Ruangan yang sebelumnya terang perlahan-lahan kembali gelap. Udara di dalam kuil berubah dingin, menusuk hingga ke tulang. Zhen menggenggam tangan kanannya, mencoba merasakan kekuatan baru yang mengalir deras di dalam tubuhnya."Ujian kekuatan sejati?" gumam Zhen, menoleh ke Lin Hai.Lin Hai hanya tersenyum tipis, lalu melangkah mundur. "Ini waktumu, Zhen. Ujian terakhir adalah milikmu sepenuhnya."Bayangan hitam itu kembali muncul di tengah ruangan, kali ini dengan bentuk yang lebih jelas. Sosoknya menyerupai seorang pria berjubah panjang dengan mata merah menyala. Suaranya menggema, membawa aura intimidasi yang luar biasa."Zhen, ujian terakhir ini bukan hanya soal kekuatan fisik. Kau akan menghadapi lawan yang setara denganmu. Ingat, hanya mereka yang memiliki kehendak kuat yang bisa bertahan," ujar bayangan itu.Seketika, lantai di bawah kaki Zhen retak, membentuk sebuah lingkaran bercahaya yang menyelimuti tubuhnya. Zhen merasakan tekanan luar biasa yang membuatnya hampir jatuh.
Keluar dari kuil, Zhen disambut oleh angin dingin yang membawa aroma tanah basah. Langit mendung, seperti mencerminkan suasana hatinya yang penuh dengan beban tanggung jawab baru. Pedang emas itu kini tersampir di punggungnya, terasa seperti bagian dari tubuhnya sendiri.Lin Hai berjalan di samping Zhen dengan tenang. Namun, ekspresinya serius, seolah ia tahu apa yang akan datang.“Zhen,” kata Lin Hai tiba-tiba, memecah keheningan. “Ada sesuatu yang harus kau ketahui.”Zhen meliriknya. “Apa itu?”Lin Hai berhenti berjalan, menatap langsung ke mata Zhen. “Ujian di kuil tadi bukan hanya untukmu. Itu juga panggilan bagi mereka yang ingin menghentikanmu.”“Siapa mereka?” Zhen mengernyit.Lin Hai menghela napas panjang. “Sekte Bayangan Darah sudah mengetahui keberadaanmu. Mereka tahu kau berhasil melewati ujian ini, dan mereka tidak akan diam saja. Mereka akan mengirimkan pemburu terbaik mereka untuk menghentikanmu.”Zhen mengepalkan tinjunya. “Biarkan mereka datang. Aku tidak akan mundur.
Udara malam terasa dingin di Gunung Langit Putih. Bintang-bintang yang bersinar di atas hanya sedikit menerangi jalan setapak berbatu yang dipenuhi salju tipis. Zhen berdiri di tepi lembah, tubuhnya diliputi rasa letih usai pertarungannya dengan Hu Jiao. Namun, tekadnya tetap menyala.“Hampir sampai,” gumamnya pelan, menatap puncak gunung yang masih tertutup kabut. Di sanalah ujian terakhir menunggunya.Langkah kaki terdengar dari belakang. Zhen segera berbalik, pedangnya siap di tangan. Namun, yang ia lihat hanyalah Lin Hai yang muncul, tubuhnya penuh luka tapi senyumnya tetap terukir.“Kau masih hidup?” Zhen bertanya, setengah lega dan setengah terkejut.Lin Hai mengangguk pelan, meski darah membasahi pakaiannya. “Mereka pikir aku terlalu lemah untuk dikejar. Kurasa itu keberuntunganku.”Zhen tertawa kecil, meski rasa khawatir tetap ada di wajahnya. “Kau seharusnya tidak memaksakan diri. Luka-lukamu cukup parah.”“Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian,” jawab Lin Hai,
Zhen berdiri di depan altar, jantungnya berdebar kencang. Cahaya dari inti kekuatan di atas altar itu seperti memanggilnya, menggetarkan setiap serat tubuhnya. Namun, ia tidak gegabah. Ia tahu bahwa kekuatan sebesar itu tidak akan diberikan begitu saja.Lin Hai berdiri beberapa langkah di belakang, menatap Zhen dengan waspada. "Kau yakin tidak ada jebakan di sana?" tanyanya ragu.Zhen hanya mengangguk tanpa menoleh. "Tidak peduli apa yang terjadi, aku harus mengambilnya. Ini adalah kunci untuk menghadapi Sekte Bayangan Darah."Ketika Zhen melangkah lebih dekat ke altar, udara di sekitarnya tiba-tiba menjadi berat. Cahaya yang menyilaukan berubah menjadi bayangan pekat, melingkupi ruangan."Berhenti!" suara dalam yang menggema memenuhi ruangan, membuat Zhen berhenti melangkah.Sebuah sosok besar muncul dari bayangan. Itu adalah seekor naga hitam dengan mata merah menyala, tubuhnya begitu besar hingga memenuhi hampir seluruh ruangan. Suara langkah kaki naga itu mengguncang tanah, membua
Zhen mengangkat tangan, menatap inti kekuatan yang kini berada di genggamannya. Rasanya, seperti ada dunia baru yang terbuka untuknya. Namun, meski kekuatan itu mengalir begitu deras dalam tubuhnya, ada perasaan tidak nyaman yang muncul, seolah ada sesuatu yang mengawasi gerak-geriknya."Zhen... hati-hati," suara Lin Hai terdengar khawatir, namun Zhen tidak mengalihkan pandangannya dari cahaya yang bersinar di tangannya.Tiba-tiba, suara gemuruh menggetarkan ruangan. Dari kedalaman bawah tanah, tanah mulai bergetar, dan seberkas cahaya merah menyala terang dari celah-celah batu. Zhen merasakan sesuatu yang asing, kekuatan yang sama sekali berbeda."Dunia ini tidak akan membiarkanmu begitu saja mencapai puncak!" teriak suara yang dalam dan penuh amarah. Sesosok bayangan raksasa muncul, tubuhnya terbuat dari serpihan batu dan api, dengan mata yang berkilau penuh kebencian. Sosok itu menatap Zhen dengan tatapan yang membuat udara di sekitarnya terasa semakin panas."Siapa kau?" Zhen bert
Kegelapan itu semakin mendekat, melingkupi seluruh ruang dengan bayangan yang tidak bisa digambarkan. Zhen merasakan tekanan yang begitu berat, seolah setiap helaan napasnya semakin mengikat tubuhnya. Ia tahu, ini bukan lagi sekadar pertarungan untuk merebut inti kekuatan—ini adalah ujian yang lebih besar."Tunggu... ada yang aneh," kata Lin Hai, matanya menatap sekeliling dengan cemas.Zhen menatapnya, merasakan ada sesuatu yang salah. Suara-suara dari bayangan itu semakin keras, seolah ada sesuatu yang mengendap, siap untuk menyerang."Apa maksudmu?" tanya Zhen, suaranya tetap tenang meski rasa waspada mulai merasuki seluruh tubuhnya.Lin Hai menunjuk ke arah bayangan yang mulai bergerak lebih cepat. "Lihat itu... mereka bukan hanya bayangan. Ada sesuatu yang mengendalikan mereka."Zhen berfokus, matanya menelusuri setiap gerakan di sekitarnya. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang tak terduga. Sebuah sosok besar muncul dari dalam kegelapan—seperti tirani dari dimensi lain, dengan aur
Zhen terhuyung-huyung, tubuhnya hampir tak mampu menahan tekanan dari kekuatan yang baru saja meledak dalam dirinya. Rasanya seperti seluruh alam semesta sedang menghadapinya, menarik semua energi yang ada di sekitar tubuhnya."Apa yang... terjadi?" Zhen berusaha menstabilkan napasnya, namun mulutnya terasa kering. Inti kekuatan yang berada di tangan kirinya berkilauan, seolah merespon apa yang terjadi.Makhluk besar di hadapannya, yang kini muncul lebih jelas dalam kegelapan yang pekat, menatapnya dengan mata merah menyala. Matanya seakan bisa menembus langsung ke jiwanya."Begitu mudah, begitu cepat...," suara itu bergema, penuh dengan rasa ketidakpercayaan. "Kekuatan ini... tidak seharusnya milikmu. Kau tidak siap."Zhen tidak bisa berbicara, napasnya terengah-engah, dan tubuhnya terasa seperti sedang diserang oleh ribuan jarum energi. Tapi satu hal yang jelas, ia tidak bisa mundur. Jika ia mundur sekarang, segalanya akan berakhir.Tiba-tiba, tubuh makhluk itu mulai berubah, bagian
Zhen merasakan tubuhnya gemetar hebat, setiap serat ototnya menahan tekanan yang luar biasa. Inti kekuatan di tangannya kini terasa seolah bukan lagi miliknya. Kekuatan itu tidak hanya mengalir, tetapi membebani, menghancurkan segala penghalang di dalam dirinya. Namun, ia tahu, ini adalah titik balik—pertarungan yang menentukan.Lin Hai mendekat, melangkah hati-hati, wajahnya serius. "Zhen, kau harus bertahan! Jangan biarkan kegelapan itu mengendalikanmu!" teriaknya, suaranya penuh khawatir.Zhen menggenggam pedangnya erat-erat. "Aku tidak akan mundur, Hai. Aku tidak akan membiarkan kekuatan ini menguasai hidupku." Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, memusatkan energi yang ada di dalam tubuhnya, berusaha menyalurkan kekuatan inti yang kini mengalir deras.Tiba-tiba, bayangan besar itu melingkupi tubuhnya, seakan dunia di sekitarnya terhimpit dalam keheningan yang menekan. Zhen menatap makhluk itu dengan mata yang berkilauan. Naga hitam raksasa itu kembali muncul, tetapi kali ini, b
Suasana setelah kepergian Huoyun Zhe begitu mencekam. Xu Tianyuan dan Bai Wushang, yang sebelumnya hampir saling membunuh, kini berdiri dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.Zhen menatap ke arah langit yang perlahan kembali tenang. Peringatan Huoyun Zhe tentang Sekte Langit Hitam bukan sekadar ancaman biasa. Jika benar mereka telah kembali, maka seluruh dunia kultivasi akan terguncang.Guo Lian melangkah mendekati Zhen, suaranya dipenuhi kewaspadaan.> Guo Lian: "Apa yang akan kau lakukan sekarang? Jika Sekte Langit Hitam benar-benar bangkit, maka kita harus segera mengambil tindakan."Zhen menatap ke kejauhan sebelum menjawab.> Zhen: "Aku akan melanjutkan pelatihanku. Jika ingin menghadapi mereka, aku harus menjadi lebih kuat, baik dalam kultivasi maupun dalam penyulingan pil."Jiang Hao yang sejak tadi diam kini berbicara.> Jiang Hao: "Dan ke mana kau akan pergi? Tidak mudah menemukan tempat yang aman untuk berlatih dalam situasi seperti ini."Zhen terdiam
Xu Tianyuan mengangkat tombaknya, dan semburan energi emas menyebar dari ujung senjatanya. Bai Wushang, dengan tatapan tajamnya, melayang di udara, mengumpulkan energi angin yang berputar ganas di sekelilingnya. Kekuatan kedua kultivator puncak itu begitu besar hingga tanah di sekitar mereka mulai hancur, dan langit berubah menjadi ungu kehitaman, dipenuhi riak-riak energi yang mengancam menelan semua yang ada di bawahnya.Zhen berdiri di kejauhan bersama Guo Lian dan Jiang Hao, berusaha menjaga keseimbangan saat gelombang kejut dari pertempuran terus mengguncang area itu.> Guo Lian: "Kita harus segera meninggalkan tempat ini! Jika pertarungan mereka mencapai puncaknya, kita bisa tersapu dalam kehancuran!"> Jiang Hao (mengerutkan kening): "Tapi kalau kita pergi sekarang, kita tidak akan bisa melihat hasil pertarungan ini. Siapapun yang menang akan menentukan keseimbangan kekuatan di Langit Ketiga!"Zhen tidak mengatakan apa-apa, matanya terpaku pada pertempuran yang terjadi. Dia bis
Dua hari setelah keputusan Zhen untuk mengikuti Turnamen Alkimia Langit Ketiga, ia sudah mulai berlatih dengan intens. Guo Lian membawanya ke sebuah lembah terpencil yang penuh dengan energi api, tempat yang sempurna untuk seorang alkemis berkembang.> Guo Lian: "Di tempat ini, banyak alkemis muda yang gagal karena terlalu gegabah. Alkimia bukan sekadar tentang kekuatan, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang harmoni antara energi, bahan, dan niatmu."Zhen mengangguk, memandangi deretan tungku raksasa yang berdiri di antara batuan berwarna merah menyala.> Zhen: "Apa yang pertama harus kupelajari?"Jiang Hao, yang berdiri di sampingnya, melemparkan kantung kecil berisi serbuk herbal ke arah Zhen.> Jiang Hao: "Dasar dari alkimia bukan hanya memahami api, tetapi juga mengenal setiap bahan yang kau gunakan. Kau harus tahu bagaimana setiap ramuan bereaksi ketika bercampur, mana yang bisa meningkatkan efek obat dan mana yang bisa menghancurkannya."Zhen membuka kantung itu dan menciu
Rahasia yang Terkubur dalam ApiSaat Api Roh Bumi menyala, tungku raksasa di hadapan Zhen mulai bergetar hebat. Cahaya merah darah terpancar dari dalamnya, menyelimuti seluruh aula dengan aura yang menekan. Para murid Sekte Api Hitam yang mengamati dari kejauhan langsung terdiam, sementara Jiang Hao mengernyit, matanya penuh ketidakpercayaan.> Jiang Hao: "Bagaimana mungkin… Api Roh Bumi bisa menyatu begitu cepat dengan Tungku Api Naga?"Guo Lian juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia memang sudah menduga bahwa Zhen memiliki talenta luar biasa, tetapi tidak menyangka bahwa Api Roh Bumi dalam dirinya bisa langsung beresonansi dengan salah satu alat pemurnian pil terkuat di sekte ini.Sementara itu, Zhen mulai merasakan sesuatu yang aneh. Api di tangannya bukan hanya membakar, tetapi juga seperti berbisik kepadanya. Sebuah suara kuno bergema di benaknya.> Suara Misterius: "Pewarisku… akhirnya kau datang. Api ini telah menunggumu selama berabad-abad. Jika kau ingin memahami
Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Setelah kepergian Bai Xuan, Zhen dan Mo Weng tidak bisa berlama-lama beristirahat. Mereka segera melanjutkan perjalanan menuju Sekte Api Hitam, tempat yang dikenal sebagai pusat para alkemis di Langit Ketiga.Saat mereka berjalan di jalur pegunungan yang dipenuhi kabut, Mo Weng menoleh ke arah Zhen.> Mo Weng: "Sekte Malam Abadi… Aku pernah mendengar nama mereka, tapi aku tidak tahu mereka memiliki pengaruh di Langit Ketiga."Zhen mengangguk, masih memikirkan kata-kata Bai Xuan sebelumnya.> Zhen: "Mereka jelas tidak sembarangan. Dia menyebut Api Roh Bumi… seperti sudah tahu tentang kekuatanku. Bagaimana bisa?"Sebelum Mo Weng sempat menjawab, sebuah suara datang dari kejauhan.> ???: "Kalau begitu, mungkin aku bisa menjelaskan."Mereka berdua langsung bersiaga. Dari balik kabut, seorang pria paruh baya dengan jubah merah gelap muncul, membawa tongkat kayu yang dipenuhi ukiran rumit. Matanya tajam, penuh wibawa, tetapi tidak menunjukkan ni
Malam telah menyelimuti langit ketika Zhen dan Mo Weng berkemah di tepi sungai kecil, beberapa kilometer dari reruntuhan. Api unggun berkobar pelan, memancarkan cahaya oranye yang menari-nari di wajah mereka. Suasana tampak tenang, tetapi Zhen tidak bisa menghilangkan rasa waspada di hatinya.> Mo Weng: "Kau belum tidur juga?"Zhen menatap api unggun dengan mata serius.> Zhen: "Ada sesuatu yang mengawasi kita sejak kita meninggalkan reruntuhan. Aku bisa merasakannya."Mo Weng mengangkat alis, lalu menghela napas.> Mo Weng: "Aku juga merasakannya, tapi entah itu sekadar rasa curiga atau memang ada yang mengikuti kita. Kalau benar begitu, siapa pun mereka pasti memiliki alasan sendiri."Zhen mengepalkan tangannya.> Zhen: "Jika mereka ingin sesuatu dariku, cepat atau lambat mereka akan muncul sendiri. Yang lebih penting, kita harus sampai di Sekte Api Hitam secepat mungkin."Mo Weng tertawa kecil dan menepuk pundaknya.> Mo Weng: "Haha! Aku suka semangatmu, tapi jangan terlalu tegang.
Zhen berdiri di depan patung batu yang kini tak lagi bergerak. Cahaya biru pucat dari simbol kuno di dadanya perlahan meredup, tetapi energi aneh masih terasa di udara.> Zhen (dalam hati): "Apa maksud suara itu? Penerus sejati Api Roh Bumi? Aku bahkan belum memahami sepenuhnya apa kekuatan ini…"Di saat yang sama, Mo Weng menghela napas lega dan menepuk bahunya.> Mo Weng: "Setidaknya kita masih hidup. Tapi aku yakin ini belum selesai. Biasanya, setelah melewati ujian seperti ini, ada sesuatu yang tertinggal."Zhen mengangguk, lalu berjalan mendekati patung itu. Saat dia menyentuh simbol di dadanya, patung itu tiba-tiba retak dan meledak menjadi pecahan kecil. Dari dalamnya, sebuah gulungan kuno melayang keluar, bersinar dengan cahaya merah keemasan.> Murid Paviliun Api Surgawi: "Itu… itu gulungan teknik alkimia!"Zhen meraihnya dan membuka gulungan tersebut. Di dalamnya terdapat tulisan kuno dengan gambar-gambar formasi rumit. Mo Weng meliriknya dan matanya membelalak.> Mo Weng: "
Ling Zhen berdiri dengan tenang di aula utama Paviliun Api Surgawi. Cahaya lentera giok berkelap-kelip, mencerminkan ekspresi tajamnya. Di hadapannya, seorang pria berjubah hitam dengan simbol tengkorak merah di dadanya menatapnya dengan dingin.> Utusan Sekte Roh Gelap: "Ling Zhen, aku akan langsung ke intinya. Kembalikan Api Roh Bumi itu. Itu bukan milikmu."Mo Weng menyeringai dan melangkah maju.> Mo Weng: "Hah? Sejak kapan Api Roh Bumi menjadi milik kalian? Ini diberikan langsung oleh Penguasa Langit Ketiga."> Utusan: "Itu karena Penguasa Langit Ketiga tidak tahu bahwa Api Roh Bumi seharusnya menjadi bagian dari ritual kebangkitan Tuan Sekte kami."Ruangan menjadi sunyi. Para murid Paviliun Api Surgawi mulai berbisik.Zhen tetap diam sejenak, lalu berkata dengan tenang:> Zhen: "Jika Penguasa Langit Ketiga sendiri yang memberikannya padaku, maka itu adalah keputusannya. Sekte Roh Gelap tidak punya hak menuntutnya kembali."Tatapan utusan itu semakin dingin.> Utusan: "Kau tidak
Ling Zhen menatap pria berjubah hitam di hadapannya.> Zhen: "Penguasa Langit Ketiga ingin menemuiku?"Pria itu mengangguk.> Pria Jubah Hitam: "Benar. Dia telah mendengar tentang keahlianmu dalam alkimia dan ingin berbicara langsung denganmu. Undangan ini bukan sesuatu yang bisa ditolak dengan mudah."Mo Weng mengerutkan alisnya, tampak tidak senang.> Mo Weng: "Penguasa Langit Ketiga? Hmph, aku tidak suka cara mereka mencampuri urusan orang lain. Zhen, kau harus berhati-hati. Orang-orang di Istana Surgawi bukanlah orang biasa."Tetua Paviliun Api Surgawi juga tampak terkejut.> Tetua Paviliun: "Undangan dari Istana Surgawi sangat langka. Biasanya, hanya para alkemis atau kultivator berbakat yang mendapat perhatian mereka. Tapi ini… terlalu cepat."Zhen tidak segera menjawab. Ia tahu bahwa setelah kemenangannya dalam duel alkimia, banyak mata akan tertuju padanya. Tapi ia tidak menyangka bahwa perhatian itu akan datang secepat ini.> Zhen (dalam hati): "Apakah ini sebuah kesempatan…