninggikan suara. Sangat jauh berbeda dengan nada ramahnya tadi yang kedengaran sok akrab.

“Ayo, sini! Lo pikir gue takut,” balas Rama yang semakin menantang lelaki tersebut. Dia juga menyunggingkan senyum manis. Tidak ada yang perlu ditakuti, makanya dia menatap mereka dengan berani.

Dua orang itu berlari dan mengejar Rama dengan wajah kesal, namun sampai jaraknya semakin dekat pun Rama tidak bergerak sama sekali. Dia hanya tersenyum dan diam-diam menertawakan mereka. Saat jarak mereka semakin dekat, tiba-tiba posisi Rama semakin jauh dari dua insan itu. Hal itu membuat mereka kebingungan.

Bagi manusia lain, Rama bukan orang biasa. Dia memiliki kemampuan berlari dalam waktu singkat. Dia bisa berlari keliling lapangan sepak bola sebanyak satu kali selama tiga detik. Oleh karena itu, kemampuan itu bisa dia gunakan jika ingin menghindari mereka yang tidak pernah mengenal kata kapok merampas hak milik orang lain.

*

“TOLONG!”

Teriakan seorang wanita menggema di bahu jalan pusat kota, bersamaan dengan warga kota yang panik karena baru saja menyaksikan seorang pria yang mengendarai motor matic melaju di jalan kota. Tidak terkecuali juga Rama yang sedang mengejar pria tersebut dengan kemampuannya.

Wanita itu baru saja dijambret pria bermotor tadi. Tas tangan yang ada di tangan pria tersebut menjadi bukti. Makanya Rama yang mendengar teriakan tadi dan juga menyaksikan kejadian itu mengejarnya tanpa henti. Sementara itu, pria bermotor heran saat mengamati ada sosok tak kasat mata namun semakin dekat dengannya. Oleh karena itu, dia mengebut dan melaju di jalan kota.

Pria itu tidak sadar kalau ada gadis berambut pendek yang akan melintasi jalur penyeberangan. Motornya melaju, namun bola matanya mengarah ke kaca spion. Rama juga kebetulan melihat kejadian itu. Dia berhenti mendadak, tadinya untuk memperingatkan gadis di depan sana. “AW―”

Sudah terlambat. Tabrakan di depan matanya terjadi dan tidak bisa dielakkan lagi. Tetapi sudah jelas ada yang aneh. Motor itu terpental jauh di jalan besar, bersama pengedaranya yang ikut terseret di jalan aspal. Akibatnya, penjambret itu merintih kesakitan. Rama yang menyaksikan pemandangan aneh itu membelalakkan mata.

Sementara itu, gadis rambut pendek yang ditabrak tampak baik-baik saja. Dia tidak terpental, bahkan tidak terluka sama sekali. Dia bahkan mendekati pria tadi yang tidak sanggup bangkit setelah punggungnya terhempas di aspal. “Ya ampun. Maaf ya, Om. Om gak apa-apa ‘kan? Sakit gak? Luka-luka gak?” ucapnya dengan khawatir.

“Gak apa-apa kata lo? Ini tulang gue hampir remuk nih dan lo bilang gak apa-apa?” gerutu penjambret tadi dengan nada hampir meninggi. Dia kemudian merintih lagi karena punggungnya hampir saja terbelah dua.

Gadis rambut pendek itu segera membuang muka dan memutar bola mata dengan wajah kesal. “Ya elah, padahal gue udah berbaik hati pengen nolongin dia. Ngerusak mood gue aja,” rutuknya dengan nada sebal. Dia kemudian menatap pria itu dengan tajam. Tangannya terulur ke kerah baju yang dikenakan. Dengan satu tangan, dia mengangkat tubuh pria itu sampai kakinya tidak jejak lagi. Kemudian melemparkan tubuhnya seperti melempar bantal tidur.

Mengamati kejadian itu dari seberang bahkan sampai gadis itu melempar tubuhnya, Rama menutup mulut rapat-rapat. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk tegar, namun kakinya yang tidak mau mengikuti kata hati. Kakinya melemah dan dia terduduk lemas di bahu jalan. Sulit baginya untuk mencerna semua yang terjadi dalam satu waktu.

Dia sadar bahwa selain dirinya, ada orang lain yang bukan manusia biasa sepertinya. Dia baru saja bertemu dengan orang paling kuat di dunia.

Gadis rambut pendek itu kemudian menggendong pria itu dan membawanya ke Rama. Lelaki itu masih tidak bisa bangkit, bahkan dia juga berniat kabur tapi kakinya tetap tidak mau mengikuti kata hati.

“Ini yang jambret tadi ‘kan?” tanya gadis rambut pendek begitu dirinya berhenti di dekat Rama. Tanpa jawaban, lelaki itu hanya menganggukkan kepala. “Kalau gitu, ayo bawa dia ke kantor polisi. Lo juga tolong bawa orang yang dijambret tadi, ya.”

“B … baik,” jawab Rama terbata-bata karena masih tidak terbiasa. Detak jantungnya dari tadi tidak bisa tenang. Napasnya juga masih berusaha ditenangkan. “Ngomong-ngomong, na … nama lo siapa? Gu … gue Rama.”

Gadis itu tersenyum ramah. Senyumannya tampak manis dan cerah di mata orang lain. “Gue Jeslyn,” jawabnya yang memperkenalkan diri.

*

Dari balik gerbang sebuah kantor polisi yang letaknya di depan pasar, Jingga mengintip dua insan yang baru saja keluar dari gedung. Jika dilihat lebih dekat, orang yang dilihatnya adalah Jeslyn dan Rama yang mengobrol tentang bermacam-macam hal. Gadis itu penasaran dengan sosok yang mirip dengan sosok yang dilihatnya di kilasan masa depan yang muncul beberapa kali.

Dapat disimpulkan oleh pikiran dan akal sehatnya kalau mereka sama persis dengan orang yang dilihat dalam mimpi. Jingga akhirnya bertemu dua orang yang nyata.

***

Related chapters

  • Alkisah Bunga Teratai    4. Kekuatan ini menggangguku

    Di supermarket yang ada di bagian Jakarta bernama Batavia Market, Jingga yang berada di sana mengikuti punggung seseorang di belakang. Tujuan dia datang ke sini adalah karena permintaan ibu. Menjelang sore, dia diminta pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan dapur yang sudah habis atau hampir habis. Karena barang yang dibeli tidak hanya berjumlah satu buah saja, dia mengendarai motor matic yang selalu diparkir di garasi rumah bersama sebuah mobil.Tempat ini setiap hari selalu ramai. Apalagi kalau menjelang malam, maka padatnya tidak akan terkira. Jingga juga sudah mengantisipasi kejadian itu, makanya dia keluar sebelum malam. Kalau ditunda sekarang juga, kemacetan di jalan tidak akan bisa dihindari.Kini, sang puan berada di rak bagian minyak goreng dengan membawa keranjang berisi bawang putih. Dia diminta untuk membeli minyak goreng ukuran sedang, namun ukuran yang dicari sekarang tidak terlihat di depan mata. Satu rak panjang itu tetap menjadi fokus utama.Niatnya, dia ingin

    Last Updated : 2023-02-04
  • Alkisah Bunga Teratai    5. Apakah terasa sakit seperti ini?

    Sebuah mobil berwarna putih diparkir di halaman depan rumah yang besar dan hanya memiliki satu lantai saja. Seorang laki-laki yang mengenakan kemeja putih dimasukkan dalam celana baru saja keluar dari mobil yang dikendarainya. Di tangan, dia membawa sebuah keranjang berisi buah-buahan segar yang dibeli sebelum ke sini. Langkah kakinya menuju ke arah pintu rumah yang saat ini tertutup rapat. Dari luar, rumah itu seperti tidak berpenghuni. Lelaki itu berhenti di depan daun pintu. Satu tangannya kemudian menekan bel yang sejajar dengan gagang pintu. Bel berdering tiga kali yang bisa didengar dari dalam rumah. Dia hanya menunggu pemilik rumah yang membukakan pintu untuknya. Dia sangat yakin kalau pemilik rumah pasti ada di naungannya. Tidak lama kemudian, gagang pintu bergerak. Pintu terbuka setengahnya, kemudian muncul seorang laki-laki hidung mancung yang kelihatan dari balik pintu. Rupa wajahnya hampir seiras dengan lelaki yang mengenakan kemeja putih tersebut. Jika d

    Last Updated : 2023-03-12
  • Alkisah Bunga Teratai    6. Rencana lain? Nope!

    Menempuh seribu langkah dengan berlari dan membawa perasaan yang tidak tenang, Jingga menyusuri bahu jalan sambil sesekali memutar arah kepala ke belakang. Dia sedang panik dan butuh diselamatkan seseorang yang berbaik hati menawarkannya bantuan. Napasnya juga tersengal-sengal karena harus menggunakan energinya lebih sering.Sepertinya ide untuk meminta bantuan akan terasa sia-sia saja jika dilakukan. Suasana di kota sekarang amat sepi dan mencekam. Tidak ada orang, tidak ada kendaraan darat, bahkan tidak ada toko yang buka. Kota ini tampak seperti kota mati yang tidak dihuni warganya karena pindah ke daerah lain.Alasan gadis itu berlari seperti dikejar anjing adalah karena sosok yang sedang mengejarnya di belakang. Ketika pandangannya berputar lagi ke arah belakang, sosok bertudung hitam dari atas kepala hingga ujung kaki mengejarnya. Tanpa mengenal kata ampun pula padahal gadis itu sudah merasa lelah. Dia tadinya ingin berhenti dan menyerahkan diri, namun kala melih

    Last Updated : 2023-03-13
  • Alkisah Bunga Teratai    7. Benar-benar pertemuan

    Pemandangan yang gelap gulita beberapa saat sebelumnya perlahan semakin terang, hingga menyilaukan mata. Bersamaan dengan itu, terdengar suara langkah kaki yang disertai suara pijakan ranting kayu. Suara itu muncul bersamaan hingga kesadaran seseorang terpanggil kembali.Jingga membuka dua mata dan menyesuaikan diri dengan cahaya. Dia yang mencoba mengumpulkan kesadarannya baru saja menyadari kalau kepalanya tadi bersandar di bahu seseorang. Melihat ke arah samping, dia mendapati Jeslyn yang saat itu sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya.Masih membawa rasa penasaran, Jingga memutar kepala ke belakang. Bukan hanya dirinya saja, tapi dia bersama enam orang yang terjebak di lapangan terbuka bahkan tidak tahu keberadaannya. Ada Irene, Rama, Devin, Alden dan seorang gadis dengan baju lengan panjang. Persis di dalam mimpi.Di lapangan ini dibatasi beragam pohon bercabang seperti hutan. Mereka yang tidak mengenal satu sama lain sudah jelas kebingungan. Mereka jug

    Last Updated : 2023-03-14
  • Alkisah Bunga Teratai    8. Teman masa kecil

    Menyusul Jingga yang masih membawa kantung kertas di belakang, Alden yang menjelang sore itu berada di kawasan Perumahan Nusantara. Setelah pertemuan tidak biasa yang terjadi di lapangan terbuka beberapa saat sebelumnya, lelaki yang bahunya sama tinggi dengan puncak kepala Jingga menawarkan diri untuk pulang bersama. Ketika ditanya, alasannya adalah dia ingin mengunjungi rumah sang puan dan bertemu orang tuanya.Alasan lain yang lebih masuk akal sebenarnya adalah dia ingin melihat-lihat keadaan perumahan itu sekarang. Sekaligus bernostalgia dan mengingat kenangannya yang pernah tinggal di sini waktu kecil. Dia lahir dan dibesarkan bersama lingkungan sekitar dan warga Perumahan Nusantara. Oleh karena itu, dia bisa berteman akrab dengan Jingga sampai masuk SMP.Seperti sekarang saat membuntuti sang puan di belakang. Dia sedang mengedarkan pandangan ke arah sekitar. Selama pengamatan, dia sadar kalau kondisi perumahan ini sudah jauh berbeda dibandingkan keadaan beberapa t

    Last Updated : 2023-03-15
  • Alkisah Bunga Teratai    9. Sepertinya karena dia

    Saat jarum pendek jam dinding menunjuk ke angka empat dan jarum panjang naik sedikit dari angka sembilan, Devin baru saja keluar dari kamar kecil di dalam ruang tidurnya. Dia yang sendirian sedang melangkahkan kaki menuju cermin yang berada di sebelah lemari. Melalui pantulan cermin, dia melihat bayangan dirinya yang kini dengan sorot mata cerah dan bibir yang tidak kering. Mirip seperti bunga yang baru mekar.Dia saat ini tinggal sendirian di dalam rumah. Kevin yang biasa menemaninya saat sang kepala keluarga di luar kota tidak terlihat untuk sementara waktu. Dia juga baru saja mendapat kabar kalau besok ayahnya pulang, dan besok juga Kevin harus pulang ke Bekasi.Dia yang sedang bercermin sekarang menatap bayangan dirinya dengan wajah bingung. Ada yang berbeda dan itu membingungkan pikiran yang mungkin butuh waktu lama untuk bisa mencerna segala kejadian. Dia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, makanya saat keluar dari kamar mandi tadi dia butuh jawaban pasti.

    Last Updated : 2023-03-16
  • Alkisah Bunga Teratai    10. Dia misterius

    Pulang dari halte bus, Jingga sedang dalam perjalanan pulang menuju rumahnya yang terletak di komplekas perumahan persis di pusat kota. Bagi warga Jakarta, mencari tempat tinggal dengan harga yang terjangkau bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Semuanya bisa ditemukan dengan mudah, dibantu pula dengan internet yang semakin canggih. Di perumahan itu sendiri, hampir semua kepala menitipkan anggota keluarga. Bulan depan pula mereka akan kedatangan tetangga baru.Setelah mengantarkan Alden ke pemberhentian bus, dia langsung pulang ke rumah tanpa memikirkan tujuan lain. Di dalam kepala, dia sudah membayangkan apa yang akan dilakukan. Hal yang paling utama adalah mandi dan membersihkan diri setelah berada di luar rumah hampir seharian. Dia juga sudah memikirkan kalau dia akan tidur sebentar setelah mandi. Membayangkan rencana indah itu membuat jantungnya berdebar dan tidak sabar menanti.Dia yang sudah masuk ke halaman depan rumah mengulurkan tangan ke arah gagang pintu yan

    Last Updated : 2023-03-17
  • Alkisah Bunga Teratai    11. Pengenalan minggu pertama

    Lapangan terbuka yang dikelilingi deretan pohon bercabang banyak menjadi tujuan kedatangan tujuh pemuda yang diundang langsung oleh Sagara. Tempat ini adalah tempat yang sama saat mereka dipaksa melawan sosok jubah hitam dan berwajah menyeramkan yang juga dibawa oleh Sagara. Mereka duduk bersebelahan sembari menunggu insan yang belum kelihatan batang hidungnya.Lapangan ini terletak di pinggir kota Jakarta. Bagi mereka yang tinggal di pusat kota, mereka harus naik bus untuk bisa sampai ke pemberhentian terdekat dari lapangan dan berjalan kaki. Tempat ini bisa disebut sebagai tempat yang sepi dari penduduk pinggiran. Jarang ada yang mengetahuinya dan lebih bisa disebut sebagai tempat terbengkalai.Untuk saat ini, Sagara belum kelihatan dan mereka sedang menunggunya. Selagi menunggu, mereka berkenalan dengan masing-masing kepala dan menanyakan nama. Termasuk juga berkenalan dengan gadis yang mengenakan baju lengan panjang bernama Mentari. Setelah itu, mereka mengobrol ba

    Last Updated : 2023-03-18

Latest chapter

  • Alkisah Bunga Teratai    156. Salam perpisahan

    Dalam rangka merayakan berbagai hal yang telah terjadi satu minggu belakangan ini, anggota Fantasy Club mengundang Sagara dan Caraka untuk hadir pada acara makan malam di sebuah restoran bintang lima. Tempat ini diundang khusus oleh Rama yang ingin menghabiskan waktu dengan kemewahan, serta dia juga kenal pemiliknya. Papanya berteman baik dengan pemilik restoran. Oleh karena itu, dia bisa datang kapan saja yang dia inginkan.Di tengah-tengah mereka, ada juga Leo yang duduk di sebelah Irene dan sedang mengobrol bersama Irene. Kini, sang puan sudah resmi menjadi kekasihnya dan hal itu tidak perlu ditutupi lagi. Mereka juga sebentar lagi akan melangsungkan resepsi pernikahan yang diadakan di Hotel Sanjaya, hotel bintang lima yang sering menjadi tempat pesta pernikahan. Mereka juga diundang agar datang. Makanya mereka berkumpul salah satunya merayakan kabar tersebut.Di antara anggota Fantasy Club, Irene menjadi orang pertama yang akan memiliki pasangan sehidup semati. Tid

  • Alkisah Bunga Teratai    155. Tanpa sengaja confess

    Jingga yang mengikuti jejak berdasarkan penglihatan masa lalu kini berakhir di halaman belakang SMA Bina Bangsa. Dia mendadak berhenti di sana karena tidak melihat apa pun lagi yang bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan Leo. Di situasi seperti ini, dia harus memutar otak untuk menemukan berbagai macam cara yang digunakan Willy, orang yang memiliki kemampuan bayangan.Untuk kali ini, dia menemukan titik buntu. Menyentuh apa pun tidak membantu. Dia sudah mencobanya sendiri dengan menyentuh seluruh permukaan yang menjadi saksi bisu. Di sini, hampir tidak ada benda mati kecuali tumbuhan dan hewan kecil.“Gue pasti kelewatan sesuatu,” tuturnya berbicara sendiri. Dia yakin pasti ada yang dia lewatkan, hanya saja dia tidak sadar. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari kembali.Di tengah pencarian, dia mendengar suara hewan mengaum yang memiliki suara menggelegar datang dari arah seberang. Dia menoleh sebentar dan berhenti melakukan pencarian untuk

  • Alkisah Bunga Teratai    154. Leo dalam bahaya

    Aroma embun pagi yang masih menguar kala mentari masih seperempat di ufuk timur akan terasa lengkap jika bersama satu cangkir kopi. Oleh karena itu, Leo yang baru hadir di kantor guru ingin menemani hari bersama kopi. Selain menjadi pasangan yang cocok untuk menghabiskan waktu, kopi juga bisa menambah energi walau tidak banyak seperti satu cangkir minuman gandum.Setelah menyapa beberapa guru yang berada di meja untuk guru piket, dia melangkahkan kaki menuju dapur kecil yang letaknya ada di sebelah ruang staf TU. Ruang itu diapit juga oleh tangga yang membawa murid SMA Bina Bangsa ke lantai dua di mana ada ruang kelas. Selain guru, dia juga membalas sapaan para murid yang kebetulan lewat di sana.Mengulurkan tangan ke gagang pintu, dia mendorong pintu ke depan lalu masuk tanpa pikir dua kali. Punggungnya menghilang dari balik pintu ketika pintu ditutup. Di saat itu, dia mendadak berhenti di tempat. Matanya membulat dan membeku. Dia tampak tidak bisa berkata-kata ketika

  • Alkisah Bunga Teratai    153. Meyakinkan duplikat sendiri

    Gara-gara Devin yang mendadak tumbang seperti pohon, latihan pada sore ini berakhir dengan cepat. Dia dibawa ke dalam rumah Sagara, tepatnya di sebuah ruangan gelap yang hampir tidak memiliki celah udara. Dia kembali ke tempat ini lagi setelah berkunjung beberapa bulan sebelumnya dengan masalah yang hampir sama.Dia yang harus ditangani sudah duduk dengan meluruskan kaki di kursi relaksasi yang telah disediakan. Caraka yang bertugas menanganinya duduk di kursi kecil yang terletak di samping kursi relaksasi. Lelaki itu sedang dilakukan pemijatan agar dia mengantuk dan dibawa ke dunia alam bawah sadar. Mereka akan berhasil terhubung jika Devin sudah memejamkan mata dan tidur.Sementara itu, anggota Fantasy Club beserta Leo memperhatikan proses tersebut dari luar. Mereka bisa melihat dengan jelas melalui kaca tembus pandang. Sagara juga ada di luar sekaligus untuk mengawasi mereka. Walau latihan telah berakhir, tetapi mereka belum pulang ke rumah masing-masing. Mereka mal

  • Alkisah Bunga Teratai    152. Terang-terangan

    Satu hari setelah memulai hubungan, Rama dan Jeslyn tidak ragu menunjukkan bagaimana perasaan mereka di depan orang lain. Bahkan mereka secara terang-terangan saling menggenggam tangan saat baru muncul di halaman belakang rumah Sagara untuk latihan. Aksi itu tentu saja mengundang atensi anggota lain yang melihat langsung dengan mata sendiri.Di detik itu juga, mereka berseru dengan berbagai macam reaksi. Ada yang senang, namun ada juga yang mengejek. Gara-gara itu, Sagara dan Caraka juga ikut memperhatikan hal macam apa yang terjadi. Leo juga mengalihkan pandangan ke arah yang sama.“Dih! Dalam rangka apa nih pegang-pegangan tangan?” seru Jingga yang tidak pernah mengenal kata kalem, apalagi ketika melihat sesuatu yang menarik di depan mata. Dia sebagai orang pertama yang melihat kejadian langka selama bertemu adalah orang pertama yang juga memberi celetukan.“Jangan bilang dalam rangka 17-an,” celetuk Alden yang menyambut dengan baik pen

  • Alkisah Bunga Teratai    151. Rasa sayang

    Berkat bertemu Purnama yang mengenalkan diri sebagai senior Fantasy Club, Devin kini dibawa ke ruko milik pria itu. Dia juga diminta untuk berbaring di kasur yang telah disediakan pemilik rumah supaya bisa memulihkan diri. Untung saja, kejadian di pasar malam tadi tidak menimbulkan kehebohan bagi warga sekitar. Semuanya seolah-olah sudah lupa dalam waktu singkat. Seolah-olah juga tadi tidak ada kejadian aneh.Sepanjang jalan, Purnama memperkenalkan diri dan memberi tahu semua identitas pribadi yang tidak diketahui orang lain. Sebagai anggota Fantasy Club, dia juga memberi tahu kekuatannya. Dia bisa memindahkan orang ke dimensi lain dengan keadaan yang sama. Sagara juga pernah meminta bantuannya saat mengumpulkan mereka setahun yang lalu. Makanya mereka bisa bertemu.Sementara Mentari yang ada di samping Devin tidak berniat meninggalkannya. Dia menggenggam tangan lelaki itu dengan erat, walau Devin tadi sudah meminta agar tidak khawatir. Akan tetapi, tetap saja sang pua

  • Alkisah Bunga Teratai    150. Kejadian tak terduga

    Berdasarkan rencana yang telah disusun beberapa menit sebelum acara, Devin dan Mentari sudah berada di dalam mobil yang dikendarai sendiri oleh Devin dari rumah. Dia sudah mengantongi izin dari papanya dan sudah memberi alasan jelas pula. Makanya dia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dan sampai minta izin kepada sopir pribadi papanya. Dia bisa membawa mobil itu dengan bebas, asalkan sudah ada tujuan dari awal.Berada di perjalanan, mereka rencananya ingin menghabiskan waktu di pasar malam. Kebetulan di akhir pekan ini tidak ada pertemuan lagi dengan anggota Fantasy Club. Juga mereka punya banyak waktu kosong. Oleh karena itu, mereka memutuskan berkencan di sana sampai menjelang tengah malam.Mengisi keheningan, Devin yang menyetir sedang menggumamkan lagu yang diputar melalui pemutar musik bawaan dari mobil. Dia tampaknya hafal keseluruhan nada dari lagu tersebut, walau ada yang sumbang. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Sorot matanya juga pada sore ini tampak cer

  • Alkisah Bunga Teratai    149. Gak boleh pisah

    Selama lebih kurang 2 jam latihan untuk meningkatkan kemampuan, latihan itu sebentar lagi akan berakhir. Oleh karena itu, Sagara meminta mereka semua berkumpul di satu tempat untuk menyampaikan beberapa patah kata sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Mereka yang juga tidak memiliki hal lain lagi ikut berbaris.“Sejauh yang kuamati, latihan kalian tadi sudah bagus. Hanya saja kalian perlu mengasah kemampuan itu lagi. Tadi aja masih ada yang kurang sampai aku harus turun tangan,” ujar Sagara menerangkan kesimpulan latihan pada sore ini. Mereka yang mendengar hal itu hanya diam dan ikut menyimak. “Sebelum itu, aku minta kalian jangan pulang dulu. Ada yang ingin kusampaikan,” tambahnya. Secara tidak langsung juga, dia meminta mereka duduk dan berkumpul di satu tempat.Tanpa pikir panjang, anggota Fantasy Club duduk kembali untuk mendengar apa yang ingin disampaikan Sagara. Di belakangnya, ada Leo yang ikut menyimak pembicaraan mereka walau

  • Alkisah Bunga Teratai    148. Jangan terpancing

    Sekolah baru saja berakhir saat matahari berada di sudut 30 derajat dari ufuk barat. Terlihat para murid SMA Bina Bangsa baru saja keluar dari gedung dan melangkahkan kaki ke pintu gerbang. Mereka akan pulang ke rumah masing-masing setelah seharian berada di sana dan mengikuti mata pelajaran dari awal. Ada yang menggunakan sepeda motor, namun ada juga yang jalan kaki karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh.Termasuk juga para guru yang keluar paling belakangan. Mereka menunggu sampai sekolah sepi, baru mereka bisa keluar. Sudah ada satpam juga yang mengatur keramaian dan mengawasi agar tidak terjadi kemacetan. Biasanya di saat seperti ini, jalan akan macet karena ramai.Mengikuti barisan para guru, ada Leo juga yang baru bisa keluar setelah sekolah hampir sepi. Dia pulang dengan bus, makanya dia harus jalan kaki ke halte. Menempuh perjalanan itu tidak membutuhkan waktu lama. Kira-kira butuh waktu selama 5 menit dimulai keluar dari gerbang.Berjalan kaki sambi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status